eMSHOP Berikan Promo Hujan Diskon agar Masyarakat Bahagia dan Tidak Stres
Rabu, 13 Oktober 2021 - 18:35 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung kurang lebih 2 tahun, hingga saat ini belum berakhir. Walaupun penanganan yang dilakukan pemerintah Indonesia telah menunjukkan hasil yang semakin baik, kasus positif harian terus menurun, angka kesembuhan meningkat, pemerintah terus mengingatkan masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan dan mewaspadai kemungkinan datangnya gelombang ketiga.
Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah berdampak luas tidak hanya terhadap kesehatan fisik masyarakat tetapi juga kesehatan jiwa. Gangguan terhadap kesehatan jiwa sebagai dampak dari pandemi bukan tidak mungkin akan menjadi permasalahan baru yang sulit diselesaikan.
Situs resmi Kementerian Kesehatan pada Kamis (7/10/2021) lalu menulis, pandemi telah berdampak terhadap kesehatan jiwa jutaan orang, baik yang terpapar secara langsung oleh virus maupun yang tidak terpapar.
Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, saat ini masyarakat masih berjuang mengendalikan penyebaran virus Covid-19. Tapi di sisi lain telah menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidakpastian.
“Hal-hal tersebut tentu berdampak terhadap terjadinya peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat,” kata dr. Maxi Rein Rondonuwu.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Angka ini dipastikan meningkat tinggi selama masa pandemi.
Masyarakat diharapkan tetap menjaga kesehatan diri, patuh, dan disiplin melaksanakan protokol kesehatan, serta selalu menjaga kesehatan jiwa dengan mengelola stres, menciptakan suasana yang aman, nyaman bagi seluruh anggota keluarga.
Psikolog Klinis Remaja dan Dewasa Jennyfer mengatakan, masyarakat mengalami stres karena merasa cemas selama masa pandemi yang membuat mereka jarang bertemu orang lain.
Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah berdampak luas tidak hanya terhadap kesehatan fisik masyarakat tetapi juga kesehatan jiwa. Gangguan terhadap kesehatan jiwa sebagai dampak dari pandemi bukan tidak mungkin akan menjadi permasalahan baru yang sulit diselesaikan.
Situs resmi Kementerian Kesehatan pada Kamis (7/10/2021) lalu menulis, pandemi telah berdampak terhadap kesehatan jiwa jutaan orang, baik yang terpapar secara langsung oleh virus maupun yang tidak terpapar.
Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, saat ini masyarakat masih berjuang mengendalikan penyebaran virus Covid-19. Tapi di sisi lain telah menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidakpastian.
“Hal-hal tersebut tentu berdampak terhadap terjadinya peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat,” kata dr. Maxi Rein Rondonuwu.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Angka ini dipastikan meningkat tinggi selama masa pandemi.
Masyarakat diharapkan tetap menjaga kesehatan diri, patuh, dan disiplin melaksanakan protokol kesehatan, serta selalu menjaga kesehatan jiwa dengan mengelola stres, menciptakan suasana yang aman, nyaman bagi seluruh anggota keluarga.
Psikolog Klinis Remaja dan Dewasa Jennyfer mengatakan, masyarakat mengalami stres karena merasa cemas selama masa pandemi yang membuat mereka jarang bertemu orang lain.
Lihat Juga :
tulis komentar anda