Hari Kanker Sedunia, IDAI Soroti Pengobatan Alternatif yang Marak Dipilih Pasien padahal Tidak Teruji Klinis

Minggu, 05 Februari 2023 - 11:33 WIB
loading...
Hari Kanker Sedunia,...
Memperingati Hari Kanker Sedunia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti maraknya pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakit mematikan tersebut. Foto Ilustrasi/iStock
A A A
JAKARTA - Memperingati Hari Kanker Sedunia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti maraknya pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakit mematikan tersebut.

Menurut Ketua UKK Hematologi Onkologi IDAI dr Teny Tjitra Sari, Sp.A(K), MPH, pengobatan alternatif semacam herbal tidak bisa dipakai dalam mengobati kanker. Ia menilai, hanya pengobatan yang sudah teruji klinis atau jelas yang bisa mengobati penyakit tersebut.



"Bisa dibayangkan kalau kanker saja udah penyakit yang berat, masak kita kasih obat yang belum jelas atau nggak ada uji klinisnya? Kemudian, takut ke dokter, kasih tahu sakitnya kebanyakan ke alternatif dulu dan akhirnya datang ke pusat kesehatan sudah terlambat 10% sampai 60%," beber dr Teny dalam Media Briefing soal Kanker pada Anak secara online, Sabtu (4/2/2023).

Dokter Teny mengimbau agar setiap orang tua segera membawa anaknya jika sudah memiliki gejala dan tanda kanker ke rumah sakit. Peluang untuk sembuh akan lebih besar bila pasien dibawa segera dan melakukan pengobatan secara teratur.

Sementara itu, jenis kanker yang diderita anak di Indonesia, dikatakan dr Teny, paling tinggi adalah leukimia. Berikut rinciannya, berdasarkan data 2022:

1. Leukemia limfobiastik sebanyak 673 kasus
2. Leukimia myelobiastik akut 144 kasus
3. Retinoblastoma 162 kasus
4. Osteosarkoma 91 kasus
5. Limfoma maligna non hodgkin 75 kasus

Baca Juga: Leukimia Dominasi Angka Kanker pada Anak, IDAI Ingatkan Pentingnya Jaga Gaya Hidup Sehat

6. Nefroblastoma dan tumor ginjal nonepitel lainnya 63 kasus
7. Neuroblasto 53 kasus
8. Rabdomiosar 53 kasus
9. Leukimia myelobiastik kronis 50 kasus
10. Tumor ganas sel geminal gonad ganas 47 kasus

"Kenapa the middle income countries seperti Indonesia angka harapan hidupnya rendah cuma 20%? Sebabnya pengobatan alternatif/herbal. Kebanyakan memang nggak berhasil, kemudian dengan stadium yang sudah lanjut, baru ke pusat kesehatan. Jadi maunya kami adalah, janganlah lama-lama, ya nggak masuk akal (pengobatan alternatif)," pungkas dr Teny.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2071 seconds (0.1#10.140)