Bedah Bariatrik, Solusi Obesitas Ekstrem

Selasa, 27 Juni 2017 - 14:32 WIB
Bedah Bariatrik, Solusi Obesitas Ekstrem
Bedah Bariatrik, Solusi Obesitas Ekstrem
A A A
JAKARTA - Bukan hanya orang dewasa, obesitas tak sedikit melanda anak-anak. Bila tidak ditangani secara tepat, malnutrisi ini berisiko komplikasi seperti penyakit jantung, diabetes, kanker bahkan berujung kematian.

Obesitas di Indonesia sudah tidak bisa lagi dianggap sepele. Bagaimana tidak, tingkat obesitas di Indonesia berada pada urutan 10 dunia. Bahkan, salah satu malnutrisi ini juga telah melanda anak sejak usia dini.

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan sebanyak 18,8% anak usia 5 – 12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan 10,8 % diantaranya menderita obesitas. Tidak main-main, jika tidak mendapatkan intervensi medis yang tepat obesitas bisa sebabkan berbagai risiko gangguan penyakit diantaranya adalah penyakit jantung, diabetes melitus, dislipidemia, gangguan pernapasan pada saat tidur, kanker, dan penyakit kardiovaskular utama lainnya, dan dapat berakhir pada kematian. Pada usia anak-anak, obesitas juga memberi efek buruk pada tahapan tumbuh kembangnya.

"Terutama dalam aspek organik dan psikososial. Obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa," jelas dr. Marlyn C. Malonda, Sp.A, dokter spesialis anak di RS OMNI Alam Sutera.

Penanganan obesitas pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain lewat penanganan perilaku berbasis keluarga, yakni dalam hal makan, mengurangi lemak dan diet, modifikasi gaya hidup, latihan/aktivitas fisik, serta konsumsi obat yang diresepkan oleh dokter. Namun dalan kasus obesitas yang ekstrem seperti yang melanda Aria Permana misalnya, maka jalan terakhir adalah dengan melakukan operasi/pembedahan.

“Tindakan operasi/pembedahan hanya akan disarankan jika pengobatan lain gagal dan jika anak telah melalui pubertas atau jika dia sangat gemuk dan memiliki masalah kesehatan lainnya," ungkap dr Marlyn.

Operasi atau pembedahan harus dimulai dengan terlebih dahulu mempelajari riwayat kesehatan sang anak tentunya. Nah, dalam hal ini operasi yang dijadikan rujukan adalah bedah Bariatrik. Tindakan bedah ini merupakan teknik operasi pengecilan dan bypass lambung yang bertujuan untuk menurunkan berat badan untuk mengatasi obesitas.

Di negara maju, bedah bariatrik sudah lebih dulu populer dan sangat umum dilaksanakan karena terbukti efektif menurunkan berat badan yang dapat bertahan dalam jangka panjang. Dikatakan dr. Handy Wing, Sp.B, FBMS, FINACS, FICS, Dokter spesialis bedah dari RS OMNI Alam Sutera.

”Saat ini operasi bariatrik dipandang sebagai terapi yang paling efektif mengatasi obesitas dengan efek bonus tambahan mengontrol penyakit diabetes,” paparnya.

Hanya saja metode ini belum populer di Indonesia dan belum banyak diketahui oleh pasien penyandang obesitas. Metode bedah bariatrik dilakukan dengan teknik laparoskopi atau minimal invasive, di mana operasi dilakukan melalui lubang sayatan kecil berukuran 1 cm sebanyak 3-4 buah.

Keuntungan dari bedah ini dibanding tindakan pembedahan untuk penurunan berat badan lainnya adalah nyeri yang dirasakan sangat berkurang dan bekas luka sayatan sangat kecil sehingga secara kosmetik bekas operasi hampir tidak terlihat.

“Perubahan bentuk lambung/usus, berkurangnya asupan dan penyerapan makanan, serta peningkatan hormon inkretin menyebabkan gula darah menjadi terkontrol pasca operasi," urai dr Handy.

Setelah operasi, tubuh pasien akan memberi respons positif dan efisien dalam mengatur pola keseimbangan kadar gula darah. Untuk melakukan operasi ini tidak sembarang orang, ada kriteria yang ditetapkan.

Adapun kriteria pasien untuk melakukan operasi penurunan berat badan ini adalah dengan memakai tolak ukur Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 35. IMT lebih dari 35 mengindikasikan kelebihan 45 kilogram diatas berat badan ideal untuk pria atau kelebihan 36 kilogram diatas berat badan ideal untuk wanita.

Jadi seseorang dengan IMT lebih dari 35 apalagi disertai berbagai masalah kesehatan terkait seperti diabetes, tekanan darah tinggi, gangguan nafas dan penyakit kardiovaskuler merupakan kandidat ideal untuk operasi ini.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3823 seconds (0.1#10.140)