Apakah Selingkuh Termasuk Penyakit Mental? Ini Penjelasan Ahli

Senin, 01 Januari 2024 - 16:35 WIB
loading...
Apakah Selingkuh Termasuk Penyakit Mental? Ini Penjelasan Ahli
Banyak yang bertanya-tanya apakah selingkuh termasuk penyakit mental, seiring dengan viralnya kasus perselingkuhan pilot dan pramugari di media sosial. Foto/Getty Images
A A A
JAKARTA - Banyak yang bertanya-tanya apakah selingkuh termasuk penyakit mental , seiring dengan viralnya kasus perselingkuhan pilot dan pramugari di media sosial. Hal ini membuat sebagian orang lebih waspada dalam menjalin hubungan.

Dilansir dari Verywell Mind, Senin (1/1/2024), selingkuh termasuk ke dalam gejala gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD). Adapun penyakit mental ini biasanya memiki beberapa gejala atau ciri-ciri.

Di mana mereka dengan kondisi ini biasanya akan berperilaku inpulsif, bermanifestasi sebagai keasyikan seksual, paparan seksual dini, hubungan seksual biasa, dan pergaulan bebas. Demikian pula, seseorang dengan BPD lebih mungkin mengalami pelecehan seksual atau menjadi korban.

Masalah-masalah ini dapat membuat kemungkinan terjadinya perselingkuhan lebih besar pada sebagian orang. Namun BPD mempengaruhi setiap orang secara berbeda, tidak semua penderita BPD selingkuh.



Namun memiliki hubungan pribadi yang tidak stabil merupakan gejala khas dari kondisi ini. Salah satu gejala BPD adalah asumsi bahwa orang lain akan menyakiti.

Terlepas dari apakah penderita BPD mempunyai kemungkinan yang sama untuk berselingkuh atau tidak, mereka lebih cenderung mencurigai pasangannya berselingkuh. Karena harga diri yang rendah, penderita BPD sulit mempercayai bahwa seseorang dapat mencintai dan tetap setia kepadanya.

Oleh karena itu, mereka lebih cenderung berasumsi bahwa pasangannya akan menyakiti mereka dengan cara tertentu. Mereka juga mengalami kesulitan dalam mempertimbangkan penjelasan yang tidak berbahaya atas perilaku pasangannya.

Penelitian juga menunjukkan bahwa penderita BPD kesulitan menjaga kerja sama dengan pasangan. Kurangnya kepercayaan dipicu ketika mereka merasa ditolak oleh orang lain atau ketika harapan tidak terpenuhi.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1443 seconds (0.1#10.140)