Review Film Cruella: Sebuah Cerita Kelam dari Disney
loading...
A
A
A
Film-film keluaran Disney biasanya bertema atau ditujukan untuk menjadi tontonan keluarga atau semua umur. Namun, tidak dengan Cruella . Film ini akan memberikan nuansa baru dalam menikmati sebuah film Disney. Tema kelam dan kejahatan di dalamnya membuat film ini tidak menjadi tontonan yang bisa dinikmati anak-anak. LSF mengganjar film ini dengan rating 17+ alias untuk Dewasa.
Dibintangi Emma Stone sebagai Cruella dan Emma Thompson sebagai Baroness, Cruella hadir dengan cerita yang tidak bahagia. Kekonyolan dan humor yang ada di dalamnya pun tak membuat tema tidak bahagia dalam film ini menghilang. Humor di sini pun bakal terdengar kasar dan kelam, tak seperti film-film Disney lain yang biasanya ringan dan menghibur. Mungkin, beberapa orang akan membandingkan film ini dengan film DC seperti Harley Quinn atau Joker. Namun, Cruella punya ranah sendiri. Dia tidak berdarah-darah dan keras dengan penuh kehancuran seperti dua film keluaran Warner Bros. tersebut.
Cruella mengisahkan tentang Estella, seorang gadis yang lahir dengan kondisi rambut berwarna berbeda, separuh hitam dan separuh putih. Sejak kecil, dia telah menunjukkan tanda-tanda memiliki sifat keras kepala dan ekstrem. Ibunya terus meyakinkan kalau dia adalah Estella, bukan Cruella yang jahat. Saat bersekolah, dia pun tak segan melawan anak laki-laki yang kerap merundungnya. Akibatnya, dia pun sering dipanggil pihak sekolah. Ibu Estella, Catherine, kemudian mengeluarkan Estella dari sekolah itu dan berniat membawanya ke London untuk memulai hidup baru. Namun, di tengah perjalanan, Catherine membawa Estella ke Hellman Hall untuk sebuah urusan. Dia meminta Estella menunggunya di mobil dan memberikan seuntai kalung warisan keluarga untuknya. Namun, di tempat itu, Catherine menemui ajalnya. Hati Estella pun hancur. Dia merasa menjadi biang kematian ibunya. Dia kemudian lari ke London.
Di Regent Park, tempat yang sangat ingin dia kunjungi, Estella bertemu Jasper dan Horace, dua yatim piatu yang bekerja sebagai pencopet. Tak punya pilihan, Estella akhirnya bergabung dengan dua orang tersebut. Dia lalu mengubah penampilannya. Dia tidak lagi memiliki rambut dengan dua warna. Dia tampil sebagai Estella dengan rambut merah. Meski berprofesi sebagai pencopet, cita-cita Estella adalah menjadi perancang busana. Dia merupakan pembuat kostum untuk dia dan dua kompatriotnya dalam beraksi. Kostum-kostum ini dibuat untuk melancarkan usaha mereka sebagai pencopet dan pencuri.
Suatu hari, Jasper memberikan surat kalau Estella diterima bekerja di Liberty, sebuah departemen store terkemuka di London. Di tempat itu, dia bekerja sebagai tukang bersih-bersih, bukan pegawai yang mengurusi busana, seperti keinginannya. Keberuntungan ada di pihaknya ketika Baroness terkesan dengan “hasil karyanya” di etalase departemen store itu. Meski dipecat dari Liberty, Estella dipekerjakan Baroness sebagai salah satu perancang di rumah modenya. Dari sinilah cerita Estella dan Cruella dimulai.
Sebuah percakapannya dengan Baroness membuat Estella sadar kalau selama ini dia telah salah. Dendam pun muncul. Dendam inilah yang membuat Estella kembali kepada Cruella yang lebih kejam, cerdas dan lebih berani untuk mengeksekusi rencana yang terbilang gila. Estella yang juga cerdas dan berani pun tidak lagi dominan. Semuanya berganti dengan kehadiran sosok Cruella.
Tema pembalasan dendam Estella terhadap Baroness inilah yang menjadi inti cerita Cruella. Dia melakukan apa pun demi menghancurkan Baroness dan membalaskan rasa sakit hatinya. Sementara, sebuah twist akhirnya mampu menjelaskan segalanya. Meski begitu, tidak ada perubahan dari diri Cruella.
Hampir semua tokoh di film ini tidak ada yang baik. Semuanya adalah karakter-karakter dengan sifat yang tidak terpuji. Mereka manipulatif, dingin, tidak peka, sombong dan angkuh. Estella/Cruella adalah sosok yang ambisius, dia juga kurang peka dengan sekitarnya. Beberapa kali dia berselisih paham dengan Jasper yang kurang setuju dengan sikapnya yang mau melakukan apa pun demi terbalaskan dendamnya. Sementara, Baroness adalah sosok wanita dingin, angkuh dan narsistik. Omongannya juga kasar. Dia merasa telah memiliki segalanya dan tidak ada orang yang lebih hebat darinya. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana jika dua wanita ini bertemu.
