Fenomena Gerakan Street Feeding para Pecinta Kucing, Lebih dari Sekadar Memberi Makan si Meong
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fenomena gerakan street feeding dari pecinta kucing sudah tak asing ditemukan di sekitar kita. Kegiatan ini umumnya berupa memberikan pakan kepada hewan-hewan jalanan.
Hewan jalanan tersebut bisa berupa anjing atau kucing. Pasalnya, kedua hewan ini banyak yang tidak punya pemilik, sehingga kerap terlantar dengan kondisi yang kurang baik.
Street feeding menjadi salah satu cara menolong hewan jalanan dan kegiatan ini dapat dilakukan di mana pun ketika kita menemukan hewan tersebut. Gerakan ini dianggap sebagai salah satu usaha kolektif masyarakat untuk memajukan kesejahteraan hewan di Indonesia.
Meskipun dapat dilakukan secara individu, terdapat komunitas-komunitas street feeding yang tersebar di penjuru Indonesia. Setiap komunitas biasanya berjalan sendiri-sendiri dan tidak berarti memiliki keterkaitan formal antara satu dengan yang lain.
Komunitas street feeding berbasis kedaerahan, terbentuk oleh rasa kepedulian terhadap hewan-hewan yang hidup di jalanan kota. Salah satunya, seorang pecinta kucing yang peduli terhadap nasib kucing di jalanan, Titha Putri. Bersama tiga orang temannya, ia melakukan sebuah gerakan berupa kegiatan memberikan makanan kepada kucing liar dengan nama Street Feeding Warrior.
Mahasiswi asal Jakarta Barat ini menyebut, gerakan yang ia lakukan diinisiasi karena keibaannya terhadap kucing-kucing jalanan yang memiliki tubuh relatif kurus.
“Saya suka nggak tega lihat kucing di jalan kok kurus-kurus banget. Setiap pulang atau pergi ke kampus, kan saya naik kereta, pasti selalu ketemu beberapa kucing liar ini,” ungkap Titha kepada MNC Portal, Selasa (14/3/2023).
“Makanya waktu itu selalu inisiatif bawa makanan kucing setiap berangkat kuliah. Lama-lama kayak kebiasaan. Dan akhirnya, saya juga punya teman-teman di kampus yang memiliki pengalaman serupa. Dari situlah terbentuk komunitas kecil-kecilan ini,” lanjutnya.
Titha menjelaskan, gerakan yang ia lakukan bersama tiga teman kuliahnya itu bertujuan agar kucing liar yang ada di jalanan dapat mengonsumsi makanan yang lebih layak seperti kucing-kucing peliharaan yang dirawat dengan baik. Ia menyebut, biasanya makanan yang diberikan kepada kucing liar merupakan jenis makanan kering khusus kucing atau makanan dry food.
Setidaknya, terdapat 1-3 kilogram makanan kucing yang dibutuhkan Titha untuk melakukan gerakan street feeding bersama teman-temannya. Bahkan, Titha juga kerap membawa makanan kucing tersebut di dalam tasnya.
“Biasanya, kalau lagi kegiatan bareng-bareng itu ditotal bisa habis 1-3 kilogram dry food. Tapi, kadang-kadang aku suka bawa di tas, jaga-jaga kalau ketemu kucing jalanan," tandasnya.
Imbas dari gerakan yang diinisiasi oleh Titha ternyata tak hanya membawa dampak baik untuk beberapa kucing di jalanan, namun juga orang-orang sekitar yang jadi terinspirasi untuk lebih peduli pada kucing liar.
Gerakan street feeding tak sebatas memberi makanan ke kucing-kucing liar di jalanan. Lebih dari itu, ada sebuah gerakan street feeding yang justru terbentuk karena adanya tindakan tidak bertanggung jawab orang-orang yang kerap membuang kucing sembarangan.
Gerakan tersebut diinisiasi oleh Dee Nugraha, pencetus street feeding yang ada di kawasan BSD, Tangerang Selatan. Komunitas itu dibentuk karena rasa iba dirinya terhadap kucing-kucing di sekitar perumahan yang banyak dibuang dari tempat lain.
“Untuk Street Feeding BSD sendiri itu mulai berjalan di Agustus. Jadi belum lama. Dan itu dimulai karena kami memiliki keprihatinan. Pada saat awal pandemi, biasanya kami hanya memberikan makan kepada kucing-kucing di sekitar tempat tinggal kami saja yang merupakan cluster,” ungkap Dee.
“Tapi kami secara tidak sengaja melewati beberapa tempat tinggal yang tidak pernah kita lewati. Di situ ada ruko yang sudah tidak terpakai karena pandemi, dan kebetulan di situ dijadikan tempat pembuangan kucing,” lanjutnya.
