Arsy Hermansyah Jatuh dari Monkey Bar, Dokter Anak Ingatkan Hal Ini ke Orangtua
loading...
A
A
A
JAKARTA - Putri pasangan Anang Hermansyah dan Ashanty, Arsy Hermansyah baru-baru ini terjatuh dari permainan setinggi dua meter hingga membuatnya terpaksa harus menjalani rawat inap di rumah sakit.
Akibat terjatuh dari wahana bernama Monkey Bar tersebut, Arsy harus menjalani CT scan dan juga MRI lantaran ada sesuatu di bagian punggung belakangnya.
Menanggapi hal ini, Dokter Spesialis Anak RSIA Bunda Jakarta, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi mengungkapkan, kasus cedera anak seperti yang dialami Arsy tersebut sebenarnya terbilang jarang. Namun, juga terbilang fatal.
Menurut dr. Tiwi, biasanya kasus cedera tersebut terjadi karena kelalaian orangtua ketika mengawasi anak.
“Saya rasa kalau anak itu kan eksploratif, yang harus dipesankan oleh orangtua waktu momong anaknya itu dia nggak boleh pegang ini, biasanya jadi distraksi parenting," ujar dr. Tiwi, saat diwawancara di RSIA Bunda Jakarta, Senin, (31/7/2023).
"Jadi mereka tuh betul-betul harus fokus karena anak itu kan apa juga mau dicoba. Tapi kalau kasus seperti itu sih disini jarang,” tambahnya.
Dr. Tiwi menyebut, meski yang dialami Arsy bukan kondisi yang cukup serius, namun orangtua perlu memperhatikan risiko terburuk yang bisa dialami akibat cedera yang dialami oleh anak. Salah satunya risiko pendarahan otak.
Pasalnya, pendarahan otak akibat cedera yang dialami anak bisa berakibat fatal terhadap risiko penyakit stroke bahkan kematian.
“Yang paling takut itu kan pendarahan otak ya. Jadi yang paling khawatir kalau jatuh itu adalah kepala. Karena perdarahan otak itu ya lumayan berat ya. Karena kan bisa seperti stroke jadinya,” ungkapnya.
dr. Tiwi juga menjelaskan, pendarahan otak ketika anak mengalami cedera kepala bisa mempengaruhi jaringan dan pembuluh darah di kepala, tengkorak, hingga kulit kepala yang terjadi karena benturan. Bentuknya dapat berkisar dari benjolan ringan atau memar hingga cedera otak traumatis.
Perdarahan otak termasuk kasus kegawatdaruratan di bidang bedah saraf yang bila dibiarkan akan menyebabkan pergeseran otak yang akan mengakibatkan kematian. Penanganannya dengan operasi kraniotomi yang paling efektif dalam menyelamatkan nyawa pasien.
Akibat terjatuh dari wahana bernama Monkey Bar tersebut, Arsy harus menjalani CT scan dan juga MRI lantaran ada sesuatu di bagian punggung belakangnya.
Menanggapi hal ini, Dokter Spesialis Anak RSIA Bunda Jakarta, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi mengungkapkan, kasus cedera anak seperti yang dialami Arsy tersebut sebenarnya terbilang jarang. Namun, juga terbilang fatal.
Menurut dr. Tiwi, biasanya kasus cedera tersebut terjadi karena kelalaian orangtua ketika mengawasi anak.
Baca Juga
“Saya rasa kalau anak itu kan eksploratif, yang harus dipesankan oleh orangtua waktu momong anaknya itu dia nggak boleh pegang ini, biasanya jadi distraksi parenting," ujar dr. Tiwi, saat diwawancara di RSIA Bunda Jakarta, Senin, (31/7/2023).
"Jadi mereka tuh betul-betul harus fokus karena anak itu kan apa juga mau dicoba. Tapi kalau kasus seperti itu sih disini jarang,” tambahnya.
Dr. Tiwi menyebut, meski yang dialami Arsy bukan kondisi yang cukup serius, namun orangtua perlu memperhatikan risiko terburuk yang bisa dialami akibat cedera yang dialami oleh anak. Salah satunya risiko pendarahan otak.
Pasalnya, pendarahan otak akibat cedera yang dialami anak bisa berakibat fatal terhadap risiko penyakit stroke bahkan kematian.
“Yang paling takut itu kan pendarahan otak ya. Jadi yang paling khawatir kalau jatuh itu adalah kepala. Karena perdarahan otak itu ya lumayan berat ya. Karena kan bisa seperti stroke jadinya,” ungkapnya.
dr. Tiwi juga menjelaskan, pendarahan otak ketika anak mengalami cedera kepala bisa mempengaruhi jaringan dan pembuluh darah di kepala, tengkorak, hingga kulit kepala yang terjadi karena benturan. Bentuknya dapat berkisar dari benjolan ringan atau memar hingga cedera otak traumatis.
Perdarahan otak termasuk kasus kegawatdaruratan di bidang bedah saraf yang bila dibiarkan akan menyebabkan pergeseran otak yang akan mengakibatkan kematian. Penanganannya dengan operasi kraniotomi yang paling efektif dalam menyelamatkan nyawa pasien.
(hri)