Memberikan Rasa Aman Bagi Pengunjung, Rumah Atsiri di Tawangmangu Terapkan CHSE
loading...
A
A
A
TAWANGMANGU - Rumah Atsiri Indonesia menerapkan CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment) untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pengunjung. Hal ini sesuai dengan program yang diusung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Penerapan protokol 3M berupa menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan juga tidak lupa diterapkan Rumah Atrisi Indonesia untuk mencegah penyebaran virus corona baru selama pandemi COVID-19. Terlihat dari awal masuk, ada petugas yang akan memeriksa suhu tubuh setiap pengunjung.
Rumah Atsiri Indonesia merupakan wisata edukasi tentang tanaman aromatik untuk pembuatan essential oil dan produk aromaterapi lainnya. Tempat wisata ini berlokasi di kawasan dataran tinggi Desa Plumbon, Tawangmangu, Jawa Tengah dan didirikan pada tahun 2016 lalu.
Baca juga : 6 Kota Rekomendatif untuk Habiskan Libur Akhir Tahun
"Awalnya bangunan Rumah Atsiri ini bekas pabrik penyulingan Citronella pada zaman Presiden Soekarno tahun 1963, hasil kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Bulgaria pasca kemerdekaan," kata Raka selaku educator kepada SINDOnews saat program Perjalanan Wisata Pengenalan Destinasi Prioritas Pasar Domestik Nusantara kerjasama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Garuda Indonesia, di Rumah Atsiri Indonesia, Tawangmangu, Rabu (9/12).
Tanpa mengubah struktur asli bangunan utama yang dirancang tim dari Bulgaria, Rumah Atsiri Indonesia didirikan dilahan seluas 5 hektar dengan fasilitas yang mendukung program penelitian, pelatihan, dan edukasi tentang produk olahan dari minyak atsiri. Tempat wisata ini juga dilengkapi dengan aromatic garden, museum Rumah Atsiri, kids lab, merchandise shop, Rumah Atsiri essence dan mice.
Di Rumah Atsiri, pengunjung dapat melihat 103 jenis tanaman aromatik yang dibudidayakan, mendalami sejarah minyak atsiri di dunia dan inovasi alat penyulingannya dari masa ke masa, dan belajar tentang cara membuat essential oil di Learning Hubs. Selain itu ada juga fasilitas pendukung lainnya seperti akomodasi, restoran, dan function hall. Rumah Atsiri juga menawarkan paket tur untuk kunjungan grup maupun acara perusahaan.
"Tadinya ini (Rumah Atsiri) pabrik penyulingan terbesar di Asia. Tembok, lantai masih dipertahankan dari Bulgaria. 95% tanaman atsiri dari Indonesia," jelas Raka.
Saat ini, terdapat 29 jenis essential oils yang diproduksi Rumah Atsiri. Tanaman aromatik java rosemary, lemongrass (serai), dan patchouli (nilam) merupakan jenis tanaman yang tumbuh sangat subur di Indonesia, sehingga menjadi produk minyak atsiri unggulan dan banyak diminati pelanggan dari Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
Baca juga : Wela Bajo, Pilihan Favorit Liburan Baru di Labuan Bajo
"Kita punya hand sanitizer, toilet spray, sampo, sabun, body lotion, lilin aroma terapi, diffuser. Harganya Rp35 ribu sampai yang paling mahal Rp550 ribu," tandasnya.
Adapun di masa pendemi di harapkan masyarakat tetap menjadi pahlawan di negeri sendiri dengan berwisata #DiIndonesiaAja untuk menikmati #WonderfulIndonesia serta tetap menerapkan protokol kesehatan 3M.
Lihat Juga: Cegah Pandemi Covid-19 Berikutnya, Menkes Budi: Jangan Tunggu Patogen Hewan Loncat ke Manusia
Penerapan protokol 3M berupa menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan juga tidak lupa diterapkan Rumah Atrisi Indonesia untuk mencegah penyebaran virus corona baru selama pandemi COVID-19. Terlihat dari awal masuk, ada petugas yang akan memeriksa suhu tubuh setiap pengunjung.
Rumah Atsiri Indonesia merupakan wisata edukasi tentang tanaman aromatik untuk pembuatan essential oil dan produk aromaterapi lainnya. Tempat wisata ini berlokasi di kawasan dataran tinggi Desa Plumbon, Tawangmangu, Jawa Tengah dan didirikan pada tahun 2016 lalu.
Baca juga : 6 Kota Rekomendatif untuk Habiskan Libur Akhir Tahun
"Awalnya bangunan Rumah Atsiri ini bekas pabrik penyulingan Citronella pada zaman Presiden Soekarno tahun 1963, hasil kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Bulgaria pasca kemerdekaan," kata Raka selaku educator kepada SINDOnews saat program Perjalanan Wisata Pengenalan Destinasi Prioritas Pasar Domestik Nusantara kerjasama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Garuda Indonesia, di Rumah Atsiri Indonesia, Tawangmangu, Rabu (9/12).
Tanpa mengubah struktur asli bangunan utama yang dirancang tim dari Bulgaria, Rumah Atsiri Indonesia didirikan dilahan seluas 5 hektar dengan fasilitas yang mendukung program penelitian, pelatihan, dan edukasi tentang produk olahan dari minyak atsiri. Tempat wisata ini juga dilengkapi dengan aromatic garden, museum Rumah Atsiri, kids lab, merchandise shop, Rumah Atsiri essence dan mice.
Di Rumah Atsiri, pengunjung dapat melihat 103 jenis tanaman aromatik yang dibudidayakan, mendalami sejarah minyak atsiri di dunia dan inovasi alat penyulingannya dari masa ke masa, dan belajar tentang cara membuat essential oil di Learning Hubs. Selain itu ada juga fasilitas pendukung lainnya seperti akomodasi, restoran, dan function hall. Rumah Atsiri juga menawarkan paket tur untuk kunjungan grup maupun acara perusahaan.
"Tadinya ini (Rumah Atsiri) pabrik penyulingan terbesar di Asia. Tembok, lantai masih dipertahankan dari Bulgaria. 95% tanaman atsiri dari Indonesia," jelas Raka.
Saat ini, terdapat 29 jenis essential oils yang diproduksi Rumah Atsiri. Tanaman aromatik java rosemary, lemongrass (serai), dan patchouli (nilam) merupakan jenis tanaman yang tumbuh sangat subur di Indonesia, sehingga menjadi produk minyak atsiri unggulan dan banyak diminati pelanggan dari Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
Baca juga : Wela Bajo, Pilihan Favorit Liburan Baru di Labuan Bajo
"Kita punya hand sanitizer, toilet spray, sampo, sabun, body lotion, lilin aroma terapi, diffuser. Harganya Rp35 ribu sampai yang paling mahal Rp550 ribu," tandasnya.
Adapun di masa pendemi di harapkan masyarakat tetap menjadi pahlawan di negeri sendiri dengan berwisata #DiIndonesiaAja untuk menikmati #WonderfulIndonesia serta tetap menerapkan protokol kesehatan 3M.
Lihat Juga: Cegah Pandemi Covid-19 Berikutnya, Menkes Budi: Jangan Tunggu Patogen Hewan Loncat ke Manusia
(wur)