Masalah Penglihatan yang Dialami Joko Santoso Dipastikan Bukan karena Vaksinasi Covid-19

Selasa, 07 Desember 2021 - 16:08 WIB
Kebutaan yang dialami warga Malang bernama Joko Santoso dipastikan bukan karena efek vaksin jenis Astrazeneca. / Foto: MPI/Avirista Midaada
MALANG - Kebutaan yang dialami warga Malang bernama Joko Santoso dipastikan bukan karena efek vaksin jenis Astrazeneca. Hasil ini diketahui setelah tim medis gabungan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) melakukan serangkaian pemeriksaan selama 3 bulan hingga kontrol terakhir pasien pada 26 November 2021.

Dokter spesialis mata konsultan sub spesialis Neuro-oftalmologi, dr. Wino Vrieda menyatakan, Joko Santoso menderita neuritis optik atau peradangan saraf mata. Di mana itu merupakan peradangan pada mata yang disebabkan beberapa hal yang belum diketahui.

"Yang paling banyak biasanya disebabkan penyebab yang tidak bisa diketahui. Atau bisa disebabkan proses inflamasi, proses infeksi, atau penyebab yang lain," ujar dr. Wino saat konferensi pers di RSSA, Malang, Selasa (7/12/2021).



Wino menambahkan, penyakit neuritis optik menurunkan fungsi secara anotomi akan mengubah struktur dari saraf mata . Hal ini bisa menyebabkan mata pada pasien mengalami kebutaan, atau penglihatan mata kabur.



"Sehingga berbagai penyebab mata itu bisa terjadi pada pasien. Apakah pasien bisa terkait kondisi tersebut, memang perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap yang sudah kami lakukan. Dan kejadian pada vaksin ataupun tidak pada optik neuritis, secara umum sendiri memang masih bisa kondisi dapatan. Akibat adanya suatu kondisi lain," terangnya.

Dia menegaskan jika penyakit yang diderita Joko bisa disembuhkan dengan rutin pengobatan dan kontrol berkala. Namun, diakuinya, perlu proses yang tak sebentar, serta memerlukan waktu beberapa bulan.

"Pada optik neuritis yang dialami oleh pasien, pada umumnya akan bisa mengalami perbaikan siginifikan, dalam perawatan beberapa bulan. Mulai dari beberapa minggu dan beberapa bulan. Dan evaluasi secara berkala penting dilakukan. Evaluasi bisa hingga 6 bulan sampai 1 tahun, secara berkala, tetap harus dilakukan. Jadi secara keseluruhan akan tetap bisa dialami pasien optik neuritis," terangnya.

Nantinya, kata Wino, tim akan melakukan evaluasi kembali setelah Joko melakukan serangkaian pemeriksaan dan pengobatan selama enam bulan ke depan. Tetapi hal ini juga bergantung pada kondisi pasien sendiri.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More