Didi Kempot, Sad Boys dan Para Perantau

Rabu, 06 Mei 2020 - 10:35 WIB
loading...
A A A
Apalagi saat menikmati lirik tembang Ketaman Asmoro di tepi Teluk Bima:

Saben wayah lingsir wengi,
Mripat iki ora biso turu, Tansah kelingan sliramu,
Wong ayu kang dadi pepujanku, Bingung rasane Atiku, Arep sambat nanging karo sopo, Nyatane ora kuwowo.

Keindahan Teluk Bima menjadi pelengkap syahdu mendengar suara merdu Didi Kempot.

Siapa para perantau yang tak tersentuh tembang karya Didi Kempot?

Mayoritas perantau di Bima kala itu berasal dari Sragen, Karanganyar, Solo, dan Wonogiri. Kisah perjuangan para perantau melewati kota-kota ini terefleksi dalam lagu Sewu Kutho.

Saat mendengar Sewu Kutho juga terbayang berapa banyak kota yang telah dilewati para perantauan. Hati akan teriris dan tak terasa air mata akan menetes terharu meninggalkan kampung halaman.

Dan kisah kasih perpisahan para perantau dengan kekasih dan istri juga menjadi inspirasi Didi Kempot. Itu diwakili dengan lagu Tanjung Mas Ninggal Janji, Stasiun Balapan, dan beberapa lagu berjudul tempat klangenan seperti terminal Tirtonadi, dan Pantai Klayar.

Hampir 20 tahun berlalu. Didi Kempot dikenal para milenial sebagai Bapaknya Patah Hati.

Para sad boys menyebutnya Lord Of Broken Heart. Lagu-lagu patah hati yang saya kenal 20 tahun lalu kembali ngehits selama dua tahun terakhir. "Tahun 2019 adalah tahunnya beliau (Didi Kempot Red)," kata penyiar radio tenar Gofar Hilman saat diwawancarai Kompas TV.

Gofar Hilman juga sempat bikin acara Ngobrol Bareng Didi Kempot.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1137 seconds (0.1#10.140)