Para Karyawan di Australia Kini Berhak Abaikan Kontak dari Atasan di Luar Jam Kerja

Kamis, 29 Agustus 2024 - 08:20 WIB
loading...
Para Karyawan di Australia...
Australia mengeluarkan aturan baru terkait hak pekerja. Aturan itu memperbolehkan para pekerja untuk tidak menerima telepon ataupun pesan tertulis terkait pekerjaan dari atasan setelah jam kerja mereka berakhir. Foto Ilustrasi/iStock
A A A
JAKARTA - Australia mengeluarkan aturan baru terkait hak pekerja. Aturan itu memperbolehkan para pekerja untuk tidak menerima telepon ataupun pesan tertulis terkait pekerjaan dari atasan setelah jam kerja mereka berakhir.

Aturan tersebut sudah mulai berlaku di Australia, di mana itu memberikan keringanan kepada orang-orang yang merasa terpaksa menerima telepon atau membaca pesan dari majikan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Undang-undang baru ini memungkinkan karyawan untuk mengabaikan komunikasi setelah jam kerja jika mereka mau, tanpa takut dihukum oleh atasan mereka.

Melansir laman BBC, sebuah survei yang diterbitkan tahun lalu memperkirakan bahwa warga Australia bekerja rata-rata 281 jam lembur setiap tahun tanpa dibayar. Lebih dari 20 negara, terutama di Eropa dan Amerika Latin, memiliki peraturan yang sama.



Undang-undang tidak melarang pengusaha menghubungi pekerja setelah jam kerja. Sebaliknya, hal ini memberikan hak kepada staf untuk tidak menjawab, kecuali penolakan mereka dianggap tidak masuk akal.

Berdasarkan peraturan, pengusaha dan pekerja harus berusaha menyelesaikan perselisihan di antara mereka sendiri. Jika upaya tersebut tidak berhasil menemukan resolusi, Komisi Fair Work Australia (FWC) bisa turun tangan.

FWC dapat memerintahkan majikan untuk berhenti menghubungi karyawan tersebut setelah jam kerja. Jika perusahaan mendapati penolakan karyawan untuk memberikan tanggapan tidak beralasan, maka perusahaan dapat memerintahkan mereka untuk merespons.

Bila karyawan maupun perusahaan tidak mematuhi perintah FWC tersebut, hal itu bisa mengakibatkan denda. Besarnya mencapai 19.000 dolar Australia atau setara Rp199 juta untuk karyawan, dan hingga 94.000 dolar Australia atau sekitar Rp985 juta untuk perusahaan.

Organisasi yang mewakili pekerja menyambut baik langkah tersebut.

"Hal ini akan memberdayakan pekerja untuk menolak kontak kerja di luar jam kerja yang tidak masuk akal dan memungkinkan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih besar,” kata Dewan Serikat Pekerja Australia, dikutip Kamis (29/8/2024).

Seorang pakar tempat kerja mengatakan kepada BBC News bahwa peraturan baru ini juga akan membantu pengusaha.

“Organisasi mana pun yang memiliki staf yang memiliki waktu istirahat lebih baik dan memiliki keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik akan memiliki staf yang kecil kemungkinannya untuk sakit, kecil kemungkinannya untuk meninggalkan organisasi,” ujar John Hopkins dari Swinburne University of Technology.



“Apa pun yang bermanfaat bagi pekerja, juga bermanfaat bagi pemberi kerja,” lanjutnya.

Namun, terdapat reaksi beragam terhadap undang-undang baru ini dari para karyawan.

“Saya pikir sebenarnya sangat penting kita memiliki undang-undang seperti ini,” kata pekerja industri periklanan, Rachel Abdelnour, kepada Reuters.

“Kita menghabiskan begitu banyak waktu untuk terhubung dengan ponsel, terhubung dengan email sepanjang hari, dan menurutku sangat sulit untuk mematikannya,” kata dia.

Namun, sebagian pekerja lainnya merasa peraturan baru ini tidak akan memberikan banyak perubahan bagi mereka.

"Saya ragu ide ini akan diterima di industri kita," imbuh David Brennan, seorang pekerja di industri keuangan.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1148 seconds (0.1#10.140)