Ini Dampak Buruk Aksi Perundungan bagi Pelakunya, Bisa Mengarah ke Kriminal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anak Vincent Rompies, Farrel Legolas Rompies, diduga terlibat dalam tindak perundungan dan kekerasan bersama teman-teman sekolahnya. Kabar tersebut pertama kali muncul lewat cuitan di X oleh sebuah akun bernama @ErikE***.
Dalam cuitannya, akun tersebut memberikan komentar terkait perundungan yang terjadi di SMA internasional yakni Binus School Serpong. Akibat dari perundungan itu, korban mengalami luka hingga masuk rumah sakit.
Ya, bullying atau perundungan masih kerap terjadi di tengah masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dampak yang dialami korban bullying tentu mempengaruhi psikis dan mentalnya.
Namun tahukah Anda, selain berdampak pada korban, bullying juga memberikan efek buruk pada pelakunya sendiri? Menurut psikolog klinis dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Dian Fatmawati, S.Psi, M.Psi, bila pelaku perundungan tidak ditangani, maka dikhawatirkan akan melakukan tindakan kriminal serius.
"Misalnya pelaku akan merasa bukan masalah bila melakukan perbuatan yang melanggar aturan sehingga mencoba tindakan kriminal seperti begal. Mereka juga bisa sampai pada penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang," beber Dian, seperti dikutip dari website Kementerian Kesehatan, Selasa (20/2/2024).
"Kalau sudah ke gangguan penggunaan zat, dia bisa malah mencuri karena butuh uang untuk buat beli zat. Jadi, malah merambat ke mana-mana,” lanjutnya.
Dian menambahkan, untuk mengatasi dampak perundungan bisa dimulai dari peran orang tua untuk terus memperhatikan anaknya. Selain itu juga upaya dari pihak sekolah.
"Langkah-langkah pencegahan perundungan dapat dimulai sejak jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Sekolah perlu menanamkan budaya kasih sayang, tolong-menolong, dan antikekerasan," tuturnya.
Selain itu, juga perlu dibuat sosialisasi melalui poster yang mengajak siswa agar tidak melakukan tindakan perundungan.
“Penting juga para guru, pendidik, punya edukasi tentang perundungan, dampak parahnya bisa seperti apa. Kalau bisa setiap sekolah di tiap awal tahun, awal semester selalu ada poster-poster ‘sekolah ini bebas perundungan'," katanya.
Di sisi lain, psikiater anak dan remaja dari Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan dr. Suzy Yusna dewi, Sp.KJ. (K) mengatakan, pelaku perundungan perlu diberikan peringatan bahwa apa yang dilakukan adalah salah serta bertentangan dengan norma di masyarakat sehingga harus dihentikan dan tidak boleh diulangi.
Perlu juga diketahui latar belakang pelaku melakukan perundungan, apakah ada unsur-unsur perilaku perundungan atau memang ada masalah gangguan kesehatan mental. Semuanya perlu digali dan pelaku perundungan diberi terapi kognitif.
“Cognitive behaviour therapy namanya. Jadi, sama-sama akan dilakukan itu. Cuma, yang ini (untuk) anak yang melakukan perundungan. Biasanya kami cari tahu apa penyebab dia begitu, di mana dia mengalihkan pikiran-pikiran negatifnya, mengalihkan emosinya bagaimana caranya, kenapa sih mesti ke orang lain," terang dr Suzy.
Dalam cuitannya, akun tersebut memberikan komentar terkait perundungan yang terjadi di SMA internasional yakni Binus School Serpong. Akibat dari perundungan itu, korban mengalami luka hingga masuk rumah sakit.
Ya, bullying atau perundungan masih kerap terjadi di tengah masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dampak yang dialami korban bullying tentu mempengaruhi psikis dan mentalnya.
Namun tahukah Anda, selain berdampak pada korban, bullying juga memberikan efek buruk pada pelakunya sendiri? Menurut psikolog klinis dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Dian Fatmawati, S.Psi, M.Psi, bila pelaku perundungan tidak ditangani, maka dikhawatirkan akan melakukan tindakan kriminal serius.
"Misalnya pelaku akan merasa bukan masalah bila melakukan perbuatan yang melanggar aturan sehingga mencoba tindakan kriminal seperti begal. Mereka juga bisa sampai pada penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang," beber Dian, seperti dikutip dari website Kementerian Kesehatan, Selasa (20/2/2024).
"Kalau sudah ke gangguan penggunaan zat, dia bisa malah mencuri karena butuh uang untuk buat beli zat. Jadi, malah merambat ke mana-mana,” lanjutnya.
Dian menambahkan, untuk mengatasi dampak perundungan bisa dimulai dari peran orang tua untuk terus memperhatikan anaknya. Selain itu juga upaya dari pihak sekolah.
"Langkah-langkah pencegahan perundungan dapat dimulai sejak jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Sekolah perlu menanamkan budaya kasih sayang, tolong-menolong, dan antikekerasan," tuturnya.
Selain itu, juga perlu dibuat sosialisasi melalui poster yang mengajak siswa agar tidak melakukan tindakan perundungan.
Baca Juga
“Penting juga para guru, pendidik, punya edukasi tentang perundungan, dampak parahnya bisa seperti apa. Kalau bisa setiap sekolah di tiap awal tahun, awal semester selalu ada poster-poster ‘sekolah ini bebas perundungan'," katanya.
Di sisi lain, psikiater anak dan remaja dari Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan dr. Suzy Yusna dewi, Sp.KJ. (K) mengatakan, pelaku perundungan perlu diberikan peringatan bahwa apa yang dilakukan adalah salah serta bertentangan dengan norma di masyarakat sehingga harus dihentikan dan tidak boleh diulangi.
Perlu juga diketahui latar belakang pelaku melakukan perundungan, apakah ada unsur-unsur perilaku perundungan atau memang ada masalah gangguan kesehatan mental. Semuanya perlu digali dan pelaku perundungan diberi terapi kognitif.
“Cognitive behaviour therapy namanya. Jadi, sama-sama akan dilakukan itu. Cuma, yang ini (untuk) anak yang melakukan perundungan. Biasanya kami cari tahu apa penyebab dia begitu, di mana dia mengalihkan pikiran-pikiran negatifnya, mengalihkan emosinya bagaimana caranya, kenapa sih mesti ke orang lain," terang dr Suzy.
(tsa)