Faktor Kerentanan Genetik Picu Penyakit Kompleks, Bukan soal Usia atau Makanan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Faktor usia dan makanan tidak mutlak menjadi pemicu seseorang terkena penyakit kompleks. Banyak kasus terjadi pada usia muda, di mana mereka terserang penyakit kompleks, seperti stroke.
Hal ini dikarenakan karakteristik DNA manusia sangat kompleks dan beragam yang dapat memengaruhi perbedaan respons tubuh dan metabolisme setiap individu.
Penyakit kompleks merupakan kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Sebagian besar penyakit neurologi merupakan penyakit kompleks, seperti stroke, parkinson, dan alzheimer (pikun). Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan melakukan pemeriksaan genomik atau genetik untuk mencegah penyakit kompleks tersebut.
Business and Marketing Director Prodia Dr Indriyanti Rafi Sukmawati mengatakan, pemeriksaan atau diagnostik berbasis genomik kini menjadi trend di Indonesia dalam menjaga kesehatan. Terlebih sejak pandemi Covid-19, awareness atau kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan meningkat pesat.
"Tren pemeriksaan genomik meningkat pesat, terutama setelah pandemi. Pada saat pandemi awareness kesehatan masyarakat meningkat. Keinginantahuan masyarakat cukup besar untuk mengendalikan penyakitnya, atau mengendalikan jangan sampai terkena penyakit," ujar Indriyanti di sela-sela perayaan 5 tahun kehadiran Prodia Genomics bertema “Celebrating 5 Years of Genomic Brilliance” di Jakarta, Sabtu (17/2/2024).
Pada acara yang dihadiri Founder dan Komisaris Utama PT Prodia Widyahusada Tbk, Andi Wijaya serta jajaran direksi dan komisaris Prodia, Indriyanti mengatakan bahwa setiap tahun pemeriksaan genomik di Prodia Genomics menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Pertumbuhan positif itu berkat dukungan dokter-dokter yang semakin banyak memanfaatkan pemeriksaan genomik untuk menangani pasien.
Bahkan, kata dia, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan kini terus terus mendorong keberadaan lab-lab pemeriksaan genomik di Rumah Sakit Pendidikan.
"Pemerintah pun sudah berfokus pada pendekatan genomik. Jadi, sebaiknya masyarakat melakukan pemeriksaan geomik pada usia anak atau remaja. Pemeriksaan genomik hanya cukup satu kali seumur hidup," tuturnya.
Indriyanti menjelaskan, PT Prodia Widyahusada, Tbk telah mengembangkan pemeriksaan genomic untuk predictive preventive sejak Oktober 2018 dan terus berinovasi untuk menyediakan berbagai jenis pemeriksaan genomics terkini.
Sebagai pioner, Prodia pertama kali meluncurkan pemeriksaan predictive preventive Prodia Genomics di Indonesia pada tahun 2018, yaitu CArisk. Metode ini dapat membantu seseorang mengetahui risiko terhadap 13 jenis kanker. Lalu pada tahun 2019 diluncurkan pemeriksaan DIArisk guna melihat risiko terhadap diabetes, dan TENSrisk untuk melihat risiko terhadap hipertensi, VASCULArisk untuk mengetahui risiko penyakit jantung.
Hal ini dikarenakan karakteristik DNA manusia sangat kompleks dan beragam yang dapat memengaruhi perbedaan respons tubuh dan metabolisme setiap individu.
Penyakit kompleks merupakan kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Sebagian besar penyakit neurologi merupakan penyakit kompleks, seperti stroke, parkinson, dan alzheimer (pikun). Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan melakukan pemeriksaan genomik atau genetik untuk mencegah penyakit kompleks tersebut.
Business and Marketing Director Prodia Dr Indriyanti Rafi Sukmawati mengatakan, pemeriksaan atau diagnostik berbasis genomik kini menjadi trend di Indonesia dalam menjaga kesehatan. Terlebih sejak pandemi Covid-19, awareness atau kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan meningkat pesat.
"Tren pemeriksaan genomik meningkat pesat, terutama setelah pandemi. Pada saat pandemi awareness kesehatan masyarakat meningkat. Keinginantahuan masyarakat cukup besar untuk mengendalikan penyakitnya, atau mengendalikan jangan sampai terkena penyakit," ujar Indriyanti di sela-sela perayaan 5 tahun kehadiran Prodia Genomics bertema “Celebrating 5 Years of Genomic Brilliance” di Jakarta, Sabtu (17/2/2024).
Pada acara yang dihadiri Founder dan Komisaris Utama PT Prodia Widyahusada Tbk, Andi Wijaya serta jajaran direksi dan komisaris Prodia, Indriyanti mengatakan bahwa setiap tahun pemeriksaan genomik di Prodia Genomics menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Pertumbuhan positif itu berkat dukungan dokter-dokter yang semakin banyak memanfaatkan pemeriksaan genomik untuk menangani pasien.
Bahkan, kata dia, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan kini terus terus mendorong keberadaan lab-lab pemeriksaan genomik di Rumah Sakit Pendidikan.
"Pemerintah pun sudah berfokus pada pendekatan genomik. Jadi, sebaiknya masyarakat melakukan pemeriksaan geomik pada usia anak atau remaja. Pemeriksaan genomik hanya cukup satu kali seumur hidup," tuturnya.
Indriyanti menjelaskan, PT Prodia Widyahusada, Tbk telah mengembangkan pemeriksaan genomic untuk predictive preventive sejak Oktober 2018 dan terus berinovasi untuk menyediakan berbagai jenis pemeriksaan genomics terkini.
Sebagai pioner, Prodia pertama kali meluncurkan pemeriksaan predictive preventive Prodia Genomics di Indonesia pada tahun 2018, yaitu CArisk. Metode ini dapat membantu seseorang mengetahui risiko terhadap 13 jenis kanker. Lalu pada tahun 2019 diluncurkan pemeriksaan DIArisk guna melihat risiko terhadap diabetes, dan TENSrisk untuk melihat risiko terhadap hipertensi, VASCULArisk untuk mengetahui risiko penyakit jantung.