Ramen Ini Terbuat dari Jangkrik, Anda Berani Coba?
Senin, 01 Juni 2020 - 11:30 WIB
Shinohara melihat serangga sebagai makanan lezat yang harus dinikmati. Sebagai contoh, phalera flavescens. Ulat berumbai putih ngengat dianggap sebagai gangguan di Jepang karena kegemarannya terhadap pohon sakura. Namun, Shinohara memandang ulat itu sebagai hadiah.
"Mereka benar-benar lezat. Rasanya manis dan lembut. Ulat itu hanya memakan daun pohon ceri, jadi mereka membawa aroma," ujarnya.
Shinohara juga menyukai jenis ulat lain, termasuk beberapa yang katanya memiliki rasa jeruk dari pohon pilihan mereka. "Di balik rasanya, bisa dibayangkan bagaimana ulat menikmati hidupnya. Itu sangat menakjubkan," imbuh dia.
Shinohara dan tim telah berencana membuka restoran masakan serangga bernama Antcicada di pusat Kota Tokyo pada April lalu, tapi terpaksa menundanya karena pandemi COVID-19. Sebagai ganti, mereka telah merancang sebungkus ramen kriket yang dapat dimasak di rumah, dan telah menjual 600 set secara online pada pertengahan Mei 2020.
"Syukurlah, batch terbaru terjual habis dalam tiga jam atau lebih," ujar Shinohara.
Tim Shinohara juga bereksperimen dengan berbagai hidangan lain, termasuk versi lauk populer Jepang yang disebut tsukudani. Makanan ini biasanya dibuat dari makanan laut, daging, atau rumput laut yang direbus dalam kecap. ( )
Ayumu Yamaguchi, spesialis fermentasi dari tim Shinohara bertugas mengawasi pengembangan hidangan. "Kami telah mencoba berbagai kombinasi rasa untuk dimasak dengan serangga ini. Kami menemukan pistachio dan kapulaga sangat cocok dengan kepompong ulat sutera," ungkap pria 24 tahun itu.
Di sisi lain, Shinohara memiliki harapan tinggi untuk serangkaian produk berbasis serangga tambahan, termasuk bir yang terbuat dari jangkrik serta teh yang terbuat dari kotoran ulat sutra.
"Aku melihat begitu banyak potensi," tutup Shinohara.
"Mereka benar-benar lezat. Rasanya manis dan lembut. Ulat itu hanya memakan daun pohon ceri, jadi mereka membawa aroma," ujarnya.
Shinohara juga menyukai jenis ulat lain, termasuk beberapa yang katanya memiliki rasa jeruk dari pohon pilihan mereka. "Di balik rasanya, bisa dibayangkan bagaimana ulat menikmati hidupnya. Itu sangat menakjubkan," imbuh dia.
Shinohara dan tim telah berencana membuka restoran masakan serangga bernama Antcicada di pusat Kota Tokyo pada April lalu, tapi terpaksa menundanya karena pandemi COVID-19. Sebagai ganti, mereka telah merancang sebungkus ramen kriket yang dapat dimasak di rumah, dan telah menjual 600 set secara online pada pertengahan Mei 2020.
"Syukurlah, batch terbaru terjual habis dalam tiga jam atau lebih," ujar Shinohara.
Tim Shinohara juga bereksperimen dengan berbagai hidangan lain, termasuk versi lauk populer Jepang yang disebut tsukudani. Makanan ini biasanya dibuat dari makanan laut, daging, atau rumput laut yang direbus dalam kecap. ( )
Ayumu Yamaguchi, spesialis fermentasi dari tim Shinohara bertugas mengawasi pengembangan hidangan. "Kami telah mencoba berbagai kombinasi rasa untuk dimasak dengan serangga ini. Kami menemukan pistachio dan kapulaga sangat cocok dengan kepompong ulat sutera," ungkap pria 24 tahun itu.
Di sisi lain, Shinohara memiliki harapan tinggi untuk serangkaian produk berbasis serangga tambahan, termasuk bir yang terbuat dari jangkrik serta teh yang terbuat dari kotoran ulat sutra.
"Aku melihat begitu banyak potensi," tutup Shinohara.
(tsa)
tulis komentar anda