Film Dokumenter Kejar Mimpi Angkat Keindahan Alam Flores

Jum'at, 17 November 2017 - 21:54 WIB
Film Dokumenter Kejar Mimpi Angkat Keindahan Alam Flores
Film Dokumenter Kejar Mimpi Angkat Keindahan Alam Flores
A A A
TIGA hari berada di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggalkan kesan tersendiri bagi penyanyi muda bertalenta Maudy Ayunda. Tidak untuk berlibur, Maudy Ayunda dan timnya sedang melakukan syuting project #KejarMimpi yang disutradarai Nia Dinata. Syuting kali ini mengambil setting di Bajawa, Ngada, Flores.

Maudy Ayunda yang menjadi co-founders gerakan sosial #KejarMimpi ini pun mengaku mendapatkan pengalaman berkesan dan menyenangkan serta menambah wawasannya. Saking menikmatinya, Maudy tak merasa sedang syuting.

Dia merasa seperti sedang jalan-jalan dengan mempelajari budaya, tata cara mengenakan kain khas dan tarian adat. Ini ditambah melihat keindahan alam Flores yang sangat indah.

“Selama 3 hari syuting itu, pengalaman luar biasa buat aku karena anak-anak dan pemuda Flores itu termasuk friendly. Mereka mudah bergaul dan sangat responsif diajak ngobrol. Dari sini aku belajar bahwa kearifan lokal harus benar-benar di-develop sehingga anak muda memiliki keinginan untuk mengembangkan rumah atau kampung halaman mereka,” kata Maudy Ayunda kepada KORAN SINDO usai syuting film pendek dokumenter gerakan #KejarMimpi di Bandara Komodo, Labuan Bajo, NTT, baru-baru ini.

Dari pengalaman bercengkrama dan ngobrol dengan anak muda di sana, penyanyi kelahiran Jakarta, 19 Desember 1994 ini menyadari #KejarMimpi bukan sekadar gerakan personal orang muda atau anak-anak yang punya mimpi. Ini tentang Indonesia secara keseluruhan sebagai sebuah negara yang harus memiliki mimpi.

Pengalaman dan perasaan yang sama juga dirasakan aktris Cut Mini yang menjadi bagian dari kampanye #KejarMimpi ini. Dia mendapatkan pengalaman yang begitu mengesankan karena baru pertama kali datang ke Bajawa Ngada. Menurutnya, suasana Flores sangat nyaman dan masyarakatnya bersahabat.

Apalagi peraih Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2016 dalam film Athirah ini mendapatkan kesempatan mengajar anak sekolah dan mendongeng di atas bukit. Hal ini mengingatkan sosok ibu guru Muslimah yang dia perankan dalam film Laskar Pelangi.

“Senang banget kebagian scene mendongeng di atas bukit dan juga bagi-bagi buku untuk anak di sekolah SD Inpres Wogo. Saya senang sekali bisa kerja bareng bikin film dokumenter ini. Saya ingat saat menjadi sosok bu Muslimah dalam Laskar Pelangi,” ungkap istri Muhamad Safril Sarwono ini.

Di sisi lain, Cut Mini juga miris melihat minimnya fasilitas belajar untuk anak-anak. “Saya cukup sedih dan terenyuh dengan kondisi mereka yang serba terbatas. Kaki mereka berdebu, baju lusuh apa adanya,” ujarnya.

Sementara Nia Dinata mengatakan, penggarapan film pendek ini mengutamakan riset. Untuk penggarapan film dokumenter ini, Nia membutuhkan waktu untuk syuting selama 5 hari di Flores, khususnya Bajawa serta mengambil keindahan Labuan Bajo.

Sutradara kelahiran Jakarta, 4 Maret 1969 ini mengakui, film dokumenter belum menjadi primadona di tengah masyarakat. Hal itulah yang malah melecut semangatnya menggarap film dokumenter. "Kami tidak boleh menyerah mendidik masyarakat Indonesia tentang film dokumenter dan menaikkan cita rasa film masyarakat Indonesia," kata Nia.

Gerakan #KejarMimpi yang di-support CIMB Niaga Peduli mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa mengindentifikasi mimpi dan berbagi cerita tentang mimpi mereka. Ketika mimpi itu diceritakan dan disatukan dengan mimpi orang lain maka mimpi itu selangkah demi selangkah akan menjadi kenyataan karena dilakukan secara bersama-sama.

Jika tertarik ikut menyuarakan semangat mengejar mimpi, Anda bisa ikuti #KejarMimpi, follow kegiatan Kejar Mimpi di akun instagram @kejarmimpi.id atau di www.kejarmimpi.id.
(poe)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4982 seconds (0.1#10.140)