Cerita Cruella dan Baroness bukanlah cerita Andy Sachs dan Miranda Priestly di Devil Wears Prada. Baroness memang toxic, tapi Cruella juga bukan tipe yang mau mengalah. Dia bakal melakukan apa pun demi menghancurkan Baroness. Di sisi lain, Baroness, meski menyukai hasil kerja Estella, sangat membenci Cruella dan ingin menyingkirkannya.
Dibintangi Emma Stone sebagai Cruella dan Emma Thompson sebagai Baroness, Cruella hadir dengan cerita yang tidak bahagia. Kekonyolan dan humor yang ada di dalamnya pun tak membuat tema tidak bahagia dalam film ini menghilang. Humor di sini pun bakal terdengar kasar dan kelam, tak seperti film-film Disney lain yang biasanya ringan dan menghibur. Mungkin, beberapa orang akan membandingkan film ini dengan film DC seperti Harley Quinn atau Joker. Namun, Cruella punya ranah sendiri. Dia tidak berdarah-darah dan keras dengan penuh kehancuran seperti dua film keluaran Warner Bros. tersebut.
Baca Juga
Cruella mengisahkan tentang Estella, seorang gadis yang lahir dengan kondisi rambut berwarna berbeda, separuh hitam dan separuh putih. Sejak kecil, dia telah menunjukkan tanda-tanda memiliki sifat keras kepala dan ekstrem. Ibunya terus meyakinkan kalau dia adalah Estella, bukan Cruella yang jahat. Saat bersekolah, dia pun tak segan melawan anak laki-laki yang kerap merundungnya. Akibatnya, dia pun sering dipanggil pihak sekolah. Ibu Estella, Catherine, kemudian mengeluarkan Estella dari sekolah itu dan berniat membawanya ke London untuk memulai hidup baru. Namun, di tengah perjalanan, Catherine membawa Estella ke Hellman Hall untuk sebuah urusan. Dia meminta Estella menunggunya di mobil dan memberikan seuntai kalung warisan keluarga untuknya. Namun, di tempat itu, Catherine menemui ajalnya. Hati Estella pun hancur. Dia merasa menjadi biang kematian ibunya. Dia kemudian lari ke London.
Di Regent Park, tempat yang sangat ingin dia kunjungi, Estella bertemu Jasper dan Horace, dua yatim piatu yang bekerja sebagai pencopet. Tak punya pilihan, Estella akhirnya bergabung dengan dua orang tersebut. Dia lalu mengubah penampilannya. Dia tidak lagi memiliki rambut dengan dua warna. Dia tampil sebagai Estella dengan rambut merah. Meski berprofesi sebagai pencopet, cita-cita Estella adalah menjadi perancang busana. Dia merupakan pembuat kostum untuk dia dan dua kompatriotnya dalam beraksi. Kostum-kostum ini dibuat untuk melancarkan usaha mereka sebagai pencopet dan pencuri.
Suatu hari, Jasper memberikan surat kalau Estella diterima bekerja di Liberty, sebuah departemen store terkemuka di London. Di tempat itu, dia bekerja sebagai tukang bersih-bersih, bukan pegawai yang mengurusi busana, seperti keinginannya. Keberuntungan ada di pihaknya ketika Baroness terkesan dengan “hasil karyanya” di etalase departemen store itu. Meski dipecat dari Liberty, Estella dipekerjakan Baroness sebagai salah satu perancang di rumah modenya. Dari sinilah cerita Estella dan Cruella dimulai.
Sebuah percakapannya dengan Baroness membuat Estella sadar kalau selama ini dia telah salah. Dendam pun muncul. Dendam inilah yang membuat Estella kembali kepada Cruella yang lebih kejam, cerdas dan lebih berani untuk mengeksekusi rencana yang terbilang gila. Estella yang juga cerdas dan berani pun tidak lagi dominan. Semuanya berganti dengan kehadiran sosok Cruella.
Tema pembalasan dendam Estella terhadap Baroness inilah yang menjadi inti cerita Cruella. Dia melakukan apa pun demi menghancurkan Baroness dan membalaskan rasa sakit hatinya. Sementara, sebuah twist akhirnya mampu menjelaskan segalanya. Meski begitu, tidak ada perubahan dari diri Cruella.
Baca Juga
Hampir semua tokoh di film ini tidak ada yang baik. Semuanya adalah karakter-karakter dengan sifat yang tidak terpuji. Mereka manipulatif, dingin, tidak peka, sombong dan angkuh. Estella/Cruella adalah sosok yang ambisius, dia juga kurang peka dengan sekitarnya. Beberapa kali dia berselisih paham dengan Jasper yang kurang setuju dengan sikapnya yang mau melakukan apa pun demi terbalaskan dendamnya. Sementara, Baroness adalah sosok wanita dingin, angkuh dan narsistik. Omongannya juga kasar. Dia merasa telah memiliki segalanya dan tidak ada orang yang lebih hebat darinya. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana jika dua wanita ini bertemu.
Cerita Cruella dan Baroness bukanlah cerita Andy Sachs dan Miranda Priestly di Devil Wears Prada. Baroness memang toxic, tapi Cruella juga bukan tipe yang mau mengalah. Dia bakal melakukan apa pun demi menghancurkan Baroness. Di sisi lain, Baroness, meski menyukai hasil kerja Estella, sangat membenci Cruella dan ingin menyingkirkannya.