7 Tempat Pengasingan Bung Karno, Nomor 6 Jadi Lokasi Lahirnya Pancasila
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahirnya Pancasila . Salah satu tokoh yang berjasa terhadap kelahiran Pancasila adalah Bung Karno. Bersama Bung Hatta, perjuangan Sukarno memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bukanlah tanpa halangan.
Sebelum peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat, ayah dari Megawati Soekarnoputri itu harus melewatkan hari-harinya di tanah pembuangan. Berikut 7 tempat pengasingan Bung Karno di zaman penjajahan.
1.Lapas Sukamiskin
Foto/ist
Hasil sidang di Gedung Landraad membawa Bung Karno kembali ke pengasingan, kali ini di Lapas Sukamiskin. Bung Karno diasingkan di Lapas Sukamiskin dari tanggal 9 Desember 1930 hingga 31 Desember 1931
Selama berada Lapas Sukamiskin, Bung Karno ditempatkan di blok utara kamar nomor TA 01 dalam ruangan seluas 5 meter persegi. Selama berada di sana, Bung Karno menulis buku berdasar pledoinya yang berjudul Indonesia Menggugat.
2.Penjara Banceuy
Foto/ist
Penjara Banceuy yang dulu berlokasi di Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno.
Penyebab Bung Karno bersama Gatot Mangkoepradja, Maskoen, dan Soepriadinata diasingkan ke Penjara Banceuy adalah karena aktivitasnya di PNI.
Gerakan tersebut membuatnya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929 dan dipenjara di sini. Soekarno disebut menempati sel nomor 5 yang hanya berukuran 2,5 x 1,5 meter dan berisi kasur lipat juga toilet non permanen.
Di Penjara Banceuy, Bung Karno menyusun pidato pembelaan atau pledoi berjudul Indonesia Menggugat (Indonesie Klaagt Aan) yang dibacakan pada sidang Pengadilan Hindia Belanda di Gedung Landraad.
3.Bengkulu
Foto/ist
Di Kota Bengkulu, Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah yang awalnya adalah tempat tinggal pengusaha yang bernama Tan Eng Cian. Tan Eng Cian merupakan pedagang yang menyuplai bahan pokok untuk kebutuhan pemerintahan kolonial Belanda.
Di rumah yang berjarak sekitar 1,6 km dari Benteng Marlborough itu, Bung Karno diasingkan dari tahun 1938 hingga tahun 1942. Selama pengasingannya rumah tersebut dipergunakan Bung Karno untuk melakukan aktivitas baik politik, kesenian dan keorganisasian.
4.Berastagi, Sumatera Utara
Foto/historia
Berastagi, Karo, Sumatera Utara, menjadi salah satu lokasi pengasingan Bung Karno saat terjadi konflik Indonesia-Belanda. Agresi Militer Belanda II menyebabkan para tokoh bangsa seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya ditangkap dan diasingkan.
Rumah pengasingan di Berastagi ditempati Soekarno mulai 22 Desember 1948, selama 12 hari. Bung Karno kemudian sempat dipindahkan pengasingannya ke Kota Parapat di tepian Danau Toba, hingga ke Muntok di Pulau Bangka.
5.Parapat, Sumatera Utara
Foto/ist
Bung Karno sempat dipindah pengasingannya ke Kota Parapat, Simalungun, Sumatera Utara pada 4 Januari 1949. Di pengasingan ini bung Karno tidak sendirian, namun bersama rekan seperjuangannya yaitu Haji Agus Salim dan Sutan Sjahrir. Selama di pengasingan tersebut, Bung Karno mendapat pengawasan ketat dari tentara Belanda.
6.Ende, Flores
Foto/ist
Pada 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Bung Karno ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Penyebab Bung Karno kembali diasingkan dan dibuang ke Ende karena kegiatan politiknya membahayakan posisi Belanda. Bung Karno dan keluarganya diberangkatkan dari Surabaya menuju Flores dengan kapal barang KM van Riebeeck.
Di rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja, Ende, Flores, beliau tinggal selama empat tahun. Di tempat ini pula Bung Karno disebut sempat menggali pemikiran tentang dasar negara yang kemudian dirumuskan oleh Panitia Sembilan menjadi Pancasila.
7.Pulau Bangka
Foto/okezone
Bung Karno sempat diasingkan di Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di pesanggrahan Menumbing pada periode 1948-1949.
