Ini Tanda Pasien Diabetes Harus Batalkan Puasa
A
A
A
JAKARTA - Banyak diantara penderita diabetes memilih untuk tetap berpuasa di bulan suci Ramadhan, meski ada tantangan dan resiko yang dihadapi, seperti memburuknya kendali gula darah, hipoglikemia, dan risiko dehidrasi.
Di saat menahan lapar dan haus selama berpuasa, penderita diabetes tipe 2 memiliki resiko terjadinya hipoglikemia, dan ketika berbuka puasa mereka terpapar resiko meningkatnya kadar gula darah. Hipoglikemia sendiri memiliki beberapa gejala, seperti rasa lelah , kepala terasa ringan, keringat berlebih, lapar yang berlebihan, pingsan atau terguncang, mual dan muntah, kebingungan mental atau tidak merespons, bibir kesemutan atau kering, iritabilitas, jantung berdetak cepat (palpitasi), kegelisahan, kesulitan berbicara, ketidakstabilan, mengantuk, penglihatan kabur, pucat, sakit kepala, sensasi kesemutan atau tremor.
"Tapi nanti kalau 1-2 jam sebelum (berbuka) sudah kelihatan keringat dingin, basah semua bajunya, berdebar-debar, lapar, lihat orang satu jadi dua, itu hati-hati tuh, gejala hipo (hipoglikemia). Sudah batalin aja cepet, jangan mikir duh nanggung beberapa menit lagi. Jangan, bahaya itu," kata ahli penyakit dalam, Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD, KEMD, FINA.
Jika gejala hipoglikemia muncul, Prof Sidartawan menyarankan untuk segera mengatasi dan mencari tahu penyebabnya. Misalnya, apakah kurang asupan saat sahur, kurang suntik insulin atau olahraga yang terlalu keras. (Baca juga: Waspada, Tidur di Ruang Bercahaya Memicu Diabetes ).
Sementara untuk mengatasinya, konsumsi gula pasir yang harus selalu dibawa pasien diabetes sebagai bentuk antisipasi. "Diperhatikan sebabnya, sahur kurang, suntik kelebihan, atau olahraga berlebihan, lari-lari. Saran saya, di kantongnya itu harus selalu ada gula. Atau harus ada permen atau apa, ke manapun kita pergi. Misalnya kita lagi macet di jalan tol, lantas kita terus kena hipo, mau minta tolong siapa? Belum tentu mobil lain bawa kan? Jadi selalu prepare," tandasnya.
Di saat menahan lapar dan haus selama berpuasa, penderita diabetes tipe 2 memiliki resiko terjadinya hipoglikemia, dan ketika berbuka puasa mereka terpapar resiko meningkatnya kadar gula darah. Hipoglikemia sendiri memiliki beberapa gejala, seperti rasa lelah , kepala terasa ringan, keringat berlebih, lapar yang berlebihan, pingsan atau terguncang, mual dan muntah, kebingungan mental atau tidak merespons, bibir kesemutan atau kering, iritabilitas, jantung berdetak cepat (palpitasi), kegelisahan, kesulitan berbicara, ketidakstabilan, mengantuk, penglihatan kabur, pucat, sakit kepala, sensasi kesemutan atau tremor.
"Tapi nanti kalau 1-2 jam sebelum (berbuka) sudah kelihatan keringat dingin, basah semua bajunya, berdebar-debar, lapar, lihat orang satu jadi dua, itu hati-hati tuh, gejala hipo (hipoglikemia). Sudah batalin aja cepet, jangan mikir duh nanggung beberapa menit lagi. Jangan, bahaya itu," kata ahli penyakit dalam, Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD, KEMD, FINA.
Jika gejala hipoglikemia muncul, Prof Sidartawan menyarankan untuk segera mengatasi dan mencari tahu penyebabnya. Misalnya, apakah kurang asupan saat sahur, kurang suntik insulin atau olahraga yang terlalu keras. (Baca juga: Waspada, Tidur di Ruang Bercahaya Memicu Diabetes ).
Sementara untuk mengatasinya, konsumsi gula pasir yang harus selalu dibawa pasien diabetes sebagai bentuk antisipasi. "Diperhatikan sebabnya, sahur kurang, suntik kelebihan, atau olahraga berlebihan, lari-lari. Saran saya, di kantongnya itu harus selalu ada gula. Atau harus ada permen atau apa, ke manapun kita pergi. Misalnya kita lagi macet di jalan tol, lantas kita terus kena hipo, mau minta tolong siapa? Belum tentu mobil lain bawa kan? Jadi selalu prepare," tandasnya.
(tdy)