Hasilkan Uap, Tembakau Alternatif Dinilai Lebih Rendah Risiko
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perokok dewasa yang sulit berhenti dari kebiasaan merokok bisa memanfaatkan hasil pengembangan inovasi dan teknologi sebagai alternatif. Beberapa inovasi tersebut di antaranya produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.
Produk-produk itu diklaim memiliki profil risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok. Ahli Toksikologi dan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair), Shoim Hidayat menjelaskan, berdasarkan kajian systematic literature review yang dilakukan Unair , produk tembakau alternatif mampu menekan risiko kesehatan dibandingkan rokok
Hal itu terjadi lantaran memiliki perbedaan signifikan terkait senyawa kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya sebagai hasil dari perbedaan cara penggunaannya.
Baca juga: 4 Makanan Penurun Kolesterol untuk Hindari Risiko Komplikasi Mematikan
Shoim memaparkan bahwa produk tembakau alternatif tidak dibakar. Misalnya, rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, menerapkan sistem pemanasan dengan suhu terkontrol sehingga hanya menghasilkan uap atau aerosol, bukan asap seperti pada rokok.
Uap yang dihasilkan dari produk tembakau alternatif tidak mengandung partikel padat. "Berkat sistem pemanasan tersebut, produk tembakau alternatif mampu mengurangi risiko hingga 90-95 persen lebih rendah bagi perokok dewasa. Jadi, kalau masih ada yang menilai produk ini sama berbahayanya dengan rokok, itu suatu kekeliruan," jelas Shoim, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (29/1/2023).
Adapun asap rokok yang dihasilkan dari proses pembakaran terdiri dari air sebanyak 31 persen, sementara sisanya terdiri dari nikotin, gliserol, dan zat berbahaya ataupun berpotensi berbahaya termasuk TAR yang bersifat karsinogenik.
Berdasarkan data National Cancer Institute Amerika Serikat, TAR yang merupakan hasil dari pembakaran rokok, mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat memicu kanker.
"Sebagai antisipasi, perokok aktif bisa mengurangi bahaya dengan beralih ke produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik atau produk tembakau yang dipanaskan," kata Shoim.
"Produk-produk tersebut tidak melalui proses pembakaran sehingga tidak asap yang mengandung TAR. Produk tembakau alternatif hanya melalui proses pemanasan dan menghasilkan uap air (aerosol)," bebernya.
Menurut Shoim, pemerintah memiliki peran yang krusial untuk menyebarkan informasi mengenai produk tembakau alternatif termasuk rokok elektrik kepada publik.
Intinya, produk alternatif yang dikembangkan berdasarkan penelitian ilmiah dan pengembangan teknologi terkini ini memiliki kadar bahaya yang lebih rendah dibandingkan rokok.
Baca juga: Sandiaga Ingatkan Pelaku Event untuk Vaksin Booster Kedua
"Informasi tersebut harus sampai ke telinga masyarakat secara luas. Tapi sebelumnya, informasi ini harus sampai dulu ke pemerintah karena informasi ini merupakah hasil kajian ilmiah," pungkas Shoim.
Produk-produk itu diklaim memiliki profil risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok. Ahli Toksikologi dan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair), Shoim Hidayat menjelaskan, berdasarkan kajian systematic literature review yang dilakukan Unair , produk tembakau alternatif mampu menekan risiko kesehatan dibandingkan rokok
Hal itu terjadi lantaran memiliki perbedaan signifikan terkait senyawa kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya sebagai hasil dari perbedaan cara penggunaannya.
Baca juga: 4 Makanan Penurun Kolesterol untuk Hindari Risiko Komplikasi Mematikan
Shoim memaparkan bahwa produk tembakau alternatif tidak dibakar. Misalnya, rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, menerapkan sistem pemanasan dengan suhu terkontrol sehingga hanya menghasilkan uap atau aerosol, bukan asap seperti pada rokok.
Uap yang dihasilkan dari produk tembakau alternatif tidak mengandung partikel padat. "Berkat sistem pemanasan tersebut, produk tembakau alternatif mampu mengurangi risiko hingga 90-95 persen lebih rendah bagi perokok dewasa. Jadi, kalau masih ada yang menilai produk ini sama berbahayanya dengan rokok, itu suatu kekeliruan," jelas Shoim, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (29/1/2023).
Adapun asap rokok yang dihasilkan dari proses pembakaran terdiri dari air sebanyak 31 persen, sementara sisanya terdiri dari nikotin, gliserol, dan zat berbahaya ataupun berpotensi berbahaya termasuk TAR yang bersifat karsinogenik.
Berdasarkan data National Cancer Institute Amerika Serikat, TAR yang merupakan hasil dari pembakaran rokok, mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat memicu kanker.
"Sebagai antisipasi, perokok aktif bisa mengurangi bahaya dengan beralih ke produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik atau produk tembakau yang dipanaskan," kata Shoim.
"Produk-produk tersebut tidak melalui proses pembakaran sehingga tidak asap yang mengandung TAR. Produk tembakau alternatif hanya melalui proses pemanasan dan menghasilkan uap air (aerosol)," bebernya.
Menurut Shoim, pemerintah memiliki peran yang krusial untuk menyebarkan informasi mengenai produk tembakau alternatif termasuk rokok elektrik kepada publik.
Intinya, produk alternatif yang dikembangkan berdasarkan penelitian ilmiah dan pengembangan teknologi terkini ini memiliki kadar bahaya yang lebih rendah dibandingkan rokok.
Baca juga: Sandiaga Ingatkan Pelaku Event untuk Vaksin Booster Kedua
"Informasi tersebut harus sampai ke telinga masyarakat secara luas. Tapi sebelumnya, informasi ini harus sampai dulu ke pemerintah karena informasi ini merupakah hasil kajian ilmiah," pungkas Shoim.
(nug)