Wilayah Bangka Barat dipilih Belanda karena adanya industri timah yang sudah maju ketika itu. Bangka Barat juga menjadi salah satu basis kekuatan Belanda dengan adanya lapangan terbang dan pelabuhan laut di Muntok.
Sebelum peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat, ayah dari Megawati Soekarnoputri itu harus melewatkan hari-harinya di tanah pembuangan. Berikut 7 tempat pengasingan Bung Karno di zaman penjajahan.
1.Lapas Sukamiskin
Foto/ist
Hasil sidang di Gedung Landraad membawa Bung Karno kembali ke pengasingan, kali ini di Lapas Sukamiskin. Bung Karno diasingkan di Lapas Sukamiskin dari tanggal 9 Desember 1930 hingga 31 Desember 1931
Selama berada Lapas Sukamiskin, Bung Karno ditempatkan di blok utara kamar nomor TA 01 dalam ruangan seluas 5 meter persegi. Selama berada di sana, Bung Karno menulis buku berdasar pledoinya yang berjudul Indonesia Menggugat.
2.Penjara Banceuy
Foto/ist
Penjara Banceuy yang dulu berlokasi di Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno.
Penyebab Bung Karno bersama Gatot Mangkoepradja, Maskoen, dan Soepriadinata diasingkan ke Penjara Banceuy adalah karena aktivitasnya di PNI.
Gerakan tersebut membuatnya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929 dan dipenjara di sini. Soekarno disebut menempati sel nomor 5 yang hanya berukuran 2,5 x 1,5 meter dan berisi kasur lipat juga toilet non permanen.
Di Penjara Banceuy, Bung Karno menyusun pidato pembelaan atau pledoi berjudul Indonesia Menggugat (Indonesie Klaagt Aan) yang dibacakan pada sidang Pengadilan Hindia Belanda di Gedung Landraad.
3.Bengkulu
Foto/ist
Di Kota Bengkulu, Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah yang awalnya adalah tempat tinggal pengusaha yang bernama Tan Eng Cian. Tan Eng Cian merupakan pedagang yang menyuplai bahan pokok untuk kebutuhan pemerintahan kolonial Belanda.
Di rumah yang berjarak sekitar 1,6 km dari Benteng Marlborough itu, Bung Karno diasingkan dari tahun 1938 hingga tahun 1942. Selama pengasingannya rumah tersebut dipergunakan Bung Karno untuk melakukan aktivitas baik politik, kesenian dan keorganisasian.
4.Berastagi, Sumatera Utara
Foto/historia
Berastagi, Karo, Sumatera Utara, menjadi salah satu lokasi pengasingan Bung Karno saat terjadi konflik Indonesia-Belanda. Agresi Militer Belanda II menyebabkan para tokoh bangsa seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya ditangkap dan diasingkan.
Rumah pengasingan di Berastagi ditempati Soekarno mulai 22 Desember 1948, selama 12 hari. Bung Karno kemudian sempat dipindahkan pengasingannya ke Kota Parapat di tepian Danau Toba, hingga ke Muntok di Pulau Bangka.
5.Parapat, Sumatera Utara
Foto/ist
Bung Karno sempat dipindah pengasingannya ke Kota Parapat, Simalungun, Sumatera Utara pada 4 Januari 1949. Di pengasingan ini bung Karno tidak sendirian, namun bersama rekan seperjuangannya yaitu Haji Agus Salim dan Sutan Sjahrir. Selama di pengasingan tersebut, Bung Karno mendapat pengawasan ketat dari tentara Belanda.
6.Ende, Flores
Foto/ist
Pada 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Bung Karno ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Penyebab Bung Karno kembali diasingkan dan dibuang ke Ende karena kegiatan politiknya membahayakan posisi Belanda. Bung Karno dan keluarganya diberangkatkan dari Surabaya menuju Flores dengan kapal barang KM van Riebeeck.
Di rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja, Ende, Flores, beliau tinggal selama empat tahun. Di tempat ini pula Bung Karno disebut sempat menggali pemikiran tentang dasar negara yang kemudian dirumuskan oleh Panitia Sembilan menjadi Pancasila.
7.Pulau Bangka
Foto/okezone
Bung Karno sempat diasingkan di Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di pesanggrahan Menumbing pada periode 1948-1949.
Wilayah Bangka Barat dipilih Belanda karena adanya industri timah yang sudah maju ketika itu. Bangka Barat juga menjadi salah satu basis kekuatan Belanda dengan adanya lapangan terbang dan pelabuhan laut di Muntok.
(wyn)