8 Sayuran yang Tidak Boleh Dimakan saat Kolesterol Tinggi
loading...
A
A
A
3. Lobak
Lobak adalah sayuran lain yang mengandung oksalat. Konsumsi lobak dalam jumlah besar bisa menyebabkan penumpukan oksalat dalam tubuh, yang dapat berpengaruh negatif pada penyerapan kalsium dan fungsi ginjal.
Penderita kolesterol tinggi sebaiknya menghindari konsumsi lobak dalam porsi besar dan lebih memilih sayuran dengan kandungan oksalat yang lebih rendah.
4. Asparagus
Asparagus mengandung purin, yang di dalam tubuh diubah menjadi asam urat. Meskipun asam urat biasanya dikaitkan dengan masalah seperti gout, penderita kolesterol tinggi juga harus memperhatikan asupan purin.
Kadar asam urat yang tinggi bisa mempengaruhi metabolisme dan penyerapan nutrisi lainnya yang penting untuk mengelola kolesterol.
5. Kacang Polong
Kacang polong kaya akan purin yang bisa mempengaruhi kadar asam urat dalam tubuh. Sama seperti asparagus, kandungan purin yang tinggi dapat menambah beban metabolisme pada tubuh, yang berpotensi mengganggu penyerapan nutrisi penting bagi penderita kolesterol tinggi.
6. Sayuran Tinggi Gula
Di Indonesia, beberapa sajian sayuran diberi tambahan gula untuk sekadar menetralisir atau meningkatkan rasa. Namun, penambahan gula yang terlalu banyak justru berisiko meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Gula tinggi kalori yang tidak hanya memicu diabetes dan kenaikan berat badan, namun juga meningkatkan kadar kolesterol. Asupan gula berlebih meningkatkan risiko kadar kolesterol jahat (LDL) yang jika menumpuk akan menyumbat aliran darah.
7. Sayuran Tinggi Garam
Sayuran tinggi garam juga berisiko meningkatkan kadar kolesterol. Studi pada jurnal Hypertension menyebutkan, asupan garam memang tidak memberikan efek besar bagi kadar kolesterol total (LDL, HDL, dan trigliserida) dalam tubuh. Namun, ada alasan kenapa dokter menyarankan pasien kolesterol tinggi untuk mengurangi asupan garam.
Pasalnya, mengonsumsi garam berlebih bisa meningkatkan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Jika kondisi tersebut dibarengi dengan hipertensi, risiko penyakit jantung akan lebih besar.