Penyakit Ginjal, Ancaman The Silent Killer
loading...
A
A
A
JAKARTA - Silent killer, demikianlah penyakit gagal ginjal atau ginjal kronik disebut. Julukan ini diberikan karena sering kali penderita tidak merasakan gejala tertentu hingga penyakit sudah memasuki stadium lanjut dan fungsi ginjal telah menurun dan risiko yang dihadapi sudah fatal.
Di Tanah Air, penyakit ginjal kronik menjadi perhatian serius karena prevelensi terus meningkat. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita gagal ginjal sebesar 0,2% atau 0,2 per 1.000 penduduk. Secara global, menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010, ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
Di sisi lain, data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2018 menyebut, terdapat 65.947 pasien baru yang membutuhkan cuci darah, 92% di antaranya termasuk dalam kategori penyakit ginjal tahap akhir. Selain menmbulkan risiko fatal karena keterlambatan, penanganan ginjal kronis membutuhkan dana yang tidak murah. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung .
Melihat fakta tersebut, Hari Ginjal Sedunia yang diperingati setiap 12 Maret bukan sekadar menjadi penanda bahwa penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit dengan tingkat kematian tinggi, tapi juga mengingatkan pentingnya untuk mencegah penyakit tersebut.
Bahkan, saat Budi Gunadi ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengingatkan bahwa Kemenkes bukan hanya menghadapi pandemi Covid-19, tapi juga ancaman penyakit tidak menular seperti stroke, diabetes, jantung, dan gagal ginjal yang menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Apalagi dalam kondisi pandemi, penderita penyakit tersebut paling berisiko.
Melihat tingginya prevelansi angka penderita ginjal, anggota DPR komisi IX Kurniasih Mufidayati meminta pemerintah tak henti mengkampanyekan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal. Harapannyan penyakit gagal ginjal bisa dicegah dan progresivitas menuju gagal ginjal dapat diperlambat.
"Dalam tataran yang lebih mikro, pemerintah membuat kebijakan untuk mendorong dan mendukung pola hidup sehat masyarakat yang sadar kesehatan ginjal. Misalnya, mewajibkan instansi pemerintah dan swasta untuk menyediakan air minum gratis dan memasang indikator dehidrasi di setiap toilet, yang beberapa telah diterapkan oleh sebagian instansi,"ujar anggota dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Dia pun menandaskan Kemenkes terus meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan preventif dan promotif. "Ini sesuai dengan Undang-Undang kesehatan yang harus mengutamakan pendekatan kuratif dan rehabilitatif sehingga para pasien bisa dengan mudah mengakses layanan kesehatan," tuturnya.
Di Tanah Air, penyakit ginjal kronik menjadi perhatian serius karena prevelensi terus meningkat. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita gagal ginjal sebesar 0,2% atau 0,2 per 1.000 penduduk. Secara global, menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010, ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
Di sisi lain, data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2018 menyebut, terdapat 65.947 pasien baru yang membutuhkan cuci darah, 92% di antaranya termasuk dalam kategori penyakit ginjal tahap akhir. Selain menmbulkan risiko fatal karena keterlambatan, penanganan ginjal kronis membutuhkan dana yang tidak murah. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung .
Melihat fakta tersebut, Hari Ginjal Sedunia yang diperingati setiap 12 Maret bukan sekadar menjadi penanda bahwa penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit dengan tingkat kematian tinggi, tapi juga mengingatkan pentingnya untuk mencegah penyakit tersebut.
Bahkan, saat Budi Gunadi ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengingatkan bahwa Kemenkes bukan hanya menghadapi pandemi Covid-19, tapi juga ancaman penyakit tidak menular seperti stroke, diabetes, jantung, dan gagal ginjal yang menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Apalagi dalam kondisi pandemi, penderita penyakit tersebut paling berisiko.
Baca Juga
Melihat tingginya prevelansi angka penderita ginjal, anggota DPR komisi IX Kurniasih Mufidayati meminta pemerintah tak henti mengkampanyekan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal. Harapannyan penyakit gagal ginjal bisa dicegah dan progresivitas menuju gagal ginjal dapat diperlambat.
"Dalam tataran yang lebih mikro, pemerintah membuat kebijakan untuk mendorong dan mendukung pola hidup sehat masyarakat yang sadar kesehatan ginjal. Misalnya, mewajibkan instansi pemerintah dan swasta untuk menyediakan air minum gratis dan memasang indikator dehidrasi di setiap toilet, yang beberapa telah diterapkan oleh sebagian instansi,"ujar anggota dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Dia pun menandaskan Kemenkes terus meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan preventif dan promotif. "Ini sesuai dengan Undang-Undang kesehatan yang harus mengutamakan pendekatan kuratif dan rehabilitatif sehingga para pasien bisa dengan mudah mengakses layanan kesehatan," tuturnya.