5 Hal yang Harus Dilakukan Orangtua saat Anak dengan COVID-19 Jalani Isolasi Mandiri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Isolasi mandiri menjadi salah satu cara terbaik bagi masyarakat yang terinfeksi COVID-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala (OTG). Namun pada anak yang terinfeksi COVID-19, isolasi mandiri mungkin akan sedikit berbeda. Sebab, seorang anak membutuhkan perhatian khusus dari pengasuh maupun orangtua yang ada di sampingnya.
Spesialis Anak dr. Reza Fahlevi mengatakan, seseorang dikatakan anak-anak jika usianya dalam rentang 0-18 tahun. Pada anak baru lahir (bayi) yang terinfeksi COVID-19, tentu ada waktu kapan mereka harus diisolasi, dan ada situasi di mana bayi tidak boleh diisolasi mandiri oleh keluarga atau orang terdekatnya.
“Bayi bisa diisolasi saat tidak memiliki penyakit penyerta ( komorbid ), dan tanpa gejala atau bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Kalau memiliki komorbid dan bergejala sedang seperti napas cepat, sesak napas, makan minum sulit, muntah, diare, kejang, demam, masalah kesadaran, maka bayi tidak boleh isolasi mandiri tapi harus dibawa ke rumah sakit,” ucap dr. Reza dalam Live Instagram Series bersama Okezone dan SINDOnews bertema COVID-19 pada Anak: Gejala dan Panduan Isoman, Kamis (22/7).
Pada kesempatan tersebut, dr. Reza juga membagikan sejumlah tips yang wajib diperhatikan oleh para orangtua maupun pengasuh untuk merawat pasien isolasi mandiri anak. Di antaranya adalah:
1. Perhatikan kondisi rumah, layak untuk isolasi mandiri atau tidak? Lebih baik cek Polymerase Chain Reaction (PCR) orang satu rumah supaya jelas hasilnya. Jadi wajib dilihat apakah memiliki ketersediaan fasilitas untuk isolasi mandiri.
2. Persiapkan masker, hand sanitizer, sarung tangan, termometer, dan alat oxymeter. Persiapkan pula kontak darurat seperti rumah sakit, dokter, atau ambulans untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
3. Orangtua maupun pengasuh wajib memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya yang sedang melakukan isolasi mandiri baik dari asupan makanan dan minumnya.
4. Pastikan anak istirahat dengan cukup.
5. Pemberian obat harus sesuai dengan anjuran dokter agar dosisnya tepat. Dosis anak dan dosis dewasa berbeda, sehingga jangan disamakan.
Spesialis Anak dr. Reza Fahlevi mengatakan, seseorang dikatakan anak-anak jika usianya dalam rentang 0-18 tahun. Pada anak baru lahir (bayi) yang terinfeksi COVID-19, tentu ada waktu kapan mereka harus diisolasi, dan ada situasi di mana bayi tidak boleh diisolasi mandiri oleh keluarga atau orang terdekatnya.
“Bayi bisa diisolasi saat tidak memiliki penyakit penyerta ( komorbid ), dan tanpa gejala atau bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Kalau memiliki komorbid dan bergejala sedang seperti napas cepat, sesak napas, makan minum sulit, muntah, diare, kejang, demam, masalah kesadaran, maka bayi tidak boleh isolasi mandiri tapi harus dibawa ke rumah sakit,” ucap dr. Reza dalam Live Instagram Series bersama Okezone dan SINDOnews bertema COVID-19 pada Anak: Gejala dan Panduan Isoman, Kamis (22/7).
Pada kesempatan tersebut, dr. Reza juga membagikan sejumlah tips yang wajib diperhatikan oleh para orangtua maupun pengasuh untuk merawat pasien isolasi mandiri anak. Di antaranya adalah:
1. Perhatikan kondisi rumah, layak untuk isolasi mandiri atau tidak? Lebih baik cek Polymerase Chain Reaction (PCR) orang satu rumah supaya jelas hasilnya. Jadi wajib dilihat apakah memiliki ketersediaan fasilitas untuk isolasi mandiri.
2. Persiapkan masker, hand sanitizer, sarung tangan, termometer, dan alat oxymeter. Persiapkan pula kontak darurat seperti rumah sakit, dokter, atau ambulans untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
3. Orangtua maupun pengasuh wajib memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya yang sedang melakukan isolasi mandiri baik dari asupan makanan dan minumnya.
4. Pastikan anak istirahat dengan cukup.
5. Pemberian obat harus sesuai dengan anjuran dokter agar dosisnya tepat. Dosis anak dan dosis dewasa berbeda, sehingga jangan disamakan.
(tsa)