Studi: Obesitas Bisa Membuat Vaksin Covid-19 Tak Efektif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peneliti mengklaim bahwa kondisi kesehatan tertentu, seperti obesitas dapat membuat vaksin virus corona atau COVID-19 tidak efektif.
Para peneliti mengatakan bahwa ketidakefektifan ini kemungkinan besar akan membuat mereka yang mengalami obesitas semakin rentan terhadap penyakit yang belum ada vaksinnya ini.
Dilansir Times Now News, Selasa (11/8) peneliti menjelaskan, obesitas bisa mendorong respons imun tubuh dan memicu peradangan parah. Ini bisa membuat tubuh kurang siap untuk melawan virus.
"Ini bukan masalah tidak berhasil, ini lebih merupakan masalah kemanjuran. Dengan kata lain, vaksin dapat bekerja tetapi tetap dapat berfungsi. Mungkin tidak efektif," kata Dr Chad Petit, asisten profesor di Universitas Alabama di Birmingham, seperti dikabarkan Daily Mail.
Peneliti lain dari studi tersebut mengatakan bahwa ukuran jarum vaksin juga penting bagi orang gemuk karena jarum satu inci standar terbukti kurang efektif untuk mereka. (Baca juga: Rusia Umumkan Vaksin Covid-19 Pertama ).
"Dokter harus sangat memperhatikan panjang jarum yang harus digunakan sehingga, jika Anda memberikan suntikan intramuskular, itu benar-benar dapat mencapai otot," jelas Dr Schaffner, seorang profesor di Vanderbilt University Medical Center di Nashville.
Pada 1985, para ilmuwan menemukan bahwa obesitas dapat melemahkan kemanjuran vaksin. Para peneliti telah menemukan bahwa kekebalan dari hepatitis B berkurang dengan cepat di antara petugas layanan kesehatan yang mengalami obesitas, hanya dalam 11 bulan setelah mengambil vaksinasi. Pengamatan serupa dilakukan pada orang gemuk yang pernah mendapat vaksin hepatitis A, influenza, rabies, dan tetanus.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah memperingatkan orang-orang yang termasuk dalam kategori BMI obesitas yakni 40 atau lebih, bahwa mereka berisiko sakit parah karena COVID-19.
Belakangan, BMI untuk risiko tinggi diturunkan menjadi 30. Berbagai penelitian yang dilakukan di seluruh dunia juga menemukan bahwa orang gemuk bisa berisiko tinggi mengalami komplikasi, bahkan kematian akibat COVID-19.
Saat perlombaan untuk menemukan vaksin yang efektif dan aman melawan virus corona baru semakin meningkat, kabar baiknya adalah bahwa 6 kandidat vaksin saat ini sedang dalam uji coba fase 3. Sementara itu, Rusia telah mengumumkan akan mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia pada 12 Agustus.
Lihat Juga: Apa Itu Meningitis, Penyakit yang Kini Pemberian Vaksinnya Wajib untuk Jemaah Umrah dan Haji
Para peneliti mengatakan bahwa ketidakefektifan ini kemungkinan besar akan membuat mereka yang mengalami obesitas semakin rentan terhadap penyakit yang belum ada vaksinnya ini.
Dilansir Times Now News, Selasa (11/8) peneliti menjelaskan, obesitas bisa mendorong respons imun tubuh dan memicu peradangan parah. Ini bisa membuat tubuh kurang siap untuk melawan virus.
"Ini bukan masalah tidak berhasil, ini lebih merupakan masalah kemanjuran. Dengan kata lain, vaksin dapat bekerja tetapi tetap dapat berfungsi. Mungkin tidak efektif," kata Dr Chad Petit, asisten profesor di Universitas Alabama di Birmingham, seperti dikabarkan Daily Mail.
Peneliti lain dari studi tersebut mengatakan bahwa ukuran jarum vaksin juga penting bagi orang gemuk karena jarum satu inci standar terbukti kurang efektif untuk mereka. (Baca juga: Rusia Umumkan Vaksin Covid-19 Pertama ).
"Dokter harus sangat memperhatikan panjang jarum yang harus digunakan sehingga, jika Anda memberikan suntikan intramuskular, itu benar-benar dapat mencapai otot," jelas Dr Schaffner, seorang profesor di Vanderbilt University Medical Center di Nashville.
Pada 1985, para ilmuwan menemukan bahwa obesitas dapat melemahkan kemanjuran vaksin. Para peneliti telah menemukan bahwa kekebalan dari hepatitis B berkurang dengan cepat di antara petugas layanan kesehatan yang mengalami obesitas, hanya dalam 11 bulan setelah mengambil vaksinasi. Pengamatan serupa dilakukan pada orang gemuk yang pernah mendapat vaksin hepatitis A, influenza, rabies, dan tetanus.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah memperingatkan orang-orang yang termasuk dalam kategori BMI obesitas yakni 40 atau lebih, bahwa mereka berisiko sakit parah karena COVID-19.
Belakangan, BMI untuk risiko tinggi diturunkan menjadi 30. Berbagai penelitian yang dilakukan di seluruh dunia juga menemukan bahwa orang gemuk bisa berisiko tinggi mengalami komplikasi, bahkan kematian akibat COVID-19.
Saat perlombaan untuk menemukan vaksin yang efektif dan aman melawan virus corona baru semakin meningkat, kabar baiknya adalah bahwa 6 kandidat vaksin saat ini sedang dalam uji coba fase 3. Sementara itu, Rusia telah mengumumkan akan mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia pada 12 Agustus.
Lihat Juga: Apa Itu Meningitis, Penyakit yang Kini Pemberian Vaksinnya Wajib untuk Jemaah Umrah dan Haji
(tdy)