Hambatan yang Dihadapi Perempuan dalam Penggunaan Pil KB

Minggu, 29 September 2019 - 18:30 WIB
Hambatan yang Dihadapi Perempuan dalam Penggunaan Pil KB
Hambatan yang Dihadapi Perempuan dalam Penggunaan Pil KB
A A A
JAKARTA - Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), tercatat 214 juta perempuan usia subur di negara berkembang tidak menggunakan metode kontrasepsi modern. Perencanaan keluarga memungkinkan pasangan suami istri untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan dan menentukan jarak kehamilan. Di Indonesia, saat ini penggunaan pil kontrasepsi atau lebih dikenal sebagai pil KB menjadi pilihan terbesar kedua (21,2%) setelah suntik (50,8%).

Psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si, menjelaskan, salah satu metode merencanakan keluarga yaitu dengan menggunakan kontrasepsi. Namun, terdapat beberapa hambatan bagi ibu dalam menggunakan kontrasepsi, khususnya pil kontrasepsi.

"Yaitu lupa, sibuk, ketidakpahaman cara penggunaan pil kontrasepsi, terjadi perubahan besar dalam hidup (pindah rumah atau pindah kerja, bertengkar dengan pasangan), travelling ke negara lain, tidak meletakkan pil di tempat yang mudah diambil, ketiadaan apotek atau pusat kesehatan yang menjual pil kontrasepsi, anggapan bahwa pil mahal, mengalami KDRT dan budaya," kata Anna.

Selain itu, terbatasnya pengetahuan mengenai metode kontrasepsi modern dan kesalahpahaman juga kerap menjadi hambatan utama bagi para wanita. Banyak ibu milenial yang masih takut menggunakan pil kontrasepsi hormonal karena dapat menyebabkan ketidaksuburan rahim atau dikenal dengan istilah rahim kering, menyebabkan penambahan berat badan dan bahkan dapat menyebabkan kanker.

"Pada kenyataannya, hal tersebut tidak benar. Ada penelitian ilmiah yang dapat mematahkan seluruh mitos yang ada,” papar dr. Boy Abidin, SpOG(K).

Untuk mengatasi hambatan tersebut, Anna menambahkan, ibu dapat melakukan beberapa hal seperti mencari segala informasi tentang penggunaan pil kontrasepsi, menentukan waktu paling nyaman untuk meminumnya, menggunakan dompet atau kantong yang selalu dibawa (tidak diganti-ganti) dan meletakkan pil kontrasepsi di dompet atau kantong tersebut dan menggunakan alarm handphone sebagai pengingat.

"Perencanaan keluarga yang tepat akan memberi kesempatan pada ibu untuk mengembangkan dirinya misalnya dari segi pendidikan dan sosial. Tentu saja, dalam merencanakan keluarga, ibu juga memerlukan dukungan penuh dari suami sebagai mitranya," ujar Anna.

Peran suami sangat penting sebagai mitra dalam perencanaan keluarga. Berbagai hambatan yang muncul dari sisi ibu maupun dari lingkungan. Dengan adanya keterlibatan suami, hambatan ini bisa diminimalisasi dan diatasi.

"Dengan demikian keluarga dapat mengurangi terjadinya kehamilan tidak direncanakan, dan sebaliknya dapat menciptakan keluarga yang lebih bahagia,” tutur Anna.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4739 seconds (0.1#10.140)