Penting Hindari Asupan Tinggi Gula dan Garam Saat Pemulihan Covid-19
Jum'at, 20 Agustus 2021 - 17:30 WIB
JAKARTA - Disarankan untuk menghindari makanan dan minuman yang diberikan tambahan gula, garam dan mengandung tinggi lemak jenuh. Asupan tersebut tidak baik untuk kesehatan tubuh terutama saat pemulihan Covid-19 .
“Secara umum, bahaya yang dapat ditimbulkan dari konsumsi pangan dengan tambahan gula berlebih adalah menurunnya kemampuan sel-sel imun tubuh dalam membasmi penyebab infeksi seperti misalnya virus, sehingga respons imun tubuh menjadi tidak optimal,” ucap dokter spesialis gizi klinik, dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK saat webinar bersama Re.juve, Rabu (18/8).
Ia menuturkan bahwa selama pandemi Covid-19 jasa pesan antar makanan meningkat saat bekerja dari rumah (WFH) atau isolasi mandiri (Isoman) . Ini lantaran semua orang saling kirim makanan.
“Saya coba cari dari tren F&B di Indonesia, pada tahun 2020-2021 ternyata banyak yang cinta martabak, selain itu ada fakta yang menarik dimana tiap 10 detik ada pesanan varian teh susu ditambah sirup hazelnut,” terang dr Juwalita.
Menurutnya banyak orang sedang WFH atau isoman butuh rasa manis. Padahal, satu potong martabak manis mengandung 12 gram gula atau sekitar 1 sendok makan gula. Sementara penelitian di Singapura menunjukkan bahwa minuman buble tea 500 ml mengandung 102,5 gram gula atau 8 sendok makan.
“Orang akan cenderung kelebihan gula. Anjuran konsumsi gula dari Kemenkes, hanya boleh 4 sendok makan per orang per hari. Sementara Panduan WHO 2015 kita harus bisa membatasi asupan gula yg berupa free sugar baik pada anak atau dewasa, yang direkomendasikan adalah 10% dari total energi,” ungkap dr Juwalita.
Ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelebihan gula. Di antaranya obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, gigi berlubang, cenderung over eating, hingga peradangan.
“Jangan sampai yang isoman tadinya gejala ringan malah jadi buruk. Konsumsi banyak gula justru melemahkan sistem imun. Gula perlu dibatasi meskipun gula bagian dari karbohdrat tapi bukan artinya batasi semua karbo, tapi gula yang harus dibatasi,” kata dr Juwalita.
Selain itu, tidak hanya menyebabkan menurunnya imunitas tubuh, konsumsi gula tambahan berlebih juga berdampak pada terganggunya kondisi psikologis seseorang.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
“Secara umum, bahaya yang dapat ditimbulkan dari konsumsi pangan dengan tambahan gula berlebih adalah menurunnya kemampuan sel-sel imun tubuh dalam membasmi penyebab infeksi seperti misalnya virus, sehingga respons imun tubuh menjadi tidak optimal,” ucap dokter spesialis gizi klinik, dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK saat webinar bersama Re.juve, Rabu (18/8).
Ia menuturkan bahwa selama pandemi Covid-19 jasa pesan antar makanan meningkat saat bekerja dari rumah (WFH) atau isolasi mandiri (Isoman) . Ini lantaran semua orang saling kirim makanan.
“Saya coba cari dari tren F&B di Indonesia, pada tahun 2020-2021 ternyata banyak yang cinta martabak, selain itu ada fakta yang menarik dimana tiap 10 detik ada pesanan varian teh susu ditambah sirup hazelnut,” terang dr Juwalita.
Menurutnya banyak orang sedang WFH atau isoman butuh rasa manis. Padahal, satu potong martabak manis mengandung 12 gram gula atau sekitar 1 sendok makan gula. Sementara penelitian di Singapura menunjukkan bahwa minuman buble tea 500 ml mengandung 102,5 gram gula atau 8 sendok makan.
“Orang akan cenderung kelebihan gula. Anjuran konsumsi gula dari Kemenkes, hanya boleh 4 sendok makan per orang per hari. Sementara Panduan WHO 2015 kita harus bisa membatasi asupan gula yg berupa free sugar baik pada anak atau dewasa, yang direkomendasikan adalah 10% dari total energi,” ungkap dr Juwalita.
Ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelebihan gula. Di antaranya obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, gigi berlubang, cenderung over eating, hingga peradangan.
“Jangan sampai yang isoman tadinya gejala ringan malah jadi buruk. Konsumsi banyak gula justru melemahkan sistem imun. Gula perlu dibatasi meskipun gula bagian dari karbohdrat tapi bukan artinya batasi semua karbo, tapi gula yang harus dibatasi,” kata dr Juwalita.
Selain itu, tidak hanya menyebabkan menurunnya imunitas tubuh, konsumsi gula tambahan berlebih juga berdampak pada terganggunya kondisi psikologis seseorang.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(dra)
tulis komentar anda