Ilusionis yang Matang Berbisnis

Kamis, 23 Agustus 2018 - 08:45 WIB
Ilusionis yang Matang Berbisnis
Ilusionis yang Matang Berbisnis
A A A
MATA Bisnis Andres Iniesta sama tajam dan visioner seperti saat dia memimpin lini tengah Barcelona FC yang pernah begitu dominan di Benua Eropa. Bisnis apa yang tengah dikembangkan oleh pesepak bola legendaris Spanyol tersebut?

Saat berkeputusan meninggalkan Barcelona FC, Iniesta sebenarnya bisa dengan mudah bergabung dengan klub Liga Super China, Chongqing Lifan. Tawaran yang diberikan Chongqing Lifan kepadanya memang menggiurkan. Nanti selama bergabung selama tiga tahun dengan klub sepak bola China tersebut dia akan digaji 27 juta euro per tahun atau setara Rp455 miliar.

Hanya, tawaran tersebut tidak berhasil mencuri perhatian pria kelahiran 11 Mei 1984 tersebut. Secara mengejutkan Iniesta memilih terbang ke Jepang. Klub sepak bola J League, Vissel Kobe, Jepang, yang berhasil mencuri perhatiannya. Padahal, gaji yang ditawarkan Vissel Kobe kepadanya tidak sampai setengahnya dari tawaran Chongqing Lifan.

“Saya ingin berterima kasih kepada klub-klub yang tertarik dengan saya. Alasan saya memilih Vissel, karena klub ini memiliki proyek yang menarik. Mereka percaya penuh kepada saya sebagai pemain. Jepang adalah negara yang menakjubkan dengan kebudayaannya yang bagus. Saya ingin menikmati kehidupan di Jepang dan menyatu dengan tim. Saya ingin menjadi bagian dari negara ini,” ucap Iniesta saat pertama kali menyapa penggemar Vissel Kobe di Jepang.

Iniesta memang tidak menyebutkan proyek menarik apa yang membuat pemain dengan nomor punggung 8 tersebut memilih Vissel Kobe ketimbang Chongqing Lifan.

Harian South China Morning Post menyebutkan bahwa proyek menarik itu tidak lain dan tidak bukan adalah dukungan Vissel Kobe untuk memasarkan perusahaan wine milik Iniesta, Bodega Iniesta, memasuki pasar minuman anggur di Jepang.

Anggur memang sudah mendarah daging di tubuh pesepak bola yang kerap dijuluki El Cerebro dan El Illusionista tersebut. Sejak kecil dia melihat ayahnya, Jose Antonio Iniesta, memanen buah anggur di kampung halamannya, Fuentealbilla. Dia juga melihat ibunya, Maria Juan, begitu setia menemani ayahnya memetik buah anggur milik kakek Iniesta untuk dijadikan minuman.

“Kakek saya memiliki ladang anggur dan nenek punya bar untuk minum-minum. Dari situlah mimpi ayah memiliki minuman anggur sendiri bermula,” ujar Iniesta kepada majalah WineMag .

Saat ayahnya mulai meniti mimpi memiliki ladang anggur sendiri, keluarga Iniesta meng hadapi tantangan baru. Jose dan Maria harus me lepas anaknya yang baru berumur 12 tahun ter sebut ke akademi sepak bola Barcelona, La Massia.

Tidak ingin anaknya merasa sendirian, Jose dan Maria akhirnya meninggalkan Fuentealbilla dan tinggal di kota pinggiran Barcelona, Sant Feliu de Llobregat. “Sangat berat melepas dia saat itu. Dia masih berusia 12 tahun. Tapi, jika saya harus kembali ke masa lalu dan menghadapi pilihan yang sama, saya tetap mengizinkannya pergi,” ujar Jose.

Bersamaan dengan menanjaknya karier Iniesta di sepak bola, mimpi Jose dan Maria memiliki ladang anggur akhirnya kesampaian juga. Berkat bantuan Iniesta pada 2010 Jose dan Maria kembali ke Fuentealbilla dan membuka ladang anggur bernama Bodega Iniesta. “Anggur sudah jadi tradisi di keluarga kami.

Hanya saja kami belum memiliki modal yang kuat untuk membuka ladang anggur. Ini baru kesampaian begitu Iniesta berkarier di sepak bola,” ungkap Jose. Nyatanya berbisnis anggur bukanlah perkara mudah, bisnis wine memiliki tingkat persaingan tinggi.

Apalagi saat ini masih banyak orang melirik wine buatan Italia dan Prancis ketimbang melirik anggur buatan Spanyol. Pada awalnya Bodega Iniesta sulit berkembang dan bersaing dengan wine lain yang sudah sangat mapan.

Apalagi kesibukan Iniesta di lapangan hijau membuatnya tidak sanggup berfokus mengembangkan bisnis anggur tersebut. Seiring waktu, Iniesta paham bahwa ada potensi dirinya bisa dimanfaatkan dalam mengembangkan Bodega Iniesta. Dia bisa memanfaatkan diri sebagai citra dari Bodega Iniesta.

Dia berusaha mengasosiasikan Bodega Iniesta dengan citra dirinya dalam bermain bola: visioner dan penuh talenta. Hal ini terlihat lewat produk wine mereka yang bernama Minuto 116. Nama tersebut diambil dari gol Iniesta yang dia cetak di menit 116 ketika membela Spanyol melawan Belanda di babak final Piala Dunia 2010.

Cara ini terbukti ampuh mengangkat nama Bodega Iniesta ke pentas wine dunia. Tahun lalu Bodega Iniesta berhasil memproduksi sebanyak 1,2 juta botol wine . Jumlah tersebut meningkat 500% dibandingkan saat pertama kali Bodega Iniesta terbentuk. Tahun lalu Spanyol berhasil mengekspor wine senilai USD3,31 juta.

Angka ini merupakan transaksi tertinggi yang diraih Spanyol. Bodega Iniesta diklaim merupakan penyumbang terbesar dari nilai ekspor tersebut. “Kami sudah menjual wine di 39 negara di dunia, dari Meksiko hingga Eropa. Saat ini kami mencoba melirik pasar Asia,” ujar Iniesta.

Langkah awal untuk melirik Asia sebenarnya bisa terbuka ketika Chongqing Lifan mengajak Iniesta bermain bola di China. Sayangnya, saat itu Chongqing sedikit enggan mendukung upaya pemasaran Bodega Iniesta di kawasan Asia. Hal inilah yang kemudian dilakukan oleh Vissel Kobe.

“Saat Andres pindah ke Jepang, kami sudah berada satu langkah lagi untuk lebih internasional lagi,” pungkas Jose.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5199 seconds (0.1#10.140)