Cacar Monyet Belum Ditemukan di Indonesia, Kemenkes Minta Waspadai Gejala Ini
Senin, 30 Mei 2022 - 08:39 WIB
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan cacar monyet belum ditemukan di Indonesia. Namun, Kemenkes melalui edaran yang dirilis meminta masyarakat untuk mewaspadai gejala penyakit yang tengah mewabah di Australia, Eropa hingga Amerika.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, sejauh ini kasus terbanyak cacar monyet berasal dari negara endemi. Maxi menyebut di Indonesia belum ditemukan satu kasus pun.
"Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 21 Mei 2022, laporan adanya kasus cacar monyet baru ada di negara endemi antara lain Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika," papar Maxi dalam keterangan resminya, Senin (30/5/2022).
Maxi melanjutkan, sebagian besar kasus cacar monyet berasal dari individu yang tidak dari negara endemi. Kemudian, sebagian besar pasien punya riwayat pertemuan di acara ramai orang yang dapat meningkatkan risiko kontak baik melalui lesi, cairan tubuh, droplet, dan benda yang terkontaminasi.
Sementara gejala yang harus diwaspadai meliputi, sakit kepala, demam akut di atas 38,5 derajat celcius, limfadenopati atau pembesaran getah bening, nyeri otot (myalgia), sakit punggung dan ashtenia (kelemahan tubuh).
"Kalau ada orang yang mengalami gejala-gejala tersebut, mereka termasuk dalam kategori suspek cacar monyet. Gejala lain yang perlu diperhatikan adalah munculnya ruam di kulit," papar Maxi.
Selain suspek, ada juga definisi lain yang terkait dengan cacar monyet. Ada probable, yang mana satu individu mengalami gejala suspek dan dia kontak langsung dengan pasien.
Seseorang dengan status probable juga adalah mereka yang mengalami gejala cacar monyet setelah melakukan perjalanan ke negara endemi cacar monyet pada 21 hari sebelum timbul gejala.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, sejauh ini kasus terbanyak cacar monyet berasal dari negara endemi. Maxi menyebut di Indonesia belum ditemukan satu kasus pun.
"Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 21 Mei 2022, laporan adanya kasus cacar monyet baru ada di negara endemi antara lain Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika," papar Maxi dalam keterangan resminya, Senin (30/5/2022).
Maxi melanjutkan, sebagian besar kasus cacar monyet berasal dari individu yang tidak dari negara endemi. Kemudian, sebagian besar pasien punya riwayat pertemuan di acara ramai orang yang dapat meningkatkan risiko kontak baik melalui lesi, cairan tubuh, droplet, dan benda yang terkontaminasi.
Sementara gejala yang harus diwaspadai meliputi, sakit kepala, demam akut di atas 38,5 derajat celcius, limfadenopati atau pembesaran getah bening, nyeri otot (myalgia), sakit punggung dan ashtenia (kelemahan tubuh).
"Kalau ada orang yang mengalami gejala-gejala tersebut, mereka termasuk dalam kategori suspek cacar monyet. Gejala lain yang perlu diperhatikan adalah munculnya ruam di kulit," papar Maxi.
Selain suspek, ada juga definisi lain yang terkait dengan cacar monyet. Ada probable, yang mana satu individu mengalami gejala suspek dan dia kontak langsung dengan pasien.
Seseorang dengan status probable juga adalah mereka yang mengalami gejala cacar monyet setelah melakukan perjalanan ke negara endemi cacar monyet pada 21 hari sebelum timbul gejala.
Lihat Juga :
tulis komentar anda