Mengenal Indra Rudiansyah, Mahasiswa Oxford Asal Indonesia yang Ikut Kembangkan Vaksin AstraZaneca
Senin, 19 Juli 2021 - 12:02 WIB
JAKARTA - Meskipun hak paten vaksin Covid-19 AstraZeneca resmi milik Prof Sarah Gilbert, namun dibalik suksesnya vaksin itu adalah seorang warga negara Indonesia yang terlibat dalam pembuatan vaksin itu.
Adalah Indra Rudiansyah (28), seorang mahasiswa Oxford yang ikut melakukan pengembangan terhadapa vaksin yang kini telah resmi di suntikan di Indonesia.
Indra sendiri merupakan mahasiswa S3 yang kini telah menempuh studinya di kampus ternama di Inggris itu. Ia menjadi tim peneliti saat Sarah mengembangkan vaksin itu beberapa bulan lalu.
Dilansir dari hotcourses.co.id saat pengembangan uji riset Vaksin AstraZeneca tahap 3, Indra mengungkapkan tak bermimpi menjadi seorang peneliti di dunia medis. Cita citanya hanya ingin menjadi insinyur perminyakan, namun sayang saat memilih jurusan S1 di tahun 2009 ia tak bisa masuk.
Akhirnya ia masuk ke pilihan kedua, jurusan mikrobiologi Intitut Teknologi Bandung (ITB). Meski demikian ia bersyukur, terlebih bidang ilmu hayati telah diminatinya sejak SMA lalu.
“Ketika kuliah S1, saya berharap dapat mendalami studi mikrobiologi lingkungan serta hubungannya dengan energi atau remediasi lingkungan,” kata Indra.
Meski demikian pada tugas akhirnya kuliahnya, ia kemudiana meneliti dan membahas gas metana dalam lapisan batu bara (coal bed methane) yang memanfaatkan mikroba untuk mengonversikan batu bara lignit menjadi gas metana.
Lulus dari jurusan itu, Indra kemudian mengembangkan dan melanjutkan di jalur serupa dan melanjutkan program S2 fast track (satu tahun) jurusan Bioteknologi di ITB. Ia berfokus di bidang microbial enhanced oil recovery (MEOR) untuk meneliti peningkatan perolehan minyak dengan mikroba, yang merupakan proyek kerja sama antara tim MEOR ITB dengan Pertamina.
Adalah Indra Rudiansyah (28), seorang mahasiswa Oxford yang ikut melakukan pengembangan terhadapa vaksin yang kini telah resmi di suntikan di Indonesia.
Indra sendiri merupakan mahasiswa S3 yang kini telah menempuh studinya di kampus ternama di Inggris itu. Ia menjadi tim peneliti saat Sarah mengembangkan vaksin itu beberapa bulan lalu.
Dilansir dari hotcourses.co.id saat pengembangan uji riset Vaksin AstraZeneca tahap 3, Indra mengungkapkan tak bermimpi menjadi seorang peneliti di dunia medis. Cita citanya hanya ingin menjadi insinyur perminyakan, namun sayang saat memilih jurusan S1 di tahun 2009 ia tak bisa masuk.
Akhirnya ia masuk ke pilihan kedua, jurusan mikrobiologi Intitut Teknologi Bandung (ITB). Meski demikian ia bersyukur, terlebih bidang ilmu hayati telah diminatinya sejak SMA lalu.
“Ketika kuliah S1, saya berharap dapat mendalami studi mikrobiologi lingkungan serta hubungannya dengan energi atau remediasi lingkungan,” kata Indra.
Meski demikian pada tugas akhirnya kuliahnya, ia kemudiana meneliti dan membahas gas metana dalam lapisan batu bara (coal bed methane) yang memanfaatkan mikroba untuk mengonversikan batu bara lignit menjadi gas metana.
Lulus dari jurusan itu, Indra kemudian mengembangkan dan melanjutkan di jalur serupa dan melanjutkan program S2 fast track (satu tahun) jurusan Bioteknologi di ITB. Ia berfokus di bidang microbial enhanced oil recovery (MEOR) untuk meneliti peningkatan perolehan minyak dengan mikroba, yang merupakan proyek kerja sama antara tim MEOR ITB dengan Pertamina.
tulis komentar anda