Dee menyebut, banyak sekali anak kucing dari mulai new born hingga kucing-kucing senior, baik domestik maupun ras, dalam kondisi sakit dibuang di sekitar lokasi tersebut. “Makanya di situ awal mula kami melakukan street feeding dengan nama Street Feeding BSD. Dan tempat yang kami jadikan lokasi street feeding itu memang tempat yang rawan dijadikan tempat pembuangan kucing,” tuturnya.
Dee menyebut, tidak ada syarat khusus bagi pecinta kucing yang ingin bergabung ke komunitas street feeding. Menurutnya, gerakan street feeding seperti yang ia lakukan bersama anggota-anggota lainnya justru hanya membutuhkan kemauan serta niat yang tulus.
“Sebetulnya untuk masuk ke komunitas Street Feeding BSD itu tidak ada syarat-syarat apa pun kecuali niat baik dan kemauan. Memperhatikan kesejahteraan kucing-kucing jalanan,” jelasnya.
“Komunitas Street Feeding BSD bukan komunitas eksklusif yang berbayar sehingga bisa menjadi anggota. Kami lebih disebut relawan,” imbuh Dee.
Melalui gerakan street feeding yang dilakukan bersama para pecinta kucing lain, Dee juga melakukan gerakan sterilisasi kucing liar agar populasinya tidak berlebihan. Tercatat, hingga saat ini Street Feeding BSD telah berhasil mensterilisasi total 150 ekor kucing jalanan.
Meski memiliki niat baik terhadap kucing-kucing liar di jalan melalui gerakan street feeding, Dee mengaku masih kerap mendapat stigma buruk soal pro kontra kucing liar yang telah dianggap sebagai hama. Namun, menurutnya, berbagai pihak justru harus bahu-membahu bekerja sama mendukung kegiatan street feeding. Pasalnya, masih banyak yang menganggap bahwa gerakan tersebut membuat populasi kucing liar bertambah.
Padahal, menurut Dee, gerakan street feeding lebih dari itu. Gerakan ini justru bisa mengedukasi masyarakat awam agar lebih aware terhadap kesejahteraan kucing jalanan yang merupakan bagian dari rantai kehidupan.
“Kucing liar di jalanan sudah dikategorikan sebagai hama. Dan sering kali kami dituduh, komunitas street feeding sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap meningkatnya jumlah kucing yang ada di jalanan,” terang Dee.
“Padahal sebenarnya kalau kita mau bekerja sama, masyarakat bisa saling membantu, bisa saling bersinergi, melalui komunitas, lingkungan, dan aparat agar kegiatan street feeding ini menjadi kegiatan yang bermanfaat,” tutupnya.
Lihat Juga: Tangis dan Tawa, Robby Purba dan Raditya Dika Berbagi Kisah Kucing Kesayangan yang Telah Tiada
Hewan jalanan tersebut bisa berupa anjing atau kucing. Pasalnya, kedua hewan ini banyak yang tidak punya pemilik, sehingga kerap terlantar dengan kondisi yang kurang baik.
Street feeding menjadi salah satu cara menolong hewan jalanan dan kegiatan ini dapat dilakukan di mana pun ketika kita menemukan hewan tersebut. Gerakan ini dianggap sebagai salah satu usaha kolektif masyarakat untuk memajukan kesejahteraan hewan di Indonesia.
Meskipun dapat dilakukan secara individu, terdapat komunitas-komunitas street feeding yang tersebar di penjuru Indonesia. Setiap komunitas biasanya berjalan sendiri-sendiri dan tidak berarti memiliki keterkaitan formal antara satu dengan yang lain.
Komunitas street feeding berbasis kedaerahan, terbentuk oleh rasa kepedulian terhadap hewan-hewan yang hidup di jalanan kota. Salah satunya, seorang pecinta kucing yang peduli terhadap nasib kucing di jalanan, Titha Putri. Bersama tiga orang temannya, ia melakukan sebuah gerakan berupa kegiatan memberikan makanan kepada kucing liar dengan nama Street Feeding Warrior.
Mahasiswi asal Jakarta Barat ini menyebut, gerakan yang ia lakukan diinisiasi karena keibaannya terhadap kucing-kucing jalanan yang memiliki tubuh relatif kurus.
“Saya suka nggak tega lihat kucing di jalan kok kurus-kurus banget. Setiap pulang atau pergi ke kampus, kan saya naik kereta, pasti selalu ketemu beberapa kucing liar ini,” ungkap Titha kepada MNC Portal, Selasa (14/3/2023).
“Makanya waktu itu selalu inisiatif bawa makanan kucing setiap berangkat kuliah. Lama-lama kayak kebiasaan. Dan akhirnya, saya juga punya teman-teman di kampus yang memiliki pengalaman serupa. Dari situlah terbentuk komunitas kecil-kecilan ini,” lanjutnya.
Titha menjelaskan, gerakan yang ia lakukan bersama tiga teman kuliahnya itu bertujuan agar kucing liar yang ada di jalanan dapat mengonsumsi makanan yang lebih layak seperti kucing-kucing peliharaan yang dirawat dengan baik. Ia menyebut, biasanya makanan yang diberikan kepada kucing liar merupakan jenis makanan kering khusus kucing atau makanan dry food.
