9 Fakta Papeda, Makanan Pokok Masyarakat Papua
loading...
A
A
A
Filosofinya, makan dalam satu keluarga menyimpan cerita untuk masa depan anak dan cucu. Karena, acara makan bersama yang menandai ikatan kekeluargaan itu menjadi ruang diskusi antara ayah, ibu, dan anak, menjadi ruang kecil untuk bermusyawarah.
2. Cara ambil digulung
Karena teksturnya serupa lem, mentransfer papeda dari wadah ke piring makan nyaris tak mungkin dilakukan dengan sendok besar sekalipun. Nah, mengambil papeda perlu trik tersendiri. Di acara adat Papua, alat mengambil yang wajib digunakan adalah hiloi, serupa garpu besar. Tapi, garpu biasa kini sudah sering digunakan di rumah tangga.
Cara mengambilnya, genggam dua garpu masing-masing di tangan kiri dan kanan, benamkan kedua garpu ke papeda, tarik garpu ke atas dengan posisi horizontal, lalu gulung papeda di garpu kiri dan kanan hingga membentuk gumpalan agak besar, transfer ke piring. Ada yang menggulungnya ke arah dalam, ada yang ke arah luar. Arah menggulung ini bisa menunjukkan asal daerah seseorang.
3. Bisa buat sendiri menggunakan sagu supermarket
Papeda bisa dibuat menggunakan sagu yang dijual di supermarket. Tapi, untuk membuat papeda yang kualitasnya menyamai papeda Papua, Chef Chato memberi triknya. "Sebelum dimasak, rendam dahulu tepung sagu di dalam air bersih selama kurang lebih 15 menit, ambil pati yang mengendap, campur dengan air untuk dibuat papeda. Teksturnya akan sama dengan papeda di Papua," saran Chef Chato.
4. Papeda versi lontong
Papeda yang kerap dilihat umumnya berupa bubur. Namun ada papeda yang bentuknya seperti lontong. Namanya papeda bungkus. Proses pembuatannya seperti papeda biasa. Setelah matang, papeda dibungkus daun pisang atau daun fotovea (dalam bahasa Sentani disebut waibu). Uniknya, daun waibu tersedia di alam dalam dua varian warna, yaitu merah hati dan hijau. Daun pisang dan fotovea berperan sebagai penambah aroma, sehingga papeda bungkus memiliki aroma yang khas.
Daya simpan papeda bungkus ini bisa sampai satu bulan. "Tak perlu disimpan di kulkas, tak perlu dihangatkan berulang-ulang. Simpan saja di meja," ujar Chef Chato.
5. Sinole, papeda berbumbu kaldu
2. Cara ambil digulung
Karena teksturnya serupa lem, mentransfer papeda dari wadah ke piring makan nyaris tak mungkin dilakukan dengan sendok besar sekalipun. Nah, mengambil papeda perlu trik tersendiri. Di acara adat Papua, alat mengambil yang wajib digunakan adalah hiloi, serupa garpu besar. Tapi, garpu biasa kini sudah sering digunakan di rumah tangga.
Cara mengambilnya, genggam dua garpu masing-masing di tangan kiri dan kanan, benamkan kedua garpu ke papeda, tarik garpu ke atas dengan posisi horizontal, lalu gulung papeda di garpu kiri dan kanan hingga membentuk gumpalan agak besar, transfer ke piring. Ada yang menggulungnya ke arah dalam, ada yang ke arah luar. Arah menggulung ini bisa menunjukkan asal daerah seseorang.
3. Bisa buat sendiri menggunakan sagu supermarket
Papeda bisa dibuat menggunakan sagu yang dijual di supermarket. Tapi, untuk membuat papeda yang kualitasnya menyamai papeda Papua, Chef Chato memberi triknya. "Sebelum dimasak, rendam dahulu tepung sagu di dalam air bersih selama kurang lebih 15 menit, ambil pati yang mengendap, campur dengan air untuk dibuat papeda. Teksturnya akan sama dengan papeda di Papua," saran Chef Chato.
4. Papeda versi lontong
Papeda yang kerap dilihat umumnya berupa bubur. Namun ada papeda yang bentuknya seperti lontong. Namanya papeda bungkus. Proses pembuatannya seperti papeda biasa. Setelah matang, papeda dibungkus daun pisang atau daun fotovea (dalam bahasa Sentani disebut waibu). Uniknya, daun waibu tersedia di alam dalam dua varian warna, yaitu merah hati dan hijau. Daun pisang dan fotovea berperan sebagai penambah aroma, sehingga papeda bungkus memiliki aroma yang khas.
Daya simpan papeda bungkus ini bisa sampai satu bulan. "Tak perlu disimpan di kulkas, tak perlu dihangatkan berulang-ulang. Simpan saja di meja," ujar Chef Chato.
5. Sinole, papeda berbumbu kaldu