Rujukan Berjenjang dan Intervensi Gizi Bantu Percepatan Penurunan Stunting
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus berupaya mengatasi stunting di Indonesia . Salah satu percepatan penurunan stunting yang dilakukan adalah melakukan rujukan berjenjang dan pemenuhan intervensi gizi spesifik.
Implementasi sistem rujukan berjenjang untuk balita sudah mulai dilakukan di berbagai kota dan kabupaten. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, dr. Jusi Febrianto menyebutkan bahwa terdapat 3 lapisan intervensi.
Pertama, melalui pemberian susu dan telor di setiap posyandu. Kemudian, kedua, dilakukan di Puskesmas berupa deteksi sedini mungkin sebelum stunting . Pada kasus stunting diberikan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 2 minggu sampai 1 bulan, dan dikoreksi.
Selanjutnya, yang ketiga atau terakhir, intervensi dilakukan melalui pemberian Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK), yang hanya bisa diberikan dari rumah sakit.
"Metode ini dirasa cukup efektif menurunkan angka stunting. Di desa Karangaren selama 6 bulan dapat menurunkan 6% stunting dari 18% menjadi 12%. Diharapkan apabila anggaran cukup, bisa diterapkan ke 57 desa lainnya," jelas Jusi dalam keterangannya resminya, Sabtu (24/6/2023).
Dokter anak, dr. Adrian, SpA., menyampaikan bahwa upaya penurunan stunting di Purbalingga juga dengan mengedukasi masyarakat, memberikan informasi mengenai tumbuh kembang anaknya yang terkena stunting.
Menurutnya, ibu dari anak stunting diintervensi dengan PKMK mengaku anaknya mengalami peningkatan berat badan yang sesuai dengan rekomendasi dokter.
"Informasi itu biasanya mereka sampaikan melalui salah satu aplikasi berkirim pesan dan panggilan. Mereka diberi akses untuk menginformasikan kepada petugas kesehatan mengenai upaya telah dilakukan guna menurunkan stunting," terangnya.
Implementasi sistem rujukan berjenjang untuk balita sudah mulai dilakukan di berbagai kota dan kabupaten. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, dr. Jusi Febrianto menyebutkan bahwa terdapat 3 lapisan intervensi.
Pertama, melalui pemberian susu dan telor di setiap posyandu. Kemudian, kedua, dilakukan di Puskesmas berupa deteksi sedini mungkin sebelum stunting . Pada kasus stunting diberikan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 2 minggu sampai 1 bulan, dan dikoreksi.
Selanjutnya, yang ketiga atau terakhir, intervensi dilakukan melalui pemberian Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK), yang hanya bisa diberikan dari rumah sakit.
"Metode ini dirasa cukup efektif menurunkan angka stunting. Di desa Karangaren selama 6 bulan dapat menurunkan 6% stunting dari 18% menjadi 12%. Diharapkan apabila anggaran cukup, bisa diterapkan ke 57 desa lainnya," jelas Jusi dalam keterangannya resminya, Sabtu (24/6/2023).
Dokter anak, dr. Adrian, SpA., menyampaikan bahwa upaya penurunan stunting di Purbalingga juga dengan mengedukasi masyarakat, memberikan informasi mengenai tumbuh kembang anaknya yang terkena stunting.
Menurutnya, ibu dari anak stunting diintervensi dengan PKMK mengaku anaknya mengalami peningkatan berat badan yang sesuai dengan rekomendasi dokter.
"Informasi itu biasanya mereka sampaikan melalui salah satu aplikasi berkirim pesan dan panggilan. Mereka diberi akses untuk menginformasikan kepada petugas kesehatan mengenai upaya telah dilakukan guna menurunkan stunting," terangnya.