Setidaknya, terdapat 1-3 kilogram makanan kucing yang dibutuhkan Titha untuk melakukan gerakan street feeding bersama teman-temannya. Bahkan, Titha juga kerap membawa makanan kucing tersebut di dalam tasnya.
“Biasanya, kalau lagi kegiatan bareng-bareng itu ditotal bisa habis 1-3 kilogram dry food. Tapi, kadang-kadang aku suka bawa di tas, jaga-jaga kalau ketemu kucing jalanan," tandasnya.
Imbas dari gerakan yang diinisiasi oleh Titha ternyata tak hanya membawa dampak baik untuk beberapa kucing di jalanan, namun juga orang-orang sekitar yang jadi terinspirasi untuk lebih peduli pada kucing liar.
Gerakan street feeding tak sebatas memberi makanan ke kucing-kucing liar di jalanan. Lebih dari itu, ada sebuah gerakan street feeding yang justru terbentuk karena adanya tindakan tidak bertanggung jawab orang-orang yang kerap membuang kucing sembarangan.
Gerakan tersebut diinisiasi oleh Dee Nugraha, pencetus street feeding yang ada di kawasan BSD, Tangerang Selatan. Komunitas itu dibentuk karena rasa iba dirinya terhadap kucing-kucing di sekitar perumahan yang banyak dibuang dari tempat lain.
“Untuk Street Feeding BSD sendiri itu mulai berjalan di Agustus. Jadi belum lama. Dan itu dimulai karena kami memiliki keprihatinan. Pada saat awal pandemi, biasanya kami hanya memberikan makan kepada kucing-kucing di sekitar tempat tinggal kami saja yang merupakan cluster,” ungkap Dee.
“Tapi kami secara tidak sengaja melewati beberapa tempat tinggal yang tidak pernah kita lewati. Di situ ada ruko yang sudah tidak terpakai karena pandemi, dan kebetulan di situ dijadikan tempat pembuangan kucing,” lanjutnya.
Dee menyebut, banyak sekali anak kucing dari mulai new born hingga kucing-kucing senior, baik domestik maupun ras, dalam kondisi sakit dibuang di sekitar lokasi tersebut. “Makanya di situ awal mula kami melakukan street feeding dengan nama Street Feeding BSD. Dan tempat yang kami jadikan lokasi street feeding itu memang tempat yang rawan dijadikan tempat pembuangan kucing,” tuturnya.
Dee menyebut, tidak ada syarat khusus bagi pecinta kucing yang ingin bergabung ke komunitas street feeding. Menurutnya, gerakan street feeding seperti yang ia lakukan bersama anggota-anggota lainnya justru hanya membutuhkan kemauan serta niat yang tulus.
“Sebetulnya untuk masuk ke komunitas Street Feeding BSD itu tidak ada syarat-syarat apa pun kecuali niat baik dan kemauan. Memperhatikan kesejahteraan kucing-kucing jalanan,” jelasnya.
“Komunitas Street Feeding BSD bukan komunitas eksklusif yang berbayar sehingga bisa menjadi anggota. Kami lebih disebut relawan,” imbuh Dee.
Melalui gerakan street feeding yang dilakukan bersama para pecinta kucing lain, Dee juga melakukan gerakan sterilisasi kucing liar agar populasinya tidak berlebihan. Tercatat, hingga saat ini Street Feeding BSD telah berhasil mensterilisasi total 150 ekor kucing jalanan.
Meski memiliki niat baik terhadap kucing-kucing liar di jalan melalui gerakan street feeding, Dee mengaku masih kerap mendapat stigma buruk soal pro kontra kucing liar yang telah dianggap sebagai hama. Namun, menurutnya, berbagai pihak justru harus bahu-membahu bekerja sama mendukung kegiatan street feeding. Pasalnya, masih banyak yang menganggap bahwa gerakan tersebut membuat populasi kucing liar bertambah.
Padahal, menurut Dee, gerakan street feeding lebih dari itu. Gerakan ini justru bisa mengedukasi masyarakat awam agar lebih aware terhadap kesejahteraan kucing jalanan yang merupakan bagian dari rantai kehidupan.
“Kucing liar di jalanan sudah dikategorikan sebagai hama. Dan sering kali kami dituduh, komunitas street feeding sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap meningkatnya jumlah kucing yang ada di jalanan,” terang Dee.
“Padahal sebenarnya kalau kita mau bekerja sama, masyarakat bisa saling membantu, bisa saling bersinergi, melalui komunitas, lingkungan, dan aparat agar kegiatan street feeding ini menjadi kegiatan yang bermanfaat,” tutupnya.
Lihat Juga: Tangis dan Tawa, Robby Purba dan Raditya Dika Berbagi Kisah Kucing Kesayangan yang Telah Tiada
(tsa)