36,4 Persen Masyarakat Indonesia Enggan Divaksinasi Covid-19, Ternyata Ini Alasannya!
Minggu, 18 Juli 2021 - 19:15 WIB
JAKARTA - Vaksinasi Covid-19 menjadi salah satu upaya penting dalam menangani pandemi Covid-19. Vaksin menjadi andalan di saat lonjakan kasus Covid-19 tak terkendali seperti saat ini. Tak hanya sekadar perlindungan tambahan bagi individu, vaksinasi juga menjadi cara mempercepat kekebalan komunal atau herd immunity.
Sayangnya, masih ada segelintir masyarakat Indonesia yang enggan untuk divaksin. Hal ini terbukti lewat survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam rilis survei nasional yang bertajuk 'Sikap Publik Terhadap Vaksin dan Program Vaksin Pemerintah'.
Survei tersebut melibatkan 1.200 responden yang diwawancarai melalui sambungan telepon. Dari jumlah responden tersebut, ditemukan bahwa ada 36,4 persen dari masyarakat yang belum divaksin, enggan untuk melakukan vaksinasi.
Dalam survei itu juga ditemukan juga bahwa, ada sekira 23,5 persen tidak percaya bila vaksin mampu mencegah penularan. Sementara itu 68,6 persen percaya.
“Keyakinan pada kemampuan vaksin untuk mencegah penularan itu lebih rendah di kalangan masyarakat pedesaan. Dari segi wilayah, di sini terlihat yang tidak percaya bahwa vaksin bisa membantu mencegah penularan di Sumatera cukup tinggi, kemudian di Jawa Timur, dan di Sulawesi,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam rilis survei virtual, Minggu (18/7/2021).
Terkait dengan keengganan masyarakat untuk divaksin, survei menunjukkan ada tiga alasan terbesar. Di antaranya takut dengan efek vaksin Covid-19 (55,5 persen), menganggap vaksin tidak efektif cegah virus (25,4 persen), dan merasa tidak membutuhkan vaksin (19 persen).
“Itu tiga alasan terbesar. Di luar itu, ada juga yang meragukan kehalalannya (9,9 persen), kemudian ada yang persoalannya merasa takut akan membayar untuk memperoleh vaksin (8,7 persen),” ujarnya.
Alasan lainnya yakni ada yang beranggapan bahwa kalau sudah banyak yang divaksin maka dia tidak perlu lagi divaksin (4,1 persen), menganggap vaksin hanya akal-akalan perusahaan farmasi untuk mendapatkan untung (3,8 persen), dan lainnya (9,3 persen).
Sayangnya, masih ada segelintir masyarakat Indonesia yang enggan untuk divaksin. Hal ini terbukti lewat survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam rilis survei nasional yang bertajuk 'Sikap Publik Terhadap Vaksin dan Program Vaksin Pemerintah'.
Survei tersebut melibatkan 1.200 responden yang diwawancarai melalui sambungan telepon. Dari jumlah responden tersebut, ditemukan bahwa ada 36,4 persen dari masyarakat yang belum divaksin, enggan untuk melakukan vaksinasi.
Dalam survei itu juga ditemukan juga bahwa, ada sekira 23,5 persen tidak percaya bila vaksin mampu mencegah penularan. Sementara itu 68,6 persen percaya.
“Keyakinan pada kemampuan vaksin untuk mencegah penularan itu lebih rendah di kalangan masyarakat pedesaan. Dari segi wilayah, di sini terlihat yang tidak percaya bahwa vaksin bisa membantu mencegah penularan di Sumatera cukup tinggi, kemudian di Jawa Timur, dan di Sulawesi,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam rilis survei virtual, Minggu (18/7/2021).
Terkait dengan keengganan masyarakat untuk divaksin, survei menunjukkan ada tiga alasan terbesar. Di antaranya takut dengan efek vaksin Covid-19 (55,5 persen), menganggap vaksin tidak efektif cegah virus (25,4 persen), dan merasa tidak membutuhkan vaksin (19 persen).
“Itu tiga alasan terbesar. Di luar itu, ada juga yang meragukan kehalalannya (9,9 persen), kemudian ada yang persoalannya merasa takut akan membayar untuk memperoleh vaksin (8,7 persen),” ujarnya.
Alasan lainnya yakni ada yang beranggapan bahwa kalau sudah banyak yang divaksin maka dia tidak perlu lagi divaksin (4,1 persen), menganggap vaksin hanya akal-akalan perusahaan farmasi untuk mendapatkan untung (3,8 persen), dan lainnya (9,3 persen).
tulis komentar anda