Angka Depresi Anak Meningkat Selama Pandemi, Saatnya Orang Tua Ajak si Kecil Bermain
Rabu, 13 April 2022 - 15:39 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih dari 2 tahun ternyata tidak hanya mengancam kesehatan fisik anak, tapi juga kesehatan mentalnya. Bahkan, studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pandemi menyebabkan kecemasan dan depresi anak .
Dokter Spesialis Anak, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, bahwa pandemi Covid-19 mengakibatkan angka kejadian depresi dan kecemasan pada anak meningkat dibandingkan sebelum pandemi.
Dalam webinar Biodef bertajuk Persiapan Keluarga untuk Transisi Masa Pandemi ke Endemi, baru-baru ini, dr. Mesty memperlihatkan data bahwa sebelum pandemi angka depresi pada anak 8,6% kasus kejadiannya.
Namun, angka meningkat pesan saat pandemi menyerang dunia. Persentase kasus depresi anak dari 8,6% sebelum naik menjadi 23,8% atau 1 dari 4 anak dinyatakan depresi saat pandemi.
"Angka kecemasan pada anak pun meningkat kasusnya, dari sebelum pandemi 11,6% menjadi 19% atau 1 dari 5 anak mengaku cemas di masa pandemi ini," ungkap dr. Mesty.
Ada beberapa penyebab yang membuat tingkat depresi dan kecemasan pada anak meningkat selama pandemi ini. Salah satu yang cukup bisa terlihat di masyarakat adalah isolasi sosial.
Ya, kebijakan isolasi mandiri yang diterapkan di banyak negara membuat anak depresi dan cemas. Ini terjadi karena anak tidak bisa bertemu dengan teman sebayanya yang mana itu adalah fase yang memang harus dilewati seorang anak, bersosialisasi.
Selain masalah isolasi mandiri, penyebab lain angka depresi dan kecemasan pada anak meningkat selama pandemi adalah masalah family financial stressors, masa pertumbuhan yang tidak lengkap, dan tidak bisanya pergi ke sekolah.
Dokter Spesialis Anak, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, bahwa pandemi Covid-19 mengakibatkan angka kejadian depresi dan kecemasan pada anak meningkat dibandingkan sebelum pandemi.
Dalam webinar Biodef bertajuk Persiapan Keluarga untuk Transisi Masa Pandemi ke Endemi, baru-baru ini, dr. Mesty memperlihatkan data bahwa sebelum pandemi angka depresi pada anak 8,6% kasus kejadiannya.
Namun, angka meningkat pesan saat pandemi menyerang dunia. Persentase kasus depresi anak dari 8,6% sebelum naik menjadi 23,8% atau 1 dari 4 anak dinyatakan depresi saat pandemi.
"Angka kecemasan pada anak pun meningkat kasusnya, dari sebelum pandemi 11,6% menjadi 19% atau 1 dari 5 anak mengaku cemas di masa pandemi ini," ungkap dr. Mesty.
Ada beberapa penyebab yang membuat tingkat depresi dan kecemasan pada anak meningkat selama pandemi ini. Salah satu yang cukup bisa terlihat di masyarakat adalah isolasi sosial.
Ya, kebijakan isolasi mandiri yang diterapkan di banyak negara membuat anak depresi dan cemas. Ini terjadi karena anak tidak bisa bertemu dengan teman sebayanya yang mana itu adalah fase yang memang harus dilewati seorang anak, bersosialisasi.
Selain masalah isolasi mandiri, penyebab lain angka depresi dan kecemasan pada anak meningkat selama pandemi adalah masalah family financial stressors, masa pertumbuhan yang tidak lengkap, dan tidak bisanya pergi ke sekolah.
tulis komentar anda