Waspada! Pasien RSD Wisma Atlet Kembali Meningkat: Kita Punya PR Besar

Jum'at, 19 November 2021 - 15:10 WIB
Angka kasus Covid-19 belakangan ini memang menurun drastis, akan tetapi keterisian ruang isolasi di RSDC Wisma Atlet dilaporkan mulai mengalami peningkatan. / Foto: ilustrasi/dok. SINDOnews
JAKARTA - Angka kasus Covid-19 belakangan ini memang telah menurun drastis, akan tetapi keterisian ruang isolasi di RSDC Wisma Atlet dilaporkan mulai mengalami peningkatan.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Juru Bicara Satgas Covid-19 , Prof. Wiku Adisasmito, baru-baru ini.

"Peningkatan jumlah orang yang dirawat juga terlihat pada data di Wisma Atlet. Selama seminggu terakhir jumlah orang yang dirawat tampak meningkat secara konsisten pada rentang 248-273," terang Prof. Wiku Adisasmito, beberapa waktu lalu.



Terkait hal tersebut, Epidemiolog dari Griffith Univeristy, Australia, Dicky Budiman menjelaskan bahwa peningkatan keterisian baik rumah sakit ataupun fasilitas isolasi karantina itu bisa menjadi satu alarmnya.



"Ada mekanisme atau proses penularan dan penyebaran dari penyakit ini di masyarakat yang memang tidak terdeteksi oleh kita. Dan ini wajar karena Indonesia masih dalam level community transmission. Wajar tapi dalam tanda kutip bahwa kita masih punya PR besar," ungkap Dicky saat dihubungi MNC Portal, Jumat (19/11/2021).

Menurut Dicky, hal ini disebut wajar karena situasi Indonesia memang seperti itu. Sehingga ketika kasus melandai atau kasus hanya di bawah 100, namun di balik itu masih ada lebih banyak kasus yang belum terdeteksi.

"Adanya peran keterisian dari fasilitas kesehatan atau fasilitas isolasi karantina terpusat itu adalah puncak gunung es atau fenomena gunung es. Karena masyarakat kita bukanlah masyarakat yang sedikit-sedikit ke fasilitas kesehatan," paparnya.



Artinya kasus Covid-19 yang terjadi di rumah-rumah bisa lebih banyak lagi. Sehingga respons yang bisa dilakukan adalah harus ditingkatkan penjangkauan ke rumah-rumah, dan deteksi dini termasuk upaya peningkatan vaksinasi terutama di kelompok yang berisiko tinggi.
(nug)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More