Waspadai Gejala Kanker Lambung yang Mirip Maag

Rabu, 18 November 2020 - 00:30 WIB
loading...
Waspadai Gejala Kanker...
Kanker lambung sering kali dikira sebagai sakit maag atau gastritis. Foto Ilustrasi/Freepik
A A A
Tanda-tanda awal kanker lambung jarang terdeteksi oleh pasien, sebab kebanyakan pasien mengira gejalanya sebagai sakit maag biasa.

Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP menyampaikan, YKI mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kanker lambung.

" Kanker lambung sering kali dikira sebagai sakit maag atau gastritis, sebab cenderung tidak bergejala pada stadium awal, sehingga sebagian besar pasien datang terlambat dan sudah pada stadium lanjut," ujar Prof. Aru melalui keterangan resmi yang diterima SINDOnews, Selasa (17/11).

( )

General Manager Taiho Pharma Singapore PTE. LTD. Jakarta Representative Office dr. Ervina Hasti Widyandini mengatakan, angka kejadian kanker lambung di Indonesia memang tidak terlalu tinggi, tetapi bukan berarti tidak ada sama sekali. "Kami berharap, melalui edukasi masyarakat memiliki pemahaman akan upaya pencegahan maupun deteksi dini kanker lambung," kata dr. Ervina.

Prof. Aru menjelaskan, faktor-faktor risiko terkena kanker hanya 5%-10% yang diakibatkan oleh faktor genetika. Sedangkan 90%-95% lebih disebabkan oleh faktor lingkungan yang meliputi diet (30%-35%), rokok (25%-30%), infeksi (15%-20%), obesitas (10%-20%), alkohol (4%-6%), dan lain-lain (10%-15%).

Faktor risiko kanker lambung kebanyakan diderita oleh pasien berusia 60-80 tahun dan disebabkan oleh helicobactor pylori, rokok, obesitas, makanan yang diproses atau diasinkan, dan genetika. “Penyebab meningkatnya risiko kanker lambung secara kondisi medis karena adanya infeksi helicobacter pylori pada lambung, metaplasia usus, atrophic gastritis kronis, anemia pernisiosa, ataupun polip lambung,” terang Prof. Aru.

Sedangkan secara genetik, penyebab meningkatnya risiko kanker lambung adalah jika ibu, ayah, kakak, atau adik memiliki kanker gaster, golongan darah A, Li-fraumeni syndrome, familial adenomatous polypsis (FAP), dan hereditary nonpolyposis colon cancer. “Diagnosis dan terapi pada stadium dini tentu diharapkan akan memiliki tingkat keparahan dan prognosis yang lebih baik ketimbang bila dideteksi serta diterapi ketika sudah masuk stadium lanjut," timpal dr. Ervina.

"Untuk itu penting sekali untuk kita dapat mengenali gejala-gejala gangguan lambung apa saja yang harus diwaspadai dan ditindaklanjuti, apakah berupa penyakit lambung biasa yang umum dikenal sebagai sindroma dyspepsia ataukah mengarah ke keganasan atau kanker lambung,” lanjutnya.

Agar tidak terlambat melakukan deteksi dini kanker, masyarakat perlu mewaspadai gejala umum kanker. Seperti terjadinya benjolan, rasa lemah dan lesu, berat badan menurun drastis, nyeri yang tidak hilang, bab berubah pola, suara menjadi bindeng atau serak, nafsu makan hilang, mual dan muntah, nyeri perut, tahi lalat membesar dan meradang, perdarahan di waktu tidak lazim atau lama, serta bab dan batuk berdarah.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2765 seconds (0.1#10.140)