Peneliti AS Sebut Obat Depresi Bisa Kurangi Risiko Covid-19 Parah hingga Kematian
Senin, 08 November 2021 - 13:45 WIB
JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat depresi fluvoxamine dapat mengurangi risiko Covid-19 menjadi lebih buruk. Obat yang mudah ditemukan di apotek dan harganya murah itu digadang-gadang menjadi senjata baru untuk mengalahkan Covid-19.
Dalam penjelasan Science Magazine, orang yang mulai merasakan gejala Covid-19 lalu mengonsumsi obat antidepresan ini dalam beberapa hari, secara dramatis mengurangi risiko rawat inap dan kematian. Ini menunjukkan bahwa uji coba obat generik yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai pengobatan Covid-19 tersebut memperlihatkan kemajuan luar biasa.
"Pada pasien Covid-19 yang baru terinfeksi dengan risiko komplikasi yang tinggi, mengonsumsi fluvoxamine 10 hari dapat mengurangi rawat inap hingga dua per tiga dan mengurangi kematian hingga 91 persen pada pasien yang mentoleransi obat," demikian laporan para peneliti pada 27 Oktober 2021 di Lancet Global Health, dikutip Senin (8/11/2021).
"Fluvoxamine umumnya diresepkan untuk gangguan obsesif-kompulsif. Obat antidepresan ini bekerja dengan meningkatkan kadar serotonin pada otak di antara sel-sel saraf. Selain itu, obat tersebut memiliki sifat biologis lain yang dapat meredakan peradangan yang dipicu oleh Covid-19," kata psikiater anak Angela Reiersen dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis.
Psikiater Reiersen menemukan ide untuk menguji fluvoxamine sebagai pengobatan Covid-19 sambil memeriksa paper dari berbagai studi yang berkaitan dengan Covid-19 sejak awal pandemi.
"Ini adalah obat yang sudah dipakai dua hingga tiga dekade dalam dunia medis, yang artinya telah dikonsumsi jutaan orang," timpal David Boulware, seorang dokter penyakit menular dan peneliti di University of Minnesota Medical School di Minneapolis.
Ia melanjutkan, obat fluvoxamine tersedia di setiap apotek di Amerika Serikat dan cenderung murah dengan penggunaan untuk 10 hari dikenakan estimasi biaya sebesar USD10 atau setara dengan Rp143.700.
Di sisi lain, sebagai perbandingan adalah obat antivirus molnupiravir produksi Merck yang diproyeksikan penggunaannya pada Covid-19 selama lima hari, dikenakan biaya USD700 atau setara dengan Rp10,1 juta.
Dokter Boulware tidak terlibat dalam uji coba obat antidepresan tersebut, namun ia coba membantu menganalisis hasil dari penelitian itu. Dalam penjelasannya, fluvoxamine cukup menjanjikan sebagai pengobatan awal Covid-19.
Dalam penjelasan Science Magazine, orang yang mulai merasakan gejala Covid-19 lalu mengonsumsi obat antidepresan ini dalam beberapa hari, secara dramatis mengurangi risiko rawat inap dan kematian. Ini menunjukkan bahwa uji coba obat generik yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai pengobatan Covid-19 tersebut memperlihatkan kemajuan luar biasa.
"Pada pasien Covid-19 yang baru terinfeksi dengan risiko komplikasi yang tinggi, mengonsumsi fluvoxamine 10 hari dapat mengurangi rawat inap hingga dua per tiga dan mengurangi kematian hingga 91 persen pada pasien yang mentoleransi obat," demikian laporan para peneliti pada 27 Oktober 2021 di Lancet Global Health, dikutip Senin (8/11/2021).
"Fluvoxamine umumnya diresepkan untuk gangguan obsesif-kompulsif. Obat antidepresan ini bekerja dengan meningkatkan kadar serotonin pada otak di antara sel-sel saraf. Selain itu, obat tersebut memiliki sifat biologis lain yang dapat meredakan peradangan yang dipicu oleh Covid-19," kata psikiater anak Angela Reiersen dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis.
Psikiater Reiersen menemukan ide untuk menguji fluvoxamine sebagai pengobatan Covid-19 sambil memeriksa paper dari berbagai studi yang berkaitan dengan Covid-19 sejak awal pandemi.
"Ini adalah obat yang sudah dipakai dua hingga tiga dekade dalam dunia medis, yang artinya telah dikonsumsi jutaan orang," timpal David Boulware, seorang dokter penyakit menular dan peneliti di University of Minnesota Medical School di Minneapolis.
Ia melanjutkan, obat fluvoxamine tersedia di setiap apotek di Amerika Serikat dan cenderung murah dengan penggunaan untuk 10 hari dikenakan estimasi biaya sebesar USD10 atau setara dengan Rp143.700.
Di sisi lain, sebagai perbandingan adalah obat antivirus molnupiravir produksi Merck yang diproyeksikan penggunaannya pada Covid-19 selama lima hari, dikenakan biaya USD700 atau setara dengan Rp10,1 juta.
Dokter Boulware tidak terlibat dalam uji coba obat antidepresan tersebut, namun ia coba membantu menganalisis hasil dari penelitian itu. Dalam penjelasannya, fluvoxamine cukup menjanjikan sebagai pengobatan awal Covid-19.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda