Efek Polusi Udara bagi Ibu Hamil, Lahirkan Bayi Kecil
loading...
A
A
A
JAKARTA - Polusi udara berpengaruh pada kesehatan, termasuk masalah pernapasan. Masalah polusi udara juga sangat memengaruhi ibu hamil . Mereka yang terekspos polusi udara akan melahirkan bayi berukuran kecil.
Penelitian yang dilakukan Department of Global Public Health and Primary Care, University of Bergen (UiB), Norwegia perlu dicermati oleh warga Jakarta. Terutama buat ibu-ibu hamil yang memang tinggal di wilayah Ibu Kota Indonesia.
Dalam penelitian itu disebutkan wanita yang terpapar polusi udara akan melahirkan bayi yang lebih kecil. Dalam penelitian itu juga diketahui perempuan yang tinggal di daerah yang lebih hijau justru melahirkan bayi yang lebih besar dan hal ini dapat membantu melawan dampak polusi.
Robin Mzati Sinsamala, peneliti dari UiB mengatakan bahwa polusi udara akan sangat berpengaruh buat ibu hamil. Termasuk pada pulusi udara yang relatif rendah. Jadi sebisa mungkin ibu hamil memang harus menghindar dari paparan polusi udara.
"Mereka yang tinggal di kawasan yang lebih hijau dapat membantu mengatasi dampak ini. Bisa jadi kawasan hijau cenderung memiliki lalu lintas yang lebih rendah atau tanaman membantu membersihkan polusi udara. Selain itu kawasan hijau akan memudahkan wanita hamil untuk aktif secara fisik," kata Robin Mzati.
Lebih lanjut dia mengatakan dalam penelitian yang dilakuka diketahui rata-rata ibu hamil yang tinggal di wilayah polkusi udara melahirkan bayi dengan rata-rata penurunan berat badan sebesar 56 gram, 46 gram, dan 48 gram. Hal itu terdampak oleh paparan polusi udara dengan parikel polusi PM2.5, PM10, NO2, dan BC.
Sementara wanita hamil yang tinggal di daerah yang lebih hijau mempunyai bayi dengan berat lahir sedikit lebih tinggi. Rata-rata 27 gram lebih berat dibandingkan ibu yang tinggal di daerah yang kurang hijau.
“Waktu pertumbuhan bayi di dalam rahim sangat penting untuk perkembangan paru-paru. Kita tahu bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah rentan terhadap infeksi dada, dan hal ini dapat menyebabkan masalah seperti asma di kemudian hari," terang Robin Mzati Sinsamala.
Sementara Profesor Arzu Yorgancioglu, Ketua European Respiratory Society Advocacy Council Chair mengatakan penelitian itu semakin membuktikan dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan. Terutama pada bayi dan anak kecil yang rentan.
"Wanita yang sedang hamil ingin melindungi calon bayinya dari potensi bahaya. Namun, sebagai individu, mungkin sulit untuk mengurangi paparan kita terhadap polusi udara atau menjadikan lingkungan kita lebih hijau," tutur dia.
Dia berharap saat ini adanya desakan kepada pemerintah dan pengambil kebijakan untuk menurunkan tingkat polusi di udara yang terjadi belakangan ini.
"Studi ini juga menunjukkan bahwa kita dapat membantu mengurangi beberapa dampak polusi dengan menjadikan lingkungan kita lebih hijau," ucapnya.
Penelitian yang dilakukan Department of Global Public Health and Primary Care, University of Bergen (UiB), Norwegia perlu dicermati oleh warga Jakarta. Terutama buat ibu-ibu hamil yang memang tinggal di wilayah Ibu Kota Indonesia.
Dalam penelitian itu disebutkan wanita yang terpapar polusi udara akan melahirkan bayi yang lebih kecil. Dalam penelitian itu juga diketahui perempuan yang tinggal di daerah yang lebih hijau justru melahirkan bayi yang lebih besar dan hal ini dapat membantu melawan dampak polusi.
Robin Mzati Sinsamala, peneliti dari UiB mengatakan bahwa polusi udara akan sangat berpengaruh buat ibu hamil. Termasuk pada pulusi udara yang relatif rendah. Jadi sebisa mungkin ibu hamil memang harus menghindar dari paparan polusi udara.
"Mereka yang tinggal di kawasan yang lebih hijau dapat membantu mengatasi dampak ini. Bisa jadi kawasan hijau cenderung memiliki lalu lintas yang lebih rendah atau tanaman membantu membersihkan polusi udara. Selain itu kawasan hijau akan memudahkan wanita hamil untuk aktif secara fisik," kata Robin Mzati.
Lebih lanjut dia mengatakan dalam penelitian yang dilakuka diketahui rata-rata ibu hamil yang tinggal di wilayah polkusi udara melahirkan bayi dengan rata-rata penurunan berat badan sebesar 56 gram, 46 gram, dan 48 gram. Hal itu terdampak oleh paparan polusi udara dengan parikel polusi PM2.5, PM10, NO2, dan BC.
Sementara wanita hamil yang tinggal di daerah yang lebih hijau mempunyai bayi dengan berat lahir sedikit lebih tinggi. Rata-rata 27 gram lebih berat dibandingkan ibu yang tinggal di daerah yang kurang hijau.
“Waktu pertumbuhan bayi di dalam rahim sangat penting untuk perkembangan paru-paru. Kita tahu bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah rentan terhadap infeksi dada, dan hal ini dapat menyebabkan masalah seperti asma di kemudian hari," terang Robin Mzati Sinsamala.
Sementara Profesor Arzu Yorgancioglu, Ketua European Respiratory Society Advocacy Council Chair mengatakan penelitian itu semakin membuktikan dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan. Terutama pada bayi dan anak kecil yang rentan.
"Wanita yang sedang hamil ingin melindungi calon bayinya dari potensi bahaya. Namun, sebagai individu, mungkin sulit untuk mengurangi paparan kita terhadap polusi udara atau menjadikan lingkungan kita lebih hijau," tutur dia.
Dia berharap saat ini adanya desakan kepada pemerintah dan pengambil kebijakan untuk menurunkan tingkat polusi di udara yang terjadi belakangan ini.
"Studi ini juga menunjukkan bahwa kita dapat membantu mengurangi beberapa dampak polusi dengan menjadikan lingkungan kita lebih hijau," ucapnya.
(tdy)