Wanita di Gaza Alami Stres Ekstrem Akibat Konflik Israel dan Palestina

Sabtu, 04 November 2023 - 19:43 WIB
loading...
Wanita di Gaza Alami...
Wanita di Jalur Gaza dilaporkan mengalami stres ekstrem akibat konflik Israel dan Palestina. Lebih dari 1,4 juta orang menjadi pengungsi di Jalur Gaza. Foto/Getty Images
A A A
JAKARTA - Wanita di Jalur Gaza dilaporkan mengalami stres ekstrem akibat konflik Israel dan Palestina yang berkepanjangan. Lebih dari 1,4 juta orang menjadi pengungsi di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Mereka hidup dalam kondisi yang sempit dan tidak higienis di sekolah-sekolah yang dikelola PBB dan di ruang yang penuh sesak dengan keluarga angkat atau kerabat. Sehingga tidak ada ruang untuk privasi.

Dampak serangan Israel yang kini memasuki hari ke-25 sangat menghancurkan. Lebih dari 8.500 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Peringatan berulang-ulang yang diberikan oleh militer Israel kepada penduduk untuk meninggalkan Gaza utara dan Kota Gaza telah menyebabkan kota-kota di tengah dan selatan wilayah tersebut membengkak jumlahnya. Namun serangan udara terus menghantam Jalur Gaza selatan.



Menurut Nevin Adnan, seorang psikolog dan pekerja sosial yang berbasis di Kota Gaza, perempuan biasanya mengalami gejala psikologis dan fisik pada hari-hari sebelum dan selama menstruasi. Seperti perubahan suasana hati dan nyeri perut bagian bawah dan punggung.

Gejala-gejala ini dapat memburuk pada saat stres seperti perang yang sedang berlangsung. “Perpindahan menyebabkan stres yang ekstrem dan itu mempengaruhi tubuh wanita serta hormonnya,” kata Adnan dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (4/11/2023).

“Bisa juga terjadi peningkatan gejala fisik yang berhubungan dengan menstruasi. Seperti sakit perut dan punggung, sembelit dan kembung,” sambungnya.

Menurut Adnan, wanita di Jalur Gaza mengalami insomnia, rasa gugup terus-menerus, dan ketegangan ekstrem. Saat ini, lebih banyak perempuan yang bersedia meminum pil penunda menstruasi untuk menghindari rasa malu karena kurangnya kebersihan, privasi, dan pembalut atau tampon.



Adnan menjelaskan bahwa dalam keadaan normal, berkonsultasi dengan dokter sebelum meminum pil penunda menstruasi penting untuk mengetahui efek samping dan penggunaannya yang berkelanjutan terhadap kesehatan fisik wanita.

“Hal ini dapat mempengaruhi perubahan hormonal alami seorang wanita, tanggal menstruasinya di bulan berikutnya, jumlah darah yang keluar, dan apakah menstruasinya berhenti,” jelas Adnan.
(dra)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1874 seconds (0.1#10.140)