Novelis Ini Ajak Wanita Indonesia Berkarya lewat Tulisan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bulan April kerapkali menjadi momen perjuangan emansipasi wanita. Tokoh pahlawan emansipasi wanita Indonesia, RA Kartini pun menjadi inspirasi dan semangat bagi novelis Ika Saraswati Sarah untuk melahirkan sebuah karya.
Baca juga: Video Maia Estianty Hindari Ahmad Dhani di Acara Indonesian Idol Viral, Netizen: Good Job Bund!
Ika baru saja menerbitkan novel terbarunya berjudul Bulan Madu yang Tertunda. Buku setebal 413 halaman ini berkisah tentang cinta yang tak lekang oleh waktu dan tak dibatasi usia. Lewat buku tersebut, Ika ingin memberikan semangat dan inspirasi bagi kaum wanita Indonesia untuk berkarya memberikan dampak pengaruh lewat karya tulisan.
"Memilih pasangan hidup ternyata tetap butuh keberanian dan perjuangan hidup yang tak mudah, dan saya ingin mengajak kaum wanita untuk memberikan pengaruh kepada negara berkarya lewat tulisan," ujar Ika Sarah ketika dijumpai di Jakarta, Rabu (28/4).
Ika Sarah mencoba menumpahkan kreativitasnya dengan menulis. Kekuatan Ika Sarah adalah melalui imajinasinya yang mampu menghasilkan buku fiksi berkualitas. "Sejak kecil saya diajarkan untuk banyak menulis, menumpahkan perasaan, dan cerita tentang kejadian apa saja yang dilihat," terangnya.
Ika Sarah, yang lahir dengan kelainan jantung bawaan, memang sejak kecil doyan menulis buku harian. Sejak kecil pula dia mulai berkhayal tentang konstruksi cerita dan kejadian yang kadang didapat dengan kuat melalui mimpi.
"Papa senang ke luar negeri untuk tugas. Masa itu, belum ada banyak toko buku, apalagi buku impor berbahasa Inggris, belum ada Gramedia dan Gunung Agung. Papa membelikan semua anak-anak buku luar negeri sebagai oleh-oleh, karangan Enid Blyton, HC Andersen, bahkan Asterix komik pun dalam bahasa Inggris dibelikan," ungkap Ika.
Ika Sarah sendiri merupakan putri dari Ir. Bambang Sarah, seorang pejabat pemerintahan masa Soeharto, dengan DR. Ataswarin Kamariah Moewardi, seorang pendidik, guru dan dosen yang juga menulis.
Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Ika menggemari dunia tulis menulis mulai dari mengarang, menulis cerita dan puisi. Adapun sosok penulis yang begitu memengaruhi Ika menulis novel pop roman masa kecil sampai dewasa adalah Teguh Esha, Ashadi Siregar, Mira W, Marga T., Seno Gumira Ajidarma, Tere Liye, Andrea Hirata.
"Sedangkan penulis luar negeri, Jackie Collins, Paulo Coelho, Agatha Christie, John Grisham sampai Sidney Sheldon," sahutnya.
Ika Sarah terus memilih literasi untuk tetap berkarya dan berkreasi di tengah pandemi. Dia berharap para perempuan mampu berkarya melalui literasi untuk bisa memberikan inspirasi ke masyarakat luas.
Baca juga: Dian Sastrowardoyo Sempat Merasa Tak Nyaman Menjadi Populer
"Kuncinya adalah tekun. Kumpulan tulisan kita bisa menjadi sebuah buku, seperti novel, cerpen, puisi atau pun buku berupa kumpulan artikel yang bisa menjadi sebuah karya emas layaknya Kartini," tutup Ika Sarah.
Baca juga: Video Maia Estianty Hindari Ahmad Dhani di Acara Indonesian Idol Viral, Netizen: Good Job Bund!
Ika baru saja menerbitkan novel terbarunya berjudul Bulan Madu yang Tertunda. Buku setebal 413 halaman ini berkisah tentang cinta yang tak lekang oleh waktu dan tak dibatasi usia. Lewat buku tersebut, Ika ingin memberikan semangat dan inspirasi bagi kaum wanita Indonesia untuk berkarya memberikan dampak pengaruh lewat karya tulisan.
"Memilih pasangan hidup ternyata tetap butuh keberanian dan perjuangan hidup yang tak mudah, dan saya ingin mengajak kaum wanita untuk memberikan pengaruh kepada negara berkarya lewat tulisan," ujar Ika Sarah ketika dijumpai di Jakarta, Rabu (28/4).
Ika Sarah mencoba menumpahkan kreativitasnya dengan menulis. Kekuatan Ika Sarah adalah melalui imajinasinya yang mampu menghasilkan buku fiksi berkualitas. "Sejak kecil saya diajarkan untuk banyak menulis, menumpahkan perasaan, dan cerita tentang kejadian apa saja yang dilihat," terangnya.
Ika Sarah, yang lahir dengan kelainan jantung bawaan, memang sejak kecil doyan menulis buku harian. Sejak kecil pula dia mulai berkhayal tentang konstruksi cerita dan kejadian yang kadang didapat dengan kuat melalui mimpi.
"Papa senang ke luar negeri untuk tugas. Masa itu, belum ada banyak toko buku, apalagi buku impor berbahasa Inggris, belum ada Gramedia dan Gunung Agung. Papa membelikan semua anak-anak buku luar negeri sebagai oleh-oleh, karangan Enid Blyton, HC Andersen, bahkan Asterix komik pun dalam bahasa Inggris dibelikan," ungkap Ika.
Ika Sarah sendiri merupakan putri dari Ir. Bambang Sarah, seorang pejabat pemerintahan masa Soeharto, dengan DR. Ataswarin Kamariah Moewardi, seorang pendidik, guru dan dosen yang juga menulis.
Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Ika menggemari dunia tulis menulis mulai dari mengarang, menulis cerita dan puisi. Adapun sosok penulis yang begitu memengaruhi Ika menulis novel pop roman masa kecil sampai dewasa adalah Teguh Esha, Ashadi Siregar, Mira W, Marga T., Seno Gumira Ajidarma, Tere Liye, Andrea Hirata.
"Sedangkan penulis luar negeri, Jackie Collins, Paulo Coelho, Agatha Christie, John Grisham sampai Sidney Sheldon," sahutnya.
Ika Sarah terus memilih literasi untuk tetap berkarya dan berkreasi di tengah pandemi. Dia berharap para perempuan mampu berkarya melalui literasi untuk bisa memberikan inspirasi ke masyarakat luas.
Baca juga: Dian Sastrowardoyo Sempat Merasa Tak Nyaman Menjadi Populer
"Kuncinya adalah tekun. Kumpulan tulisan kita bisa menjadi sebuah buku, seperti novel, cerpen, puisi atau pun buku berupa kumpulan artikel yang bisa menjadi sebuah karya emas layaknya Kartini," tutup Ika Sarah.
(nug)