Cegah Kanker Prostat di Usia Produktif Pria dengan Pemeriksaan Prostate Health Index
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kanker prostat merupakan kanker kedua yang paling banyak terjadi pada pria di dunia.
Kanker prostat lebih sering terjadi pada pria usia 60 tahun ke atas. Namun, seiring bertambahnya usia, risiko kanker prostat semakin tinggi. Saat ini banyak kasus kanker prostat terjadi pada pria dengan usia lebih muda, di bawah 40 tahun.
The American Cancer Society’s memperkirakan terdapat sekitar 288.300 kasus kanker prostat baru dan sekitar 34.700 kematian disebabkan oleh kanker prostat di Amerika pada 2023.
Di Indonesia, Global Cancer Statistics menunjukkan bahwa kanker prostat adalah kanker kelima yang paling umum terjadi pada pria, dengan jumlah kasus baru sebanyak 13.563 pada 2020.
Sebanyak 70% pria yang terdiagnosa dengan kanker prostat baru mencari pengobatan medis ketika sudah terlambat. Oleh karena itu, deteksi dini kanker prostat sangat diperlukan untuk pria dimulai pada usia 40 tahun.
Terkait kanker prostat, RS Grha Kedoya (RSGK) Jakarta kembali menyuguhkan pemeriksaan Prostate Health Index (PHI) yang merupakan salah satu pemeriksaan darah yang baru dikerjakan langsung di Indonesia, bersifat non-invasive dengan kemampuan 2.5 kali lebih spesifik dalam mendeteksi adanya kanker prostat, dibandingkan dengan pemeriksaan Prostate Specific Antigen (PSA), pemeriksaan PHI yang selama ini dilakukan terbukti menurunkan keperluan biopsi prostat yang bersifat invasif.
Prostate Specific Antigen (PSA) adalah jenis pemeriksaan darah yang mengukur level antigen untuk mendeteksi secara dini kanker prostat yang paling sering digunakan saat ini di Indonesia.
Sel kanker cenderung memproduksi PSA lebih banyak, sehingga pada pasien dengan kanker prostat terdapat lonjakan level PSA ketika pemeriksaan dilakukan. Namun, penggunaan PSA sebagai skrining sering kali menyebabkan over-diagnosis dan meningkatkan biopsi yang tidak perlu.
Hal ini disebabkan karena beberapa penyakit juga meningkatkan kadar PSA selain kanker, antara lain Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), inflamasi, faktor usia, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Keputusan biopsi pada pasien dengan kriteria klinis mengarah pada kanker prostat tidaklah mudah. Lebih dari dua pertiga pria dengan hasil pemeriksaan rektal digital tanpa kelainan dan hasil tPSA berkisar 4 sampai 10 ng/mL, memberikan hasil bukan kanker.
Kanker prostat lebih sering terjadi pada pria usia 60 tahun ke atas. Namun, seiring bertambahnya usia, risiko kanker prostat semakin tinggi. Saat ini banyak kasus kanker prostat terjadi pada pria dengan usia lebih muda, di bawah 40 tahun.
The American Cancer Society’s memperkirakan terdapat sekitar 288.300 kasus kanker prostat baru dan sekitar 34.700 kematian disebabkan oleh kanker prostat di Amerika pada 2023.
Di Indonesia, Global Cancer Statistics menunjukkan bahwa kanker prostat adalah kanker kelima yang paling umum terjadi pada pria, dengan jumlah kasus baru sebanyak 13.563 pada 2020.
Sebanyak 70% pria yang terdiagnosa dengan kanker prostat baru mencari pengobatan medis ketika sudah terlambat. Oleh karena itu, deteksi dini kanker prostat sangat diperlukan untuk pria dimulai pada usia 40 tahun.
Terkait kanker prostat, RS Grha Kedoya (RSGK) Jakarta kembali menyuguhkan pemeriksaan Prostate Health Index (PHI) yang merupakan salah satu pemeriksaan darah yang baru dikerjakan langsung di Indonesia, bersifat non-invasive dengan kemampuan 2.5 kali lebih spesifik dalam mendeteksi adanya kanker prostat, dibandingkan dengan pemeriksaan Prostate Specific Antigen (PSA), pemeriksaan PHI yang selama ini dilakukan terbukti menurunkan keperluan biopsi prostat yang bersifat invasif.
Prostate Specific Antigen (PSA) adalah jenis pemeriksaan darah yang mengukur level antigen untuk mendeteksi secara dini kanker prostat yang paling sering digunakan saat ini di Indonesia.
Sel kanker cenderung memproduksi PSA lebih banyak, sehingga pada pasien dengan kanker prostat terdapat lonjakan level PSA ketika pemeriksaan dilakukan. Namun, penggunaan PSA sebagai skrining sering kali menyebabkan over-diagnosis dan meningkatkan biopsi yang tidak perlu.
Hal ini disebabkan karena beberapa penyakit juga meningkatkan kadar PSA selain kanker, antara lain Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), inflamasi, faktor usia, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Keputusan biopsi pada pasien dengan kriteria klinis mengarah pada kanker prostat tidaklah mudah. Lebih dari dua pertiga pria dengan hasil pemeriksaan rektal digital tanpa kelainan dan hasil tPSA berkisar 4 sampai 10 ng/mL, memberikan hasil bukan kanker.