Mengapa Keturunan Tioanghoa dan Arab Lebih Banyak di Indonesia Dibandingkan Belanda? Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernahkah terbesit dipikiranmu mengapa banyak keturunan Tionghoa dan Arab di Indonesia? Padahal, Indonesia sendiri dijajah ratusan tahun oleh bangsa Belanda.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa keturunan Belanda justru begitu jarang berada di Tanah Air. Berbeda dengan etnis Tionghoa dan Arab yang menjamur di Indonesia.
Lantas, bagaimana awal mula fenomena tersebut bisa terjadi?
Belanda mencoba membendung migrasi tetapi tidak berhasil. Seiring berjalannya waktu, orang Tionghoa semakin banyak dan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
Minoritas Tionghoa di Indonesia telah lama memainkan peran ekonomi utama di Nusantara sebagai pedagang, pengrajin, dan perantara yang sangat diperlukan dalam pengumpulan hasil panen dan pajak dari penduduk asli. Petani Cina memungut pajak dan bekerja sebagai kontraktor tenaga kerja untuk Belanda.
Pada akhir abad ke-19, emigrasi dari provinsi-provinsi selatan Cina ke Indonesia meningkat pesat seiring dengan perkembangan ekonomi. Antara tahun 1870 dan 1930, populasi Tionghoa berkembang dari sekitar 250.000 menjadi 1.250.000, yang terakhir menjadi sekitar 2 persen dari total populasi nusantara. Tak heran, keberadaan masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia semakin banyak.
Di beberapa daerah, seperti Kota Pontianak di Kalimantan Barat dan Bagansiapiapi di Provinsi Riau, etnis Tionghoa bahkan menjadi mayoritas penduduk. Mereka mulai menetap di pedesaan Jawa pada tahun 1920-an dan 1930-an.
Menurut sensus Indonesia tahun 2005, terdapat 87.227 orang Arab yang tinggal di Indonesia, yang merupakan 0,04% dari total populasi.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa keturunan Belanda justru begitu jarang berada di Tanah Air. Berbeda dengan etnis Tionghoa dan Arab yang menjamur di Indonesia.
Lantas, bagaimana awal mula fenomena tersebut bisa terjadi?
SejarahOrangTionghoa Menetap di Indonesia
Selama berabad-abad, orang-orang dari Tiongkok telah aktif di Indonesia sebagai pedagang yang bekerja bersama petani dan raja pribumi. Setelah Belanda mengambil alih Jakarta, sejumlah besar orang Tionghoa yang mencari peruntungan beremigrasi ke tempat yang sekarang disebut Indonesia.Belanda mencoba membendung migrasi tetapi tidak berhasil. Seiring berjalannya waktu, orang Tionghoa semakin banyak dan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
Minoritas Tionghoa di Indonesia telah lama memainkan peran ekonomi utama di Nusantara sebagai pedagang, pengrajin, dan perantara yang sangat diperlukan dalam pengumpulan hasil panen dan pajak dari penduduk asli. Petani Cina memungut pajak dan bekerja sebagai kontraktor tenaga kerja untuk Belanda.
Pada akhir abad ke-19, emigrasi dari provinsi-provinsi selatan Cina ke Indonesia meningkat pesat seiring dengan perkembangan ekonomi. Antara tahun 1870 dan 1930, populasi Tionghoa berkembang dari sekitar 250.000 menjadi 1.250.000, yang terakhir menjadi sekitar 2 persen dari total populasi nusantara. Tak heran, keberadaan masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia semakin banyak.
Di beberapa daerah, seperti Kota Pontianak di Kalimantan Barat dan Bagansiapiapi di Provinsi Riau, etnis Tionghoa bahkan menjadi mayoritas penduduk. Mereka mulai menetap di pedesaan Jawa pada tahun 1920-an dan 1930-an.
Sejarah Orang Arab Berada di Indonesia
Budaya Arab juga mempengaruhi budaya Indonesia. Islam adalah agama mayoritas di seluruh nusantara, dengan sekitar 88% penduduk mempraktikkannya.Menurut sensus Indonesia tahun 2005, terdapat 87.227 orang Arab yang tinggal di Indonesia, yang merupakan 0,04% dari total populasi.