Waspadai Efek Samping Remdesivir, Obat Covid-19 yang Bisa Pengaruhi Ginjal

Jum'at, 02 Oktober 2020 - 19:12 WIB
loading...
Waspadai Efek Samping Remdesivir, Obat Covid-19 yang Bisa Pengaruhi Ginjal
Remdesivir dinilai potensial dalam perawatan pasien COVID-19. Tapi, Anda harus mewaspadai efek sampingnya yang bisa memperngaruhi kerusakan hati dan ginjal. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Remdesivir dinilai potensial dalam perawatan pasien COVID-19. Obat ini dapat menghambat replikasi virus dan tidak akan membuat keparahan berlanjut sehingga sistem imun pasien dapat mengendalikan virus . Namun, ada beberapa efek samping yang harus diperhatikan dari pemberian Remdesivir.

Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr. Erlina Burhan, Sp.P (K)., M.Sc., Ph.D mengatakan Remdesivir dapat mempengaruhi hati atau liver dan ginjal, serta meningkatkan enzim. Oleh karena itu, pasien COVID-19 yang memiliki penyakit liver dan ginjal tidak diizinkan mendapatkan Remdesivir.

"Kita akan mengeluarkan pasien-pasien dengan masalah sakit liver atau sakit ginjal," kata dr. Erlina baru-baru ini. (Baca juga: Positif Corona, 15 Artis Hollywod Ini Ceritakan Pengalaman Pahitnya )

Dalam uji coba ebola, para peneliti mencatat efek samping Remdesivir yang meliputi peningkatan kadar enzim hati yang mungkin mengindikasikan kemungkinan kerusakan hati. Dilansir dari Rxlist, Jumat (2/10) para peneliti mendokumentasikan peningkatan serupa dalam enzim hati pada tiga pasien COVID-19 AS

Selain itu, efek samping yang paling umum dalam studi Remdesivir untuk pasien COVID-19 termasuk mual, peradangan hati dan reaksi terkait infus dengan mual, tekanan darah rendah, berkeringat.

Remdesivir, obat yang pernah menawarkan harapan melawan ebola, sekarang menjadi sorotan sebagai satu-satunya obat yang efektif untuk COVID-19 saat ini. Tetapi para ahli memperingatkan bahwa ini bukan peluru perakbterhadap penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru, SARS-CoV-2.

Pembuat obat Gilead Sciences Inc memulai penelitian tentang Remdesivir pada tahun 2009, sebagai bagian dari program penelitian untuk hepatitis C dan virus pernapasan syncytial (RSV). Pengujian selanjutnya menunjukkan bahwa obat tersebut memiliki aktivitas antivirus spektrum luas.

Ini mengarah pada penelitian hewan awal terhadap virus ebola. Namun, obat tersebut gagal memenuhi harapan, kalah bersaing dengan dua obat lain dalam uji klinis penting yang diterbitkan tahun lalu.

Bahkan sebelum COVID-19, Gilead telah menguji Remdesivir terhadap virus corona lain, termasuk yang menyebabkan SARS dan MERS dalam penelitian laboratorium dan hewan. Namun, tidak ada uji klinis yang dilakukan karena kasus MERS terlalu sedikit dan tidak ada kasus SARS pada saat itu.

Remdesivir dianggap mengganggu mekanisme yang digunakan virus tertentu, termasuk virus corona baru, untuk membuat salinan dirinya sendiri. Para ilmuwan masih mencari tahu persis bagaimana itu terjadi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2116 seconds (0.1#10.140)