Masa Pandemi, Tetap Waspadai Kanker Serviks dengan Deteksi Dini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sementara pandemi COVID-19 masih berlanjut, penyakit lain pun terus berkembang dan tidak boleh menjadikan kita abai melainkan harus terus waspada. Ya, ancaman kanker tidak pernah berhenti khususnya pada kaum Hawa. Hingga saat ini, kanker serviks merupakan penyebab kanker tertinggi kedua setelah kanker payudara pada wanita karena kurangnya skrining sejak dini.
Padahal deteksi dini kanker serviks saat ini sudah beragam tersedia. Yaitu meliputi IVA (Inspeksi visual asam asetat), Papsmear, Papsmear Berbasis Cairan, dan HPV DNA. “Tes HPV DNA dilakukan untuk mendeteksi sejak awal terjadinya infeksi virus HPV risiko tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks.
Baca Juga : Usai Suntik Vaksin Tak Otomatis Langsung Kebal Covid-19, Ini Penjelasannya!
Semakin cepat kanker serviks di deteksi maka akan lebih mudah diobati”, kata dr. Gatot N.A. Winarno, Sp.OG(K), M.Kes. dalam Webinar yang diadakan PT. Kalbe Farma Tbk dengan tema Waktunya Skrining Kanker Serviks belum lama ini.
Kanker serviks merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini HPV (Human Papilloma Virus) DNA secara rutin, terutama bagi wanita yang sudah pernah berhubungan seksual. Kanker serviks (mulut rahim) disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus), terutama tipe 16 dan 18, biasanya tidak menunjukkan gejala atau keluhan pada tahap awal.
Gejala atau keluhan tersebut biasanya baru muncul ketika kanker sudah memasuki stadium 2 atau lebih. Keputihan yang berulang meski telah diobati, juga postcoital bleeding (pendarahan pasca senggama), kerap menjadi gejala yang dirasakan—meski tidak selalu merujuk pada kanker serviks.
Baca Juga : Modifikasi Gaya Hidup Kontrol Penyakit Radang Usus Kronis
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker serviks diantaranya menikah di usia muda (15 – 20 tahun), di mana pada masa ini masih terjadi perubahan sel (metaplasia) di mulut rahim, berganti-ganti pasangan seksual, infeksi gonorhea (kencing nanah), sifilis, herpes , atau HIV, mengonsumsi pil KB kombinasi dapat memicu perkembangan HPV, tapi tidak menyebabkan timbulnya HPV, dan kekurangan vitamin C, D, E, asam folat, dan mineral.
Skrining menjadi hal yang penting dilakukan untuk terhindar dari kanker serviks.
Sejak aktif berhubungan seksual, pemeriksaan setiap tahun diperlukan untuk memantau kondisi organ kewanitaan. Saat ini, terdapat beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi lesi pra-kanker.
Seperti Tes IVA yang merupakan metode pemeriksaan yang paling mudah, murah, mampu laksana di Indonesia. Mulut rahim dibalur dengan asam cuka (25 persen) kemudian reaksi yang terjadi dianalisa.
Padahal deteksi dini kanker serviks saat ini sudah beragam tersedia. Yaitu meliputi IVA (Inspeksi visual asam asetat), Papsmear, Papsmear Berbasis Cairan, dan HPV DNA. “Tes HPV DNA dilakukan untuk mendeteksi sejak awal terjadinya infeksi virus HPV risiko tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks.
Baca Juga : Usai Suntik Vaksin Tak Otomatis Langsung Kebal Covid-19, Ini Penjelasannya!
Semakin cepat kanker serviks di deteksi maka akan lebih mudah diobati”, kata dr. Gatot N.A. Winarno, Sp.OG(K), M.Kes. dalam Webinar yang diadakan PT. Kalbe Farma Tbk dengan tema Waktunya Skrining Kanker Serviks belum lama ini.
Kanker serviks merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini HPV (Human Papilloma Virus) DNA secara rutin, terutama bagi wanita yang sudah pernah berhubungan seksual. Kanker serviks (mulut rahim) disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus), terutama tipe 16 dan 18, biasanya tidak menunjukkan gejala atau keluhan pada tahap awal.
Gejala atau keluhan tersebut biasanya baru muncul ketika kanker sudah memasuki stadium 2 atau lebih. Keputihan yang berulang meski telah diobati, juga postcoital bleeding (pendarahan pasca senggama), kerap menjadi gejala yang dirasakan—meski tidak selalu merujuk pada kanker serviks.
Baca Juga : Modifikasi Gaya Hidup Kontrol Penyakit Radang Usus Kronis
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker serviks diantaranya menikah di usia muda (15 – 20 tahun), di mana pada masa ini masih terjadi perubahan sel (metaplasia) di mulut rahim, berganti-ganti pasangan seksual, infeksi gonorhea (kencing nanah), sifilis, herpes , atau HIV, mengonsumsi pil KB kombinasi dapat memicu perkembangan HPV, tapi tidak menyebabkan timbulnya HPV, dan kekurangan vitamin C, D, E, asam folat, dan mineral.
Skrining menjadi hal yang penting dilakukan untuk terhindar dari kanker serviks.
Sejak aktif berhubungan seksual, pemeriksaan setiap tahun diperlukan untuk memantau kondisi organ kewanitaan. Saat ini, terdapat beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi lesi pra-kanker.
Seperti Tes IVA yang merupakan metode pemeriksaan yang paling mudah, murah, mampu laksana di Indonesia. Mulut rahim dibalur dengan asam cuka (25 persen) kemudian reaksi yang terjadi dianalisa.