Cegah Calon Buah Hati Idap Talasemia, Anda Sebaiknya Lakukan Ini sebelum Menikah
Kamis, 06 Mei 2021 - 08:08 WIB
JAKARTA - Talasemia merupakan penyakit kelainan darah dengan kondisi jumlah hemoglobin yang kurang dari angka normal. Meski bukan penyakit menular, talasemia telah menjadi mata rantai di Indonesia karena ini merupakan penyakit turunan.
Talasemia terjadi akibat gangguan pembentukan rantai globin yang merupakan komponen sel darah merah. Gangguan pembentukan rantai globin alfa disebut sebagai talasemia alfa, sementara gangguan pembentukan rantai beta disebut talasemia beta.
Talasemia terbagi menjadi tiga yaitu talasemia mayor, talasemia intermedia, dan talasemia minor alias carrier atau pembawa sifat. Penyandang talasemia umumnya memiliki gejala berupa pucat, perut tampak membesar karena pembengkakan limpa serta hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi perubahan bentuk tulang muka serta warna kulit menjadi hitam.
Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Dr dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, mengatakan, penyandang talasemia di Indonesia sampai saat ini ada 10.515 orang.
“Talasemia mayor diturunkan dari orangtua yang jadi penyandang maupun carrier. Oleh karena itu, upaya deteksi dini untuk menemukan carrier talasemia diharapkan mencegah terjadinya perkawinan sesama carrier sehingga mencegah kelahiran bayi dengan talasemia mayor,” kata dr Maxi dalam Media Briefing Hari Talasemia Sedunia 2021 yang digelar virtual, Rabu (5/5).
Sebagai penyakit turunan, dr Maxi mengimbau masyarakat melakukan pencegahan melalui deteksi dini sebelum menikah. Hal itu menjadi penting untuk mencegah kelahiran bayi dengan talasemia. Sebab, penyandang talasemia harus melakukan beragam pengobatan. Mulai dari penambahan vitamin hingga transfusi darah secara rutin seumur hidup pada kasus talasemia mayor.
Pada kasus talasemia yang parah, kemungkinan penyandang juga akan dianjurkan untuk melakukan transplantasi sumsum tulang. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pencegahan dengan melakukan skrining atau deteksi dini sebelum menikah.
“Melakukan skrining dan deteksi secara dini sebelum menikah penting untuk mencegah perkawinan antara pembawa sifat yang dapat meningkatkan kelahiran bayi dengan talasemia. Jadi, kalau dua-duanya ada pembawa sifat, suami istri itu, bisa lahir (anak dengan) talasemia mayor,” ujar dr Maxi.
Talasemia terjadi akibat gangguan pembentukan rantai globin yang merupakan komponen sel darah merah. Gangguan pembentukan rantai globin alfa disebut sebagai talasemia alfa, sementara gangguan pembentukan rantai beta disebut talasemia beta.
Talasemia terbagi menjadi tiga yaitu talasemia mayor, talasemia intermedia, dan talasemia minor alias carrier atau pembawa sifat. Penyandang talasemia umumnya memiliki gejala berupa pucat, perut tampak membesar karena pembengkakan limpa serta hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi perubahan bentuk tulang muka serta warna kulit menjadi hitam.
Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Dr dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS, mengatakan, penyandang talasemia di Indonesia sampai saat ini ada 10.515 orang.
“Talasemia mayor diturunkan dari orangtua yang jadi penyandang maupun carrier. Oleh karena itu, upaya deteksi dini untuk menemukan carrier talasemia diharapkan mencegah terjadinya perkawinan sesama carrier sehingga mencegah kelahiran bayi dengan talasemia mayor,” kata dr Maxi dalam Media Briefing Hari Talasemia Sedunia 2021 yang digelar virtual, Rabu (5/5).
Sebagai penyakit turunan, dr Maxi mengimbau masyarakat melakukan pencegahan melalui deteksi dini sebelum menikah. Hal itu menjadi penting untuk mencegah kelahiran bayi dengan talasemia. Sebab, penyandang talasemia harus melakukan beragam pengobatan. Mulai dari penambahan vitamin hingga transfusi darah secara rutin seumur hidup pada kasus talasemia mayor.
Pada kasus talasemia yang parah, kemungkinan penyandang juga akan dianjurkan untuk melakukan transplantasi sumsum tulang. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pencegahan dengan melakukan skrining atau deteksi dini sebelum menikah.
“Melakukan skrining dan deteksi secara dini sebelum menikah penting untuk mencegah perkawinan antara pembawa sifat yang dapat meningkatkan kelahiran bayi dengan talasemia. Jadi, kalau dua-duanya ada pembawa sifat, suami istri itu, bisa lahir (anak dengan) talasemia mayor,” ujar dr Maxi.
(tsa)
tulis komentar anda