Kondisi Terkini Sultan Rifat Korban Terjerat Kabel FO, Harus Bernapas lewat Tenggorokan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sultan Rifat Alfatih (21), korban terjerat kabel fiber optik saat ini sudah pulang dari Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Kondisinya, dia harus bernapas lewat tenggorokan.
Sultan Rifat bernapas menggunakan lubang buatan di area leher secara permanen. Akibat masalah itu, Sultan Rifat juga jadi kehilangan indera penciuman.
Hal ini terjadi karena lubang napas di dalam rongga mulut sudah ditutup secara permanen saat operasi pengangkatan pita suara di RS Polri Kramat Jati.
Keadaan tersebut juga membuat Sultan Rifat juga tidak dapat berbicara menggunakan mulut. Sebagai alternatif, saat ini Sultan berbicara dengan menggunakan bantuan alat yang disebut digital electrolarynx, di mana penggunaannya cukup ditempelkan di sekitar area leher dan akan mengeluarkan suara sesuai kalimat yang disampaikan oleh Sultan.
Tidak hanya itu saja, walaupun sudah keluar dari rumah sakit, saat ini Sultan juga menjalankan fisioterapi dan latihan untuk berbicara dengan menggunakan nafas perut. Dengan target waktu 6 bulan diharapkan Sultan Rifat dapat berbicara dengan teknik nafas perut, dan tidak bergantung lagi dengan bantuan alat untuk berbicara.
“Kualitas suara yang dihasilkan oleh nafas perut sedikit lebih baik daripada menggunakan alat digital electrolarynx. Meskipun demikian kami sangat bersyukur Sultan masih bisa berkomunikasi dan lanjutkan kuliahnya," kata Fatih selaku ayah Sultan Rifat melalui siaran pers yang diterima oleh MNC Portal, Selasa (12/12/2023).
Keadaannya yang cacat permanen, tidak membuat Sultan Rifat putus asa dan berkecil hati. Sultan tetap optimis dan antusias menjalani kehidupan barunya meskipun tanpa pita suara dan nafas melalui lubang buatan di leher. Sultan menginginkan lingkungan sekitar dan masyarakat tidak memperlakukan khusus atas kekurangannya tersebut.
“Saya menganggap keadaan saya saat ini adalah suatu keunikan dalam diri saya, dan bukan lagi sebagai kecacatan yang akan menghambat aktivitas dan kehidupan saya. Saya berharap lingkungan dan masyarakat tidak memperlakukan khusus kepada saya, dan saya ingin dianggap seperti masyarakat pada umumnya," tutur Sultan.
Sultan Rifat bernapas menggunakan lubang buatan di area leher secara permanen. Akibat masalah itu, Sultan Rifat juga jadi kehilangan indera penciuman.
Hal ini terjadi karena lubang napas di dalam rongga mulut sudah ditutup secara permanen saat operasi pengangkatan pita suara di RS Polri Kramat Jati.
Keadaan tersebut juga membuat Sultan Rifat juga tidak dapat berbicara menggunakan mulut. Sebagai alternatif, saat ini Sultan berbicara dengan menggunakan bantuan alat yang disebut digital electrolarynx, di mana penggunaannya cukup ditempelkan di sekitar area leher dan akan mengeluarkan suara sesuai kalimat yang disampaikan oleh Sultan.
Tidak hanya itu saja, walaupun sudah keluar dari rumah sakit, saat ini Sultan juga menjalankan fisioterapi dan latihan untuk berbicara dengan menggunakan nafas perut. Dengan target waktu 6 bulan diharapkan Sultan Rifat dapat berbicara dengan teknik nafas perut, dan tidak bergantung lagi dengan bantuan alat untuk berbicara.
“Kualitas suara yang dihasilkan oleh nafas perut sedikit lebih baik daripada menggunakan alat digital electrolarynx. Meskipun demikian kami sangat bersyukur Sultan masih bisa berkomunikasi dan lanjutkan kuliahnya," kata Fatih selaku ayah Sultan Rifat melalui siaran pers yang diterima oleh MNC Portal, Selasa (12/12/2023).
Baca Juga
Keadaannya yang cacat permanen, tidak membuat Sultan Rifat putus asa dan berkecil hati. Sultan tetap optimis dan antusias menjalani kehidupan barunya meskipun tanpa pita suara dan nafas melalui lubang buatan di leher. Sultan menginginkan lingkungan sekitar dan masyarakat tidak memperlakukan khusus atas kekurangannya tersebut.
“Saya menganggap keadaan saya saat ini adalah suatu keunikan dalam diri saya, dan bukan lagi sebagai kecacatan yang akan menghambat aktivitas dan kehidupan saya. Saya berharap lingkungan dan masyarakat tidak memperlakukan khusus kepada saya, dan saya ingin dianggap seperti masyarakat pada umumnya," tutur Sultan.