Vaksin Berbasis mRNA Dikabarkan Berbahaya Bagi Anak, Begini Faktanya
Kamis, 06 Januari 2022 - 18:25 WIB
JAKARTA - Belum lama ini beredar informasi yang menyebut bahwa vaksin Covid-19 berbasis mRNA pada Pfizer dan Moderna berbahaya bagi organ tubuh anak-anak. Informasi tersebut mengatakan bahwa bahaya tersebut disebabkan dari lonjakan protein beracun.
Merangkum dari laman Instagram resmi Komite Percepatan dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), @lawancovid19_id, Kamis (6/1/2022), memastikan bahwa informasi yang beredar di masyarakat tersebut salah alias hoax belaka.
Faktanya, video tersebut menyesatkan dan membahayakan orang lain yang tidak ingin divaksin, termasuk anak-anak. Vaksin berbasis mRNA bekerja dengan memperkenalkan 'blueprint' lonjakan protein virus corona buatan.
Sehingga dapat dikenali oleh tubuh tanpa memasukkan virus asli yang sudah dilemahkan seperti kebanyakan vaksin tradisional pada umumnya.
Profesor Imunologi Biokimia Institut Max Planck, Peter Murray menyatakan bahwa lonjakan protein yang dihasilkan tersebut tidak membahayakan. Sebab hanya bertahan pada otot seseorang selama beberapa saat setelah disuntikkan.
Oleh sebab itu masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya. Cek kembali informasi yang diterima melalui media sosial atau broadcast pesan untuk memastikan kebenarannya.
Merangkum dari laman Instagram resmi Komite Percepatan dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), @lawancovid19_id, Kamis (6/1/2022), memastikan bahwa informasi yang beredar di masyarakat tersebut salah alias hoax belaka.
Faktanya, video tersebut menyesatkan dan membahayakan orang lain yang tidak ingin divaksin, termasuk anak-anak. Vaksin berbasis mRNA bekerja dengan memperkenalkan 'blueprint' lonjakan protein virus corona buatan.
Sehingga dapat dikenali oleh tubuh tanpa memasukkan virus asli yang sudah dilemahkan seperti kebanyakan vaksin tradisional pada umumnya.
Profesor Imunologi Biokimia Institut Max Planck, Peter Murray menyatakan bahwa lonjakan protein yang dihasilkan tersebut tidak membahayakan. Sebab hanya bertahan pada otot seseorang selama beberapa saat setelah disuntikkan.
Oleh sebab itu masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya. Cek kembali informasi yang diterima melalui media sosial atau broadcast pesan untuk memastikan kebenarannya.
(hri)
tulis komentar anda