Pandemi Masih Ada, Protokol Kesehatan Jangan Sampai Longgar

Sabtu, 14 Agustus 2021 - 00:09 WIB
loading...
Pandemi Masih Ada, Protokol...
Meski kasus aktif Covid-19 di Indonesia mulai menurun, namun protokol kesehatan tidak boleh ditinggalkan. / Foto: ilustrasi/dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Meski kasus aktif Covid-19 di Indonesia mulai menurun, namun protokol kesehatan tidak boleh ditinggalkan. Hal tersebut turut diingatkan Jubir Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Broto Asmoro.

Baca juga: Tiba di Polda Metro Jaya, Jerinx Lalui Jalur Darat Bersama sang Istri

" Protokol kesehatan tidak boleh longgar, mengapa? Karena pandemi masih ada," kata dr Reisa dalam konferensi pers pada Jumat (13/8).

Apabila melihat situasi pandemi di Indonesia sekarang, meski lebih baik dari akhir Juli 2021, tetapi kasus konfirmasi positif Covid-19 masih berada di atas 20.000 per harinya. Demikian juga masih adanya varian-varian baru dari Covid-19.

"Kasus terkonfirmasi masih ribuan orang per harinya, varian baru masih berkeliaran, dan vaksinasi masih belum mencapai target tertinggi kita yakni 70 persen," ujarnya.

Dia menekankan kepada masyarakat agar terus menerapkan prokes dengan disiplin. "Tetap pakai senjata perlindungan yang terbukti efektif. Memakai masker dengan benar, dianjurkan dua lapis maskernya, kemudian menjaga jarak aman dari orang lain minimal 1-2 meter, mencuci tangan pakai sabun dan air, menghindari kerumunan, serta membatasi mobilitas," jelasnya.

Dia mengungkapkan, meski kegiatan berangsur-angsur dibuka, namun sabaiknya tidak menganggap ini sebagai pelonggaran. "Sebaiknya ini dipahami bukan sebagai pelonggaran atau pengetatan, tetapi panduan beradaptasi, panduan menyesuaikan dengan risiko," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, dr Reisa juga kembali mengingatkan panduan pengendalian penyakit. "Pertama, membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Kedua, membudayakan etika bersin dan batuk. Tiga, peningkatan daya tahan tubuh," paparnya.

Kemudian, keempat, penanganan penyakit penyerta dan kelima adalah penerapan pencegah dan pengendalian infeksi. "Keenam penemuan kasus aktif dengan cara investigasi dan pemeriksaan kasus kontak. Dan tujuh, screening secara massal, terutama kelompok rentan dan berisiko," terangnya.

Menurutnya, protokol kesehatan tidak hanya bisa melindungi dari Covid-19, tetapi juga dapat berkontribusi mencegah penyakit lainnya yang sudah lebih dulu ada di dunia, termasuk Indonesia.

"Kita beradaptasi dengan langkah-langkah pencegahan penyakit yang sudah lama dipromosikan. Kampanye cuci tangan dimulai sejak 1847, lebih dari 170 tahun yang lalu. Masker, sudah dipakai sejak pandemi flu tahun 1918, dan jaga jarak sudah diajarkan lebih dari 590 tahun yang lalu pada zaman cendikiawan muslim menghadapi wabah," jelas dr. Reisa.

Baca juga: Ini Salah Satu Tips untuk Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh dan Daya Tubuh di Masa Pandemi

"Dan protokol kesehatan yang kita lakukan saat ini dapat saja berkontribusi untuk mengurangi insiden TB, diare, bahkan kejadian flu musiman seperti batuk dan pilek," tutupnya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2158 seconds (0.1#10.140)