Kenali Gejala Penyakit Batu Ginjal dan Pengobatan Operasi Terkini
loading...
A
A
A
Tambah Umur Tambah Berisiko
Usia 55-64 tahun merupakan kelompok yang paling rentan terkena batu tanduk rusa (staghorn stone) dengan prevalensi pada laki-laki 0,8% sementara perempuan 0,4%. Beberapa faktor risiko penyakit ini diantaranya faktor keturunan dengan riwayat saluran kemih, asam urat, infeksi saluran kemih, ginjal tunggal, obesitas dan sindrom metabolik.
Penyakit lain seperti; hiperparatiroidisme, penyakit ginjal polikistik, penyakit pencernaan (reseksi usus, penyakit chron, gangguan absorpsi), kelainan saraf tulang belakang (medula spinalis) dengan gejala seperti sering mengompol (neurogenic bladder). (Baca juga: Pelajar Ditantang Adu Kreatif dengan Konsep Baru)
Dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D mengembangkan teknik operasi bedah minimal PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy) tanpa menggunakan sinar X-ray pada saat mengidentifikasi batu ginjal melainkan dengan bantuan USG. sehingga dapat mengurangi paparan radiasi bagi pasien, juga operator.
Hal ini sangat berguna bagi pasien yang memang sensitif pada kontras, cairan yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan struktur organ yang diperiksa. Pasien yang memiliki riwayat azotemia (peningkatan produk nitrogen di darah) juga dapat memilih prosedur ini, karena kontras dapat memicu azotemia.
Pada pasien dengan penyakit ginjal polikistik, penggunaan USG juga memperkecil kemungkinan komplikasi karena penggunaan USG dapat mempermudah prosedur tindakan. “PCNL merupakan teknik pembedahan minimal invasif untuk menghancurkan batu ginjal yang menggunakan jarum (needle) dan guidewire yang ditusukkan ke punggung pasien pada kulit dekat ginjal untuk mengakses ginjal dan saluran kemih bagian atas,” jelas dr. Ponco.
Luka operasi pada teknik ini sekitar 1 cm. Pada prosedur ini diperlukan pencitraan untuk menilai apakah akses ke ginjal sudah tercapai. Bisa menggunakan x-ray dan fluoroscopy ataupun ultrasonografi. Setelah akses tercapai saluran kemih dilebarkan dengan dilator dan dimasukan kamera untuk melihat struktur ginjal. Kemudian batu dihancurkan. “Setelah semua batu dihancurkan, dilakukan pencitraan kembali apakah masih ada batu tersisa atau tidak,” lanjut dr. Ponco. (Lihat videonya: Penutupan Gedung DPRD DKI Jakarta Diperpanjang)
Untuk diketahui, batu tanduk rusa dapat muncul kembali, tetapi hal tersebut dapat dihindari dengan beberapa langkah seperti, mengonsumsi air mineral cukup, mengontrol konsumsi garam, mengontrol konsumsi protein hewani, mengurangi minuman beralkohol, dan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat.
Dr. Ponco juga merekomendasikan untuk menjaga kebersihan diri guna mengurangi kemungkinan infeksi saluran kemih, serta menambah aktivitas fisik. Yakni dengan melakukan aktivitas intensitas sedang minimal 150 menit per minggu atau aktivitas fisik intensitas berat minimal 75 menit per minggu. “Bisa juga mengombinasi aktivitas intensitas sedang dan berat yang sesuai,“ tutupnya. (Sri Noviarni)
Usia 55-64 tahun merupakan kelompok yang paling rentan terkena batu tanduk rusa (staghorn stone) dengan prevalensi pada laki-laki 0,8% sementara perempuan 0,4%. Beberapa faktor risiko penyakit ini diantaranya faktor keturunan dengan riwayat saluran kemih, asam urat, infeksi saluran kemih, ginjal tunggal, obesitas dan sindrom metabolik.
Penyakit lain seperti; hiperparatiroidisme, penyakit ginjal polikistik, penyakit pencernaan (reseksi usus, penyakit chron, gangguan absorpsi), kelainan saraf tulang belakang (medula spinalis) dengan gejala seperti sering mengompol (neurogenic bladder). (Baca juga: Pelajar Ditantang Adu Kreatif dengan Konsep Baru)
Dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D mengembangkan teknik operasi bedah minimal PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy) tanpa menggunakan sinar X-ray pada saat mengidentifikasi batu ginjal melainkan dengan bantuan USG. sehingga dapat mengurangi paparan radiasi bagi pasien, juga operator.
Hal ini sangat berguna bagi pasien yang memang sensitif pada kontras, cairan yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan struktur organ yang diperiksa. Pasien yang memiliki riwayat azotemia (peningkatan produk nitrogen di darah) juga dapat memilih prosedur ini, karena kontras dapat memicu azotemia.
Pada pasien dengan penyakit ginjal polikistik, penggunaan USG juga memperkecil kemungkinan komplikasi karena penggunaan USG dapat mempermudah prosedur tindakan. “PCNL merupakan teknik pembedahan minimal invasif untuk menghancurkan batu ginjal yang menggunakan jarum (needle) dan guidewire yang ditusukkan ke punggung pasien pada kulit dekat ginjal untuk mengakses ginjal dan saluran kemih bagian atas,” jelas dr. Ponco.
Luka operasi pada teknik ini sekitar 1 cm. Pada prosedur ini diperlukan pencitraan untuk menilai apakah akses ke ginjal sudah tercapai. Bisa menggunakan x-ray dan fluoroscopy ataupun ultrasonografi. Setelah akses tercapai saluran kemih dilebarkan dengan dilator dan dimasukan kamera untuk melihat struktur ginjal. Kemudian batu dihancurkan. “Setelah semua batu dihancurkan, dilakukan pencitraan kembali apakah masih ada batu tersisa atau tidak,” lanjut dr. Ponco. (Lihat videonya: Penutupan Gedung DPRD DKI Jakarta Diperpanjang)
Untuk diketahui, batu tanduk rusa dapat muncul kembali, tetapi hal tersebut dapat dihindari dengan beberapa langkah seperti, mengonsumsi air mineral cukup, mengontrol konsumsi garam, mengontrol konsumsi protein hewani, mengurangi minuman beralkohol, dan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat.
Dr. Ponco juga merekomendasikan untuk menjaga kebersihan diri guna mengurangi kemungkinan infeksi saluran kemih, serta menambah aktivitas fisik. Yakni dengan melakukan aktivitas intensitas sedang minimal 150 menit per minggu atau aktivitas fisik intensitas berat minimal 75 menit per minggu. “Bisa juga mengombinasi aktivitas intensitas sedang dan berat yang sesuai,“ tutupnya. (Sri Noviarni)
(ysw)