50 Perempuan Indonesia Meninggal Setiap Hari Akibat Kanker Serviks
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hingga saat ini, kanker serviks masih menjadi penyakit yang ditakuti dan memakan banyak korban jiwa. Padahal, kanker tersebut merupakan salah satu kanker yang dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi HPV dan IVA Test/Pap smear.
Berdasarkan data GLOBOCAN 2020, Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab kanker serviks telah merengut 21.003 jiwa, dan terdapat 36.633 kasus baru terhadap perempuan. Artinya, 50 perempuan di Indonesia meninggal setiap harinya, dan hal tersebut menjadikan kanker serviks sebagai kanker urutan kedua di Indonesia.
Terlebih lagi, dari keseluruhan kasus kanker serviks baru yang ditemukan di Indonesia, diketahui lebih dari 80% sudah pada stadium lanjut. Pada kondisi ini, pengobatan menjadi lebih sulit, lebih mahal serta tingkat keberhasilan juga menurun.
Melihat kondisi yang mengkhawatirkan ini, Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), bekerja sama dengan Cancer Information & Support Center (CISC), dan Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), dalam rangka Bulan Peduli Kanker Serviks dan Hari Kanker Sedunia memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kanker serviks, gejala dan pencegahannya.
Selain menyebabkan kanker serviks pada perempuan, virus HPV juga dapat menyebabkan beberapa penyakit kulit dan kelamin pada laki-laki. Vaksinasi dianggap sebagai pencegahan primer karena telah terbukti menurunkan insiden kanker serviks.
Melalui program vaksinasi HPV, Australia berhasil menurunkan insiden kanker hingga 40 persen. “Bahkan, Australia telah mencanangkan 2030 bebas kanker serviks karena mereka memulai program vaksinasi HPV nasional sejak 2007,” ungkap Prof. Dr. dr. Andrijono, SpOG, K-onk, Ketua Umum Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) yang juga salah satu penggagas utama dari KICKS.
Upaya pencegahan kanker serviks sangat penting untuk dilakukan segera, sesuai dengan anjuran WHO yang menyatakan bahwa tindakan pencegahan primer untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan vaksinasi HPV yang membuat tubuh membentuk antibodi terhadap virus HPV.
Sehingga tubuh memiliki kekebalan terhadap virus HPV yang berisiko tinggi sebabkan kanker serviks. Oleh karena itu, vaksinasi HPV penting dilakukan sedini mungkin agar mengurangi risiko terkena virus HPV. Jika tidak bertindak, kematian akibat kanker serviks akan meningkat hampir 50% pada tahun 2030.
Sementara, dr. R. Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais mengatakan, sebagian besar pasien tidak mengetahui bahwa pada akhirnya mereka mengidap kanker serviks. Sebab, kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal, karena memang tidak ada gejala yang terlihat dan keluhan apapun dari pasien.
“Untuk itu, kami memiliki visi yang sama dengan KICKS dan CISC untuk selalu mengingatkan para perempuan untuk melakukan deteksi dini melalui IVA Test atau Pap smear dan vaksinasi HPV sebagai cara untuk mencegah kanker serviks,” terang dr. Soeko.
Berdasarkan data GLOBOCAN 2020, Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab kanker serviks telah merengut 21.003 jiwa, dan terdapat 36.633 kasus baru terhadap perempuan. Artinya, 50 perempuan di Indonesia meninggal setiap harinya, dan hal tersebut menjadikan kanker serviks sebagai kanker urutan kedua di Indonesia.
Terlebih lagi, dari keseluruhan kasus kanker serviks baru yang ditemukan di Indonesia, diketahui lebih dari 80% sudah pada stadium lanjut. Pada kondisi ini, pengobatan menjadi lebih sulit, lebih mahal serta tingkat keberhasilan juga menurun.
Melihat kondisi yang mengkhawatirkan ini, Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), bekerja sama dengan Cancer Information & Support Center (CISC), dan Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), dalam rangka Bulan Peduli Kanker Serviks dan Hari Kanker Sedunia memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kanker serviks, gejala dan pencegahannya.
Selain menyebabkan kanker serviks pada perempuan, virus HPV juga dapat menyebabkan beberapa penyakit kulit dan kelamin pada laki-laki. Vaksinasi dianggap sebagai pencegahan primer karena telah terbukti menurunkan insiden kanker serviks.
Melalui program vaksinasi HPV, Australia berhasil menurunkan insiden kanker hingga 40 persen. “Bahkan, Australia telah mencanangkan 2030 bebas kanker serviks karena mereka memulai program vaksinasi HPV nasional sejak 2007,” ungkap Prof. Dr. dr. Andrijono, SpOG, K-onk, Ketua Umum Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) yang juga salah satu penggagas utama dari KICKS.
Upaya pencegahan kanker serviks sangat penting untuk dilakukan segera, sesuai dengan anjuran WHO yang menyatakan bahwa tindakan pencegahan primer untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan vaksinasi HPV yang membuat tubuh membentuk antibodi terhadap virus HPV.
Sehingga tubuh memiliki kekebalan terhadap virus HPV yang berisiko tinggi sebabkan kanker serviks. Oleh karena itu, vaksinasi HPV penting dilakukan sedini mungkin agar mengurangi risiko terkena virus HPV. Jika tidak bertindak, kematian akibat kanker serviks akan meningkat hampir 50% pada tahun 2030.
Sementara, dr. R. Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais mengatakan, sebagian besar pasien tidak mengetahui bahwa pada akhirnya mereka mengidap kanker serviks. Sebab, kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal, karena memang tidak ada gejala yang terlihat dan keluhan apapun dari pasien.
“Untuk itu, kami memiliki visi yang sama dengan KICKS dan CISC untuk selalu mengingatkan para perempuan untuk melakukan deteksi dini melalui IVA Test atau Pap smear dan vaksinasi HPV sebagai cara untuk mencegah kanker serviks,” terang dr. Soeko.