Konsumsi Gula Tambahan Bisa Tingkatkan Risiko Kerusakan Hati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan rekomendasi untuk tidak mengonsumsi gula tambahan atau non-gula (NSS). Pembahasan mengenai konsumsi gula ini pun ramai diperbincangkan.
Dokter Spesialis Anak , dr. Kurniawan Satria Denta, M Sc, Sp.A, pun memaparkan betapa pentingnya menjaga asupan gula, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
Melalui cuitannya di media sosial Twitter, dia mengingatkan bahaya mengonsumsi gula berlebih. Pasalnya, banyak penyakit yang bisa diderita ketika usia dewasa nantinya, seperti obesitas hingga penyakit jantung.
"Semakin dini seorang anak terpapar dengan gula berlebih, semakin tinggi kemungkinan mereka untuk adiksi gula. Semakin tinggi juga kemungkinan mereka terkena penyakit metabolik, obesitas, diabetes, penyakit jantung dll saat dewasa nanti," terang dr. Denta melalui cuitannya di Twitter, dikutip Kamis (18/5/2023).
Terkait dengan WHO, dr. Denta juga menyampaikan agar tidak mengonsumsi gula tambahan, karena bisa meningkatkan risiko rusaknya hati. Kerusakan tersebut diibaratkannya seperti minum alkohol. Anak yang mengonsumsi gula tambahan, sama saja dia minum alkohol.
"Sama kayak bahaya dari konsumsi minuman alkohol. Dan untuk anak, sama kayak enggak mungkin kita ngasih mereka alkohol, harusnya kita juga jangan sampai hati ngasih mereka gula berlebih," tuturnya.
Dia pun mengingatkan bahwa batasan konsumsi gula dalam sehari tidak lebih 30 gram bagi orang dewasa. Sedangkan anak-anak tidak lebih 25 gram.
"Batas gula tambahan orang dewasa aja kalau di negara maju sudah diturunin jadi 25-30gram/hari. Untuk anak-anak maksimal 25gram/hari. Balita maksimal 5% dari total kalori harian boleh berasal dari gula tambahan," terang dr. Denta.
WHO sendiri telah menyampaikan bahaya dari konsumsi NSS dalam jangka panjang. Ini bisa meningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kematian pada orang dewasa.
"Mengganti gula dengan NSS tidak membantu pengendalian berat badan dalam jangka panjang. Orang perlu mempertimbangkan cara lain untuk mengurangi asupan gula bebas, seperti mengonsumsi makanan dengan gula alami, seperti buah, atau makanan dan minuman tanpa pemanis," papar Francesco Branca, Direktur Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO.
Dokter Spesialis Anak , dr. Kurniawan Satria Denta, M Sc, Sp.A, pun memaparkan betapa pentingnya menjaga asupan gula, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
Melalui cuitannya di media sosial Twitter, dia mengingatkan bahaya mengonsumsi gula berlebih. Pasalnya, banyak penyakit yang bisa diderita ketika usia dewasa nantinya, seperti obesitas hingga penyakit jantung.
"Semakin dini seorang anak terpapar dengan gula berlebih, semakin tinggi kemungkinan mereka untuk adiksi gula. Semakin tinggi juga kemungkinan mereka terkena penyakit metabolik, obesitas, diabetes, penyakit jantung dll saat dewasa nanti," terang dr. Denta melalui cuitannya di Twitter, dikutip Kamis (18/5/2023).
Terkait dengan WHO, dr. Denta juga menyampaikan agar tidak mengonsumsi gula tambahan, karena bisa meningkatkan risiko rusaknya hati. Kerusakan tersebut diibaratkannya seperti minum alkohol. Anak yang mengonsumsi gula tambahan, sama saja dia minum alkohol.
"Sama kayak bahaya dari konsumsi minuman alkohol. Dan untuk anak, sama kayak enggak mungkin kita ngasih mereka alkohol, harusnya kita juga jangan sampai hati ngasih mereka gula berlebih," tuturnya.
Dia pun mengingatkan bahwa batasan konsumsi gula dalam sehari tidak lebih 30 gram bagi orang dewasa. Sedangkan anak-anak tidak lebih 25 gram.
"Batas gula tambahan orang dewasa aja kalau di negara maju sudah diturunin jadi 25-30gram/hari. Untuk anak-anak maksimal 25gram/hari. Balita maksimal 5% dari total kalori harian boleh berasal dari gula tambahan," terang dr. Denta.
WHO sendiri telah menyampaikan bahaya dari konsumsi NSS dalam jangka panjang. Ini bisa meningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kematian pada orang dewasa.
"Mengganti gula dengan NSS tidak membantu pengendalian berat badan dalam jangka panjang. Orang perlu mempertimbangkan cara lain untuk mengurangi asupan gula bebas, seperti mengonsumsi makanan dengan gula alami, seperti buah, atau makanan dan minuman tanpa pemanis," papar Francesco Branca, Direktur Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO.
(nug)