Wolbachia Bisa Mengatasi DBD? Begini Penjelasan WHO
loading...
A
A
A
JAKARTA - Metode Wolbachia dalam mengurangi demam berdarah menjadi ramai belakangan. Pasalnya, cara ini menjadi pro kontra. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun angkat bicara.
Nyamuk ber-wolbachia sebenarnya mendapatkan rekomendasi dari WHO pada 2021. Dengan rekomendasi ini, penerapan teknologi wolbachia untuk mengatasi demam berdarah kian melengkapi Strategi Nasional Penanggulangan Dengue pada 2021-2025.
“Kami membandingkan kecenderungan dengue di Yogyakarta mundur 30 tahun, dari situ kami menyimpulkan memang angka kejadian dengue saat ini terendah sejak 30 tahun lalu. Hasil ini menjadi bukti penelitian di Yogyakarta sekaligus rekomendasi ke WHO untuk vector control advisory Group,” kata WHO, dikutip dalam keterangan resmi yang didapat MNC Portal Indonesia, Minggu (26/11/2023).
Tidak hanya itu, dengan penerapan upaya penyebaran nyamuk ber-Wolbachia dan penggunaan fogging atau pengasapan, perlahan dikabarkan menurun.
Tentu saja hal itu jadi menambah nilai positif tentang program ini. Itu berarti penyebaran nyamuk ber-wolbachia disebut berhasil menekan anggaran penanganan dengue.
Peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Prof Dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, PhD atau kerap di sapa dengan Prof Uut mengatakan penghematan tersebut bisa sekitar 200-an juta sehingga biayanya bisa di realokasi untuk hal lain.
“Karena tingginya kasus, fogging yang semula bisa 200 kali di tahun 2022, tapi kini bisa 9 kali di tahun ini. Penghematannya bisa sekitar 200-an juta, sehingga biayanya bisa di realokasi untuk hal lain,” ucap Prof Uut.
Selain itu, manfaat yang mungkin dirasakan lainnya adalah penurunan jumlah kasus dengue yang dirawat inap, juga diperkirakan akan menghemat biaya perawatan pasien dengue yang menggunakan BPJS Kesehatan.
“Sekitar tahun 2017-an di satu kabupaten bisa Rp8 miliar sampai Rp9 miliar untuk dengue. Jadi ini bisa menjadi potensi penghematan yang besar,” tutur Prof Uut.
Nyamuk ber-wolbachia sebenarnya mendapatkan rekomendasi dari WHO pada 2021. Dengan rekomendasi ini, penerapan teknologi wolbachia untuk mengatasi demam berdarah kian melengkapi Strategi Nasional Penanggulangan Dengue pada 2021-2025.
“Kami membandingkan kecenderungan dengue di Yogyakarta mundur 30 tahun, dari situ kami menyimpulkan memang angka kejadian dengue saat ini terendah sejak 30 tahun lalu. Hasil ini menjadi bukti penelitian di Yogyakarta sekaligus rekomendasi ke WHO untuk vector control advisory Group,” kata WHO, dikutip dalam keterangan resmi yang didapat MNC Portal Indonesia, Minggu (26/11/2023).
Tidak hanya itu, dengan penerapan upaya penyebaran nyamuk ber-Wolbachia dan penggunaan fogging atau pengasapan, perlahan dikabarkan menurun.
Tentu saja hal itu jadi menambah nilai positif tentang program ini. Itu berarti penyebaran nyamuk ber-wolbachia disebut berhasil menekan anggaran penanganan dengue.
Peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Prof Dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, PhD atau kerap di sapa dengan Prof Uut mengatakan penghematan tersebut bisa sekitar 200-an juta sehingga biayanya bisa di realokasi untuk hal lain.
“Karena tingginya kasus, fogging yang semula bisa 200 kali di tahun 2022, tapi kini bisa 9 kali di tahun ini. Penghematannya bisa sekitar 200-an juta, sehingga biayanya bisa di realokasi untuk hal lain,” ucap Prof Uut.
Baca Juga
Selain itu, manfaat yang mungkin dirasakan lainnya adalah penurunan jumlah kasus dengue yang dirawat inap, juga diperkirakan akan menghemat biaya perawatan pasien dengue yang menggunakan BPJS Kesehatan.
“Sekitar tahun 2017-an di satu kabupaten bisa Rp8 miliar sampai Rp9 miliar untuk dengue. Jadi ini bisa menjadi potensi penghematan yang besar,” tutur Prof Uut.
(tdy)