Kaum Adam Miliki Peran Penting dalam Akhiri Kekerasan Gender

Senin, 26 Oktober 2020 - 17:55 WIB
loading...
Kaum Adam Miliki Peran Penting dalam Akhiri Kekerasan Gender
Kekerasan berbasis gender mencakup serangkaian kekerasan yang lebih luas, termasuk kekerasan terhadap perempuan dan laki-laki. / Foto: Ilustrasi/ist
A A A
JAKARTA - Tindak kekerasan terhadap perempuan di Tanah Air terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Komnas Perempuan pada 2019, yang dirilis bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, Maret lalu, diketahui kekerasan terhadap perempuan yang terlaporkan sebanyak 431.471 kasus.

(Baca juga: 8 Aktor Kece dalam Drama Korea Ini Siap Mencuri Perhatian )

Angka tersebut meningkat 6% dari tahun sebelumnya, sebanyak 406.178. Data ini menunjukkan bahwa di ranah pribadi dilaporkan kekerasan seksual sebanyak 2.988 kasus (31%), sedangkan di ranah publik atau komunitas ada 64% kekerasan terhadap perempuan adalah kekerasan seksual.

Di sisi lain, total kekerasan berbasis gender online (KBGO) sebanyak 354 kasus sepanjang Januari-Mei 2020 di semua ranah. Jumlah ini lebih banyak dari total laporan pada 2019, yakni 281 kasus. Jenis kekerasan seksual terbanyak di ranah ini adalah ancaman penyebaran foto/video porno atau revenge porn (81 laporan) sejak maraknya kegiatan online di masa pandemi ini.

Menurut Rutgers WPF Indonesia, KBG mencakup serangkaian kekerasan yang lebih luas, termasuk kekerasan terhadap perempuan dan laki-laki, minoritas seksual, yang identitasnya gender-nonconforming, yang kerap berakar pada ketidaksetaraan gender dan norma gender yang berbahaya yang mendorong kekerasan. Sederhananya, tindakan kekerasan yang berlandaskan pada asumsi gender dan atau seksual tertentu.

Kultur patriarki yang masih kental di tengah masyarakat umumnya membuat laki-laki memiliki kontrol dan kuasa terhadap anggota keluarga yang lain. Minimnya keterlibatan laki-laki dalam upaya pencegahan kekerasan berbasis gender merupakan salah satu faktor yang membutuhkan perhatian lebih, di mana sebagian besar program-program yang berkembang selama ini masih berfokus pada pemberdayaan perempuan dan belum cukup menyasar akar persoalannya, yaitu norma dan relasi gender laki-laki dan perempuan.

(Baca juga: Jangan Lengah, Meski Makin Banyak Penyitas Covid-19 Sembuh )

Merespons hal tersebut, Rutgers WPF Indonesia melalui program Prevention+, yang merupakan kelanjutan dari program MenCare+, ingin mewujudkan kesetaraan gender dan penghapusan kekerasan seksual sebagai suatu kondisi yang ideal bagi pemenuhan hak-hak dan kesehatan seksual, serta reproduksi dan membongkar norma-norma gender yang ada.

Prevention+ bertujuan mengurangi kekerasan terhadap perempuan serta meningkatkan partisipasi ekonomi perempuan dengan pendekatan pelibatan laki-laki sebagai agen perubahan dan mempromosikan nilai maskulinitas yang positif berdasarkan nilai kesetaraan dan nonkekerasan.

"Kesetaraan gender tidak dapat dicapai tanpa keterlibatan laki-laki dan remaja laki-laki dalam mengurangi bahkan menghapus kekerasan berbasis gender sehingga dengan mengajak mereka melalui program Prevention+," ungkap SGBV PV Rutgers WPF Indonesia, Ingrid Irawati dalam diskusi online Laki-laki sebagai Agen Perubahan Mewujudkan Kesetaraan Gender dan Penghapusan Kekerasan Seksual, Senin (26/10).

"Lewat program itu, mereka dapat teredukasi dengan baik, dan kami percaya bahwa laki-laki juga adalah agen perubahan untuk menghentikan kekerasan berbasis gender," lanjutnya.

Menggandeng mitra lokal seperti Yabima, Sahabat Kapas, Rifka Annisa, Damar, dan Rahima, program Prevention+ sudah berjalan sejak 2016 dengan menyasar empat wilayah besar di Indonesia yakni Jakarta, Bandar Lampung, Solo dan Yogyakarta. Program Prevention+ bersifat mencegah atau mengurangi potensi bahaya terabaikannya prinsip kesetaraan gender dan bahaya yang mengancam hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi.

Selama berjalan 5 tahun belakangan, beberapa kegiatan yang dilakukan Prevention+ di antaranya diskusi komunitas reguler untuk empat kelompok (perempuan dewasa, laki-laki dewasa, perempuan remaja, dan laki-laki remaja) menggunakan modul-modul yang mengangkat tema kesetaraan gender dan pelibatan laki-laki; konseling Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS) termasuk pendampingan psikososial dan hukum; kampanye melalui berbagai media, termasuk media sosial; hingga advokasi dari tingkat desa hingga ke tingkat nasional.

Manajer Umum Lembaga Advokasi Perempuan Damar, Sofiyan Hd mengungkapkan bahwa dengan adanya program Prevention+ yang melibatkan laki-laki semakin banyak laki-laki yang bergerak untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan karena selama ini mayoritas mereka diam melihat kekerasan terhadap perempuan.

(Baca juga: Intip 5 Destinasi Wisata Murah Meriah Dekat Rumah )

"Selama ini ada banyak laki-laki yang tidak setuju dengan kekerasan terhadap perempuan tetapi karena tidak tersedianya ruang bagi mereka untuk mendapatkan informasi dan wadah untuk bersikap ketika kasus itu terjadi akhirnya mereka memilih untuk diam tidak melakukan apapun, hadirnya program Prevention+ dari Rutgers WPF Indonesia membuat mereka akhirnya bersuara mendukung penghapusan kekerasan seksual," paparnya.
(nug)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1956 seconds (0.1#